A. PERADABAN INDIA KUNO
1. Peradaban Sungai Shindu
a. Letak Geografi
Wilayah India kuno merupakan salah satu negara di Asia Selatan di bagian Utara berbatasan dengan pegunungan Himalaya dan Hindu Kush, sedangkan bagian Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia. Sekarang, wilayah ini bisa dilihat di peta yang meliputi negara India, Nepal, Pakistan dan Afganistan. Kondisi alam yang seperti itu menggambarkan seakan-akan India adalah subbenua Asia. Wilayah India kuno terbagi menjadi dua bagian yaitu India Utara dan India Selatan, diantara keduanya terdapat pengunungan Windya. India Utara adalah daerah yang memiliki lahan yang subur terutama di sepanjang Sungai Shindu, Gangga, Yamuna dan Brahmaputera. Sebaliknya di India Selatan, daerah ini adalah daerah yang tidak subur dengan lahan-lahan yang kering tandus. Celah antara Himalaya dan Hindu Kush dikenal dengan nama Celah Kaiber (Khyber Pass). Celah ini merupakan jalan masuk bangsa-bangsa pendatang yang bermigrasi dan menetap di India. Dari celah ini pulalah lahir peradaban di India sebagai asimilasi kebudayaan antara kebudayaan bangsa asing dengan bangsa aslinya, diantaranya peradaban Lembah Sungai Shindu dan Lembah Sungai Gangga.
Penduduk asli yang berada di Lembah Sungai Shindu adalah bangsa Dravida, diperkirakan telah mendiaminya sejak 3000 SM. Bangsa ini meninggalkan sisa-sisa peradabannya di Mahenjo Daro dan Harappa. Hasil temuan peninggalan peradaban di India diketahui dengan ditemukannya sisa-sisa kebudayaan di Kota Mahenjo Daro di daerah Shindu (sekarang berada di wilayah Pakistan) dan Harappa yang mendiami kawasan Sungai Ravi (daerah hulu Sungai Shindu).
b. Sistem Mata Pencaharian
Sepanjang lembah Sungai Shindu adalah lahan subur yang cocok sekali untuk pertanian. Kesuburan ini disebabkan oleh lumpurlumpur sungai yang dibawa ketika banjir. Pemanfaatan lahan dan sungai mendorong untuk mengembangkan teknologi irigasi dengan membuat saluran-saluran, tanggul penahan banjir dan bendungan untuk menampung. Hasil temuan saluran irigasi inilah yang menunjukkan bahwa pada masa tersebut sudah terbentuk peradaban yang maju dengan mata pencahariannya adalah pertanian (gandum, padi, kapas, dan teh).
c. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Ilmu pengetahuan dan teknologi sudah dikenal oleh masyarakat yang mendiami lembah Sungai Shindu. Bukti-bukti yang menunjukkan hal tersebut dengan ditemukannya perkakas pertanian, alat-alat rumah tangga, alat-alat perang, bangunan dan simbol kepercayaan yang terbuat dari tanah liat ataupun logam.
Selain itu, di Kota Mahenjo-Daro dan Harappa sudah terbentuk penataan kota yang baik dan teratur. Penduduk sudah mengenal teknologi bangunan dan gedung yang dibuat dari btu bata untuk tempat tinggal. Setiap rumah terdapat sumur dan saluran-saluran pembuangan limbah kotor dan dialirkan ke selokan besar di bawah jalan raya.
d. Perekonomian
Perekonomian masyarakat lembah Sungai Shindu ditopang dalam bentuk perdagangan dengan negara-negara lain. Hal ini dibuktikan. Dengan adanya penemuan benda-benda kebudayaan lembah Sungai Shindu di Mesopotamia. Pada masa itu telah adanya kontak dagang antara bangsa Dravida dengan bangsa Sumeria.
e. Kepercayaan
Masyarakat lembah Sungai Shindu memuja kepada banyak dewa (politheisme). Dewa utama yang dipujanya adalah dewa berkepala tiga, bertanduk besar, walaupun masih berupa dugaan, stempel yang menggambarkan dewa ini banyak dijumpai. Selain itu, masyarakatnya mengenal Dewi Ibu yang dipuja sebagai lambing Dewi kesuburan.
f. Pemerintahan
Peradaban Lembah Sungai Shindu adalah peradaban manusia prasejarah karena belum ditemukan adanya tulisan. Masuknya bangsa Arya ke wilayah India, mengubah tata hidup penduduk asli dan terjadinya percampuran kebudayaan. Sebenarnya bangsa Arya adalah bangsa nomaden (selalu berpindah-pindah), namun sejak ditemukannya wilayah India melalui Celah Kaiber mereka mencoba untuk menetap sehingga menimbulkan percampuran kebudayaan di antara keduanya. Pencampuran kedua bangsa tersebut melahirkan bangsa Hindu. Kedatangan mereka menjadi salah satu penyebab runtuhnya peradaban kuno di Lembah Sungai Shindu. Pemerintahan bangsa Arya yang pernah ada di Lembah Sungai Shindu diketahui mulai ada tahun 327 SM dengan berdirinya Kerajaan Maurya. Berikut ini nama-nama kerajaan yang pernah ada pada peradaban Lembah Sungai Shindu, antara lain:
1) Kerajaan Magadha
Bangsa Arya yang tinggal di Punjab membentuk negara kota, dengan kepala pemerintahannya disebut raja. Pemerintahan
seperti ini sudah ada di Magadha, Kosala dan Avanti. Kerajaan Magadha sudah ada kira-kira tahun 650 SM, diperintah oleh
Sisunaga dengan ibukota Rajgir. Sekitar tahun 500 SM, pada masa Raja Ayatasatra, ibukota dipindahkan ke Pataliputra di dekat pertemuan Sungai Shindu dan Gangga. Raja Nanda adalah Raja Magadha yang berhasil mengusir Persia dari Punjab, dan kemudian membentuk dinasti Nanda. Raja kesembilan dinasti Nanda yakni Mahapadmananda menikahi wanita dari kasta rendah dan memiliki seorang anak bernama Candragupta Maurya.
2) Kerajaan Maurya
Candragupta Maurya adalah pendiri Kerajaan Maurya setelah berhasil menundukkan pasukan Macedonia yang kala itu sedang melakukan ekspansi ke wilayah India dibawah pimpinan Iskandar Zulkarnaen dan telah menguasai daerah Punjab.
Pengusiran tentara Macedonia dari India dilakukan setelah Candragupta Maurya mengetahui kabar Iskandar Zulkarnaen wafat, kejadian ini terjadi pada tahun 327 SM. Ibukota Kerajaan Maurya berada di Pattaliputra dengan raja pertamanya adalah Candragupta Maurya. Kekuasaan wilayahnya terbentang dari Kashmir di bagian Barat dan lembah Sungai Gangga di bagian Timur. Kerajaan Maurya mencapai masa gemilang di bawah pemerintahan Ashoka (268-232 SM) cucu Candragupta Maurya. Ashoka merasa menyesal setelah melihat korban-korban perang saat menundukkan Kerajaan Kalingga dan Dekkan, lalu bercitacita untuk membentuk suatu perdamaian bagi umat manusia. Agama yang semula adalah Hindu ditinggalkannya dan beralih menjadi penganut agama Buddha.
3) Kerajaan Candragupta
Sepeninggalnya Ashoka, kerajaan Maurya pecah menjadi kerajaan kecil yang kemudian dipersatukan kembali oleh Candragupta I dan berdiri Kerajaan Candragupta.
2. Peradaban Lembah Sungai Gangga
Selain peradaban Lembah Sungai Shindu, di India kuno ditemukan
pula peradaban Lembah Sungai Gangga yang terletak antara
Pegunungan Himalaya, dan Pegunungan Windya. Sampai sekarang,
di wilayah ini belum ditemukan sisa-sisa peninggalan peradaban
pada masa prasejarah. Peradabannya mulai berkembang sejak
masuknya bangsa Arya ke India dengan terbentuknya budaya Hindu.
a. Kebudayaan Hindu
Berubahnya pola hidup bangsa Arya dari seorang pengembara
menjadi hidup menetap, melahirkan kebudayaan campuran dengan
bangsa aslinya, yaitu bangsa Hindu dan kebudayaanya disebut
Kebudayaan Hindu (Hinduisme). Daerah perkembangan pertamanya
terdapat di lembah Sungai Gangga, yang disebut Aryavarta (negeri orang
Arya) dan Hindustan (tanah milik orang Hindu).
Bangsa Hindu melahirkan karya sastra berupa kitab Weda
yang berisi cerita kepahlawanan bangsa Arya juga puji-pujian
kepada dewa. Kitab Suci Weda terdiri dari empat bagian, yaitu:
(1) Reg-Weda, berisi syair-syair pemujaan kepada dewa-dewa.
(2) Sama-Weda, berisi nyanyian untuk memuja dewa.
(3) Yayur-Weda, berisi bacaan untuk keselamatan.
(4) Atharwa-Weda, berisi ilmu untuk menghilangkan marabahaya.
Selain Kitab Suci Weda, terdapat Kitab Brahmana yang isinya
doa-doa ucapan Brahmana saat dilangsungkan upacara, dan Kitab
Upanishad yang isinya ajaran keagamaan dari guru.
Ajaran Hindu mengenal banyak dewa (polytheisme), namun
dewa yang menjadi utama adalah Dewa Brahma, Dewa Wisnu
dan Dewa Siwa.
Bangsa Arya mengatur tatanan sosial masyarakat-masyarakat
yang dijumpainya dengan sistem kasta. Sistem kasta terdiri dari
4 bagian, yakni:
(1) Kasta Brahmana: kaum agamawan.
(2) Kasta Kstaria: kaum pemerintahan.
(3) Kasta Waisya: kaum petani dan pedagang.
(4) Kasta Sudra: kaum pekerja.
Selain sistem kepercayaan, bangsa Arya juga membangun
sistem kemasyarakatan. Dari kitab Rig−Veda kita memperoleh
gambaran tentang kehidupan masyarakat pada masa itu.
Kitab−kitab lain yang dianggap suci dalam agama Hindu
adalah Purana. Kitab ini terdiri dari 18 bab dengan isinya yang
berbeda−beda. Namun secara umum, ke−18 bab ini memuat hal−
hal berikut ini.
(1) Sarga memuat cerita tentang penciptaan alam semesta.
(2) Pratisarga memuat cerita tentang penciptaaan kembali dunia
setiap kali di dunia yang ada lenyap.
(3) Wamca memuat cerita tentang asal usul para dewa dan resi.
(4) Manwantarani memuat cerita tentang pembagian waktu satu
hari Brahma.
(5) Wamcanucarita memuat cerita tentang raja−raja yang
memerintah di atas dunia.
Pada saat ini, dalam agama Hindu juga muncul aliran−aliran
tertentu. Aliran−aliran ini umumnya didasarkan pada nama dewa
yang mereka puja. Di antaranya Hindu Siwa yang memuja Dewa
Siwa dan Hindu Waisnawa yang memuja Dewa Wisnu.
b. Agama Buddha
Agama Buddha diajarkan oleh Sidharta Gautama Sang Buddha
(artinya Yang Diterangi/Yang Disinari). Pada awalnya, Sidharta
Gautama adalah seorang pangeran di Kerajaan Kapilawastu dan
termasuk golongan Kasta Ksatria. Gaya hidup yang dijalani
Sidharta semenjak kecil selalu dalam kemewahan dan serba
berkecukupan, walaupun begitu tidak pernah merasakan
ketenangan batiniah. Pada suatu masa dia mencari ketenangan
untuk melepaskan samsara (penderitaan) yang dialaminya dengan
cara bersemedi di bawah pohon pipala (bodhi). Kurang lebih 7
tahun ia mendapatkan sinar terang di hatinya dan menjadi Sang
Buddha. Ajarannya pertama kali mulai diperkenalkan kepada
masyarakat di Taman Rusa Benares.
Buddha percaya pada reinkarnasi dan karma, yang telah
membuat hidupnya sengsara, oleh karena itu manusia harus
memutuskan kesengsaraanya dengan delapan jalan suci, yakni
pandangan yang benar, niat yang benar, berbicara yang benar,
berbuat yang benar, penghidupan yang benar, berusaha yang
benar, perhatian yang benar dan bersemedi yang benar.
Berbeda dengan agama Hindu, agama Buddha tidak
mengenal kasta dan memandang kedudukan manusia yang sama
di dalam susunan masyarakat. Oleh karena itu, agama Buddha
sangat diminati oleh masyarakat yang bergolongan rendah.
Tiga unsur utama yang terdapat dalam ajaran Buddha,
sebagai berikut:
(1) Sang Buddha, berbakti kepada Sang Buddha.
(2) Dharma, berbakti kepada ajarannya.
(3) Sangha, berbakti kepada umatnya.
Keseluruhan ajaran Buddha kemudian dibukukan dalam
Kitab Tripitaka. Kitab Tripitaka menjadi pedoman ritual bagi
dirinya sendiri, sedangkan Buddha Mahayana bersifat terbuka
dengan bertujuan pembebasan lebih luas, selain untuk dirinya
sendiri juga bagi orang lain.
Perkembangan agama Buddha di India mencapai puncak
kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Ashoka dari Dinasti
Maurya (273 − 232 SM). Pada masa itu, Raja Ashoka menetapkan
agama Buddha sebagai agama resmi negara. Ia juga memerintahkan
pembuatan stupa−stupa Buddha di berbagai tempat.
c. Aliran Jaina
Rekasi terhadap dominasi Brahmana dalam budaya Hindu tidak
hanya melahirkan agama Buddha, juga aliran Jaina yang diajarkan
oleh Mahavira pada tahun 540-468 SM. Aliran Jaina melarang
menyakiti makhluk lain tetapi menyakiti diri sendiri dapat
dibenarkan. Pembebasan rasa ketersiksaan batin dapat dilakukan
dengan melakukan Tri Ratna atau Tiga Permata, yakni iman yang
benar, pengetahuan yang benar dan sikap yang benar.
Aliran Jaina tidak mengenal adanya sang pencipta dan
menolak adanya upacara-upacara ritual. Oleh sebab itu, banyak
peminatnya terdiri dari golongan pedagang yang tidak memiliki
waktu untuk urusan ritual dan lebih mementingkan jalannya
usaha. Selain itu, tidak adanya pembagian kasta diminati pula
oleh golongan kasta rendah.
Yang lebih menarik pada ajaran Jaina adalah menganggap
dunia sebagai sesuatu yang dosa dan jahat sehingga tidak
mementingkan hal-hal yang duniawi, salah satunya adalah
penggunaan pakaian yang tidak mementingkan unsur keindahan
atau mode.
Antara ajaran Jaina dan Buddha memiliki kesamaan dalam
hal larangan atau dikenal dengan istilah dasasila, di antaranya:
(1) jangan membunuh;
(2) jangan mengambil hak orang lain;
(3) jangan berzina;
(4) jangan berbohong;
(5) jangan minum minuman keras;
(6) jangan makan sebelum waktunya;
(7) jangan mengunjungi tempat berfoya-foya;
(8) jangan memakai pakaian bagus;
(9) jangan tidur di tempat yang enak;
(10) jangan menerima pemberian uang.
Ajaran Jaina banyak dianut oleh orang-orang India,
walaupun tidak sebanyak penganut agama Hindu, fikiran aliran
ini masih memengaruhi perilaku orang India sekarang.
d. Pemerintahan
Pemerintahan yang pernah berkuasa di wilayah Lembah Sungai
Gangga adalah Kerajaan Gupta. Kerajaan ini erat kaitannya
dengan keberadaan Kerajaan Maurya di Lembah Sungai Shindu.
Runtuhnya kerajaan ini mendorong timbulnya Kerajaan Gupta
yang menguasai India.
1) Kerajaan Candragupta
Raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Gupta, yaitu:
1) Candragupta I (320-330)
2) Samudragupta (330-375)
3) Candragupta II (375-415)
Pada masa Candragupta II, kondisi Kerajaan Gupta
mengalami kemajuan yang pesat terutama di bidang perdagangan,
kesenian dan ilmu pengetahuan, bahkan pada masa ini ditemukan
teknologi pembuatan cat, pengawetan kulit dan pembuatan kaca.
2) Kerajaan Harsha
Setelah Candragupta II wafat, Kerajaan Gupta mulai mundur
malah membawa India mengalami masa kemunduran selama dua
abad hingga muncul kembali masa kejayaan India dengan
berdirinya Kerajaan Harsha pada abad ke-7 dengan ibukota
Kanay. Kerajaan ini pun akhirnya runtuh pada abad ke-11.
B. PERADABAN SUNGAI HWANG HO
1. Letak Geografis
Secara garis besar, letak geografis Cina dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu:
(a) Lembah Sungai Hwang Ho (Sungai Kuning)
Sungai Hwang Ho dianggap berkah bagi bangsa Cina, lahanlahan
di sekitar sungai menjadi subur setelah terjadi banjir
yang membawa lumpur-lumpur. Aliran Sungai Huang Ho
dari hulu yang berada di Kwen Lun (Tibet) sampai muara
Teluk Tsi-Li.
(b) Lembah Sungai Yang Tse
Lembah Sungai Yang Tse merupakan pusat pertanian
sehingga banyak ditemui kota-kota di sekitarnya. Sungai
Yang Tse memiliki sumber di Pegunungan Kwen Lun (Tibet)
dan bermuara di Laut Cina Timur.
(c) Cina Selatan
Di daerah ini banyak ditemukan bahan timah. Daerah ini
sebagai bukti bahwa bangsa Cina di masa prasejarah sudah
mampu membuat perkakas dari bahan-bahan logam.
Kedua sungai yang telah disebutkan merupakan cikal bakal
tumbuhnya peradaban di Cina, namun walau demikian kebudayaan
yang timbul ditemukan berada di Lembah Sungai Hwang Ho.
2. Mata Pencaharian
Kekayaan alam Cina yang begitu melimpah menyebabkan
kemajuan kebudayaan yang cepat dan beragam. Mengalirnya
Sungai Hwang Ho dan Sungai Yang Tse merupakan sumber
kehidupan bangsa Cina dengan cara bercocok tanam dan beternak.
Tantangan cara hidup bertani mendorong bangsa Cina membuat
perkakas pertanian dari bahan logam, apalagi ditunjang dengan
wilayah Cina Selatan yang kaya akan barang tambang, seperti besi
timah, emas dan tembaga. Selain menjadi perkakas pertanian,
logam pun diolah menjadi perabot rumah tangga seperti periuk,
tombak, pisau dan lain-lain. Cepatnya kemajuan bangsa Cina di
bidang teknologi pertanian mendorong terbentuknya kerajaan,
dinasti yang pertama adalah dinasti Hsia.
3. Pemerintahan
a. Dinasti Shang (1523-1027 SM)
Dinasti Shang merupakan dinasti tertua di negeri Cina, namun
tidak adanya bukti tertulis maka pada zaman itu bisa
dikategorikan sebagai masa prasejarah. Setelah dinasti Hsia
runtuh, muncul Dinasti Shang dengan ibukota Anyang (sebelah
Utara Lembah Sungai Hwang Ho). Posisi wilayah kerajaan ini
sangat aman, terutama ditunjang oleh kondisi geografi yang tidak
mendukung adanya serbuan dari luar, sebelah Barat sampai Barat
Daya dikelilingi oleh pegunungan, sebelah Utara adalah padang
Gurun Gobi dan sebelah Timur dan Selatan adalah Laut Pasifik.
Pada zaman Dinasti Shang muncul kepercayaan menyembah
banyak dewa, sebagai dewa tertinggi adalah dewa langit Shang
Ti, tetapi bangsa Cina tidak meninggalkan kepercayaan kepada
roh nenek moyang.
b. Dinasti Chou (1027 – 256 SM)
Dinasti Chou menggantikan Dinasti Shang setelah terjadi
perebutan kekuasaan dengan alasan raja dari Dinasti Shang
dianggap salah mengurus negara dan telah meninggalkan mandat
dari Dewa Langit. Sebagai ibukota dipilih Kota Hao. Kondisi
sosial dalam masyarakat semasa Dinasti Shang sudah terbentuk,
secara tidak disadari telah terbentuk dua golongan, yaitu golongan
bangsawan dan golongan rakyat biasa. Adanya kondisi ini
melahirkan sistem feodalisme yang diterapkan pada masa Dinasti
Chou. Sistem pemerintahan pada Dinasti Chou dikuasai secara
terpusat di bawah kekuasaan Kaisar, dan daerah-daerah yang
dikuasai raja dipimpin oleh raja bawahan (Raja Vazal) sebagai
pembantu. Sistem seperti ini, Raja Vazal selalu menekan kepada
rakyatnya untuk membayar upeti dan memperkuat daerahnya
sendiri dengan membentuk pasukan militer yang menguasai
daerah-daerah tetangga yang lemah dengan alasan memperkuat
kekuatan pusat apabila dibutuhkan.
Adanya serangan bangsa barbar dari sebelah barat Cina ke
ibukota Hao, menyebabkan dipindahkannya ibukota ke Loyang
di sebelah Timur. Akibat serangan ini memperlemah kekuatan
Dinasti Chou ditambah lagi dengan lemahnya kekuatan pusat
yang beralih ke daerah maka tahun 770 SM terjadi pergantian
kekuasaan oleh persekutuan raja-raja Vazal. Karena lemahnya
kerajaan, pada tahun 480 SM Cina terbagi menjadi tiga penguasa,
yaitu Chi di Shantung, Chu di bagian Utara Sungai Yang Tse dan
Chin di Lembah Sungai Hwang Ho. Kondisi pemerintahan
seperti ini melahirkan para tokoh filsafat, di antaranya Lao Tse,
Kong Fu Tse, Meng Tse, dan lain-lain.
c. Dinasti Chin (221 – 206 SM)
Di antara tiga penguasa, Chin adalah penguasa yang agresif dan
mengalahkan kekuatan lainnya. Barulah tahun 221 SM, Pangeran
Cheng sebagai penguasa Chin membeli wilayah untuk
kekuasaanya dari Manchuria sampai Yang Tse. Keberhasilannya
itu, Pangerang Cheng menamai dirinya Shih Huang Ti (Kaisar
Pertama).
Kebijakan-kebijakan yang pernah dikeluarkan oleh Shih
Huang Ti selama berkuasa, yaitu:
(1) Penghapusan sistem feodalisme dan raja vazal.
(2) Sistem birokrasi terpusat, dengan seorang gubernur untuk
mengatur provinsi.
(3) Menyusun tulisan yang seragam.
(4) Memperluas wilayah Cina, bahkan hingga Korea.
(5) Memerintahkan pembangunan tembok Cina, untuk
menahan serangan tentara Mongol dari Utara.
(6) Pengaturan takaran dalam perdagangan.
(7) Petani dan masyarakat golongan biasa dikenai wajib militer,
pajak tinggi dan kerja paksa.
(8) Menghancurkan faham Kong Fu Tse dengan membunuh
sarjana dan membakar buku-buku ajarannya.
Shih Huang Ti wafat tahun 210 SM, terjadi kekacauan di
provinsi yang diakibatkan oleh keserakahan para gubernur dan
bangsawan yang ingin mengambil kekuasaan di Cina, dan
timbulnya pemberontakan rakyat terhadap sistem yang
diterapkan oleh Shih Huang Ti. Salah seorang petani bernama
Liu Pang berhasil mengatasi kekacauan dan menduduki tahta
kerajaan dengan mendirikan Dinasti Han.
d. Dinasti Han (206 SM – 221 M)
Kedekatan Liu Pang kepada rakyat dan pendidikan, ajaran Kong
Fu Tse dihidupkan kembali bahkan ajarannya dipakai sebagai
seleksi calon pegawai negara dan kenaikan jabatan, sistem
feodalisme dikekang, penghapusan pajak, dan pembangunan
irigasi dan jalan yang baru.
Dinasti Han, tetap mempertahan tradisi dinasti-dinasti
sebelumnya untuk memperluas wilayah Cina, bahkan pada saat
kekuasaan kaisar Wu Ti menghasilkan sebuah imperium yang
luas hingga ke Korea, Turkestan, sebagian India dan IndoCina.
Berkat imperium ini, terjadi hubungan perdagangan antara Cina
dan India sehingga terjadi percampuran kebudayaan dan
dimulainya masuk ajaran agama Buddha. Jalur perdagangan Cina
dengan Asia Tengah menggunakan Jalur Sutera, yaitu jalur
perjalanan dari Cina ke Asia Tengah melalui India Utara. Adanya
kerawanan keamanan selama perjalanan, jalur perdagangan
diganti melalui laut melalui Indonesia. Sepeninggal Wu Ti, Cina
mengalami kemunduran akibat kebijakan yang tidak
menguntungkan orang kaya dengan cara penghapusan budak,
pembagian pemilikan tanah dan penetapan harga. Kehancuran
Dinasti Han terjadi pada tahun 221 SM.
e. Dinasti T’ang (618 – 906 M)
Pada zaman Dinasti T’ang bangsa Cina mengalami kejayaan
kembali yang sebelumnya telah hancur dan terpecah-pecah
menjadi negara kecil. Kemajuan Dinasti T’ang ditunjang
kedekatannya kepada para petani dan kaum bangsawan dengan
diberlakukannya Undang-undang tentang pembagian tanah dan
perpajakan. Wilayah Cina diperluas hingga ke Persia dan Laut
Kaspia sehingga terjalin hubungan perdagangan dengan Asia
Tengah. Dari perdagangan inilah masuknya agama Kristen dan
Islam ke daratan Cina.
4. Pengetahuan dan Teknologi
Ilmu pengetahuan bangsa Cina diketahui dari tulisan-tulisannya
yang berbentuk gambar (piktograf). Tulisan ini menunjukkan
lambang dari suatu kata atau kalimat, sehingga komunikasi antar
daerah bisa terwujud apalagi daerah yang ditempati oleh
kelompok-kelompok terpisah-pisah. Pada awalnya tulisan-tulisan
ditulis di kayu, kulit, bambu, dan bahkan tulang binatang.
Kemajuan lain bangsa Cina dapat dirasakan dengan banyaknya
sisa-sisa peninggalannya dari bahan logam yang kemudian
diperdagangkan hingga ke luar negeri. Iklim di Cina mengenal
empat musim, adanya keteraturan pergantian musim
dimanfaatkan dengan membuat penanggalan dan ilmu
perbintangan sehingga dapat dipakai untuk keperluan pola tanam
pertanian, perdagangan dan pelayaran. Penemuan swipoa adalah
salah satu bentuk keahlian bangsa Cina di bidang matematika
yang digunakan untuk mempercepat perhitungan saat berdagang.
5. Ilmu Filsafat
Pada masa Dinasti Chou muncul beberapa tokoh filsafat, tiga
diantaranya merupakan yang terbesar, yaitu Lao Tse, Kong Fu
Tse dan Meng Tse.
a. Lao Tse
Lao Tse merupakan pencetus dasar-dasar Tao (Tao artinya jalan)
dalam buku yang berjudul Tao Tse Ting. Oleh karena itu, ajaran
Lao Tse dikenal dengan nama Taoisme. Dalam Taoisme, manusia
diharuskan untuk pasrah terhadap hal-hal yang dialaminya dan
selalu menjalankan kehidupannya dengan baik karena senang
ataupun susah tidak ada bedanya, yang penting adalah cara
menjalaninya yang harus diperbaiki. Taoisme mengajarkan tentang
keseimbangan alam dengan yin dan yang. Yin adalah unsur-unsur
negatif misalnya: malam, gelap, dingin, perempuan. Yang adalah
unsur-unsur positif, misalnya siang, terang, panas, laki-laki.
b. Kong Fu Tse
Ajaran Kong Fu Tse mengacu pada ajaran Taoisme yang mengharuskan
adanya keselarasan dalam kehidupan bermasyarakat.
Kong Fu Tse memusatkan ajarannya pada kehidupan sehari-hari,
dan keluarga adalah inti dari masyarakat. Keselarasan hidup
dalam keluarga bisa dirasakan saat orang tua menyayangi anak,
anak menghormati orang tua, laki-laki sebagai kepala keluarga,
perempuan sebagai pengurus rumah tangga. Pemikiran ini
diterapkan pada sistem pemerintahan dimana raja harus
menyayangi rakyatnya begitu pula rakyat harus taat kepada raja.
c. Meng Tse
Meng Fu Tse mengikuti ajaran gurunya, Kong Fu Tse. Ia
mengajarkan bahwa rakyat boleh mengingatkan raja dan
memberontak apabila haknya diabaikan, begitu pula rakyat harus
tunduk, taat dan melaksanakan kewajiban yang diperintahkan
oleh raja. Timbal balik antara raja dan rakyat merupakan dasardasar
kehidupan dalam negara demokrasi, sama seperti yang
pernah dilontarkan pula oleh Plato.
C. PERADABAN LEMBAH SUNGAI EUFRAT DAN
TIGRIS
1. Letak Geografis
Sungai Eufrat dan Tigris merupakan sungai yang bersumber dari
Pegunungan Armenia (Turki), keduanya berada di daerah
Mesopotamia (sekarang Irak). Mesopotamia adalah nama sebutan
daerah yang diapit oleh dua sungai, meso berarti tengah dan
potamos artinya sungai. Daerah ini merupakan daerah yang sering
kena banjir di saat musim hujan, dengan begitu lumpur-lumpur
yang dibawa air menyebabkan lahan di sekitarnya menjadi subur.
Ketergantungan bangsa-bangsa yang mendiami Lembah Sungai
Eufrat dan Tigris disebabkan oleh daerah yang mengelilinginya
adalah gurun yang terbentang luas, yaitu Gurun Elbrus dan Gurun
Hamad. Tampak terlihat daerah Mesopotamia adalah lahan yang
paling subur dibandingkan sekelilingnya.
Kesuburan tanah mendatangkan manusia untuk bertempat
tinggal di daerah tersebut dengan pencahariannya bercocok
tanam. Banjir yang dialaminya dijadikan sebagai tantangan untuk
tetap bertahan hidup dengan membuat tanggul-tanggul penahan
banjir, kanal banjir dan saluran pertanian. Dari kondisi tersebut,
muncul peradaban, bahkan para ahli mempercayai bahwa
mesopotamia adalah tempat asalnya peradaban manusia di dunia.
Bangsa Ubaid adalah bangsa pertama yang mendiami daerah
tersebut pada tahun 5000 SM dengan ditandai munculnya kota
Kish, Eridu dan Ur. Kedatangan bangsa Sumeria pada tahun
3000 SM membaur dengan bangsa Ubaid, lalu membangun
sebuah kota dengan rumah-rumah yang dibuat dari lumpur dan
tanah liat.
2. Pemerintahan
(a) Kerajaan Sumeria
Perkembangan Kota Ur sangat pesat dan menyebabkan timbulnya
sebuah tatanan sosial di masyarakatnya. Bangsa Sumeria yang telah
berbaur dengan bangsa asli membuat sistem pemerintahan, makin
lama makin berkembang dan mengembangkan sebuah kerajaan.
Kerajaan Sumeria diperintah oleh sebuah badan kerajaan yang
memperoleh hak tinggi dalam berbagai bidang, seperti politik,
agama dan militer. Badan tersebut dipimpin oleh seseorang yang
dianggap menguasi daerah Sumeria, yang diberi gelar Lugal (Lugal
berarti raja). Patesi yang telah berkuasa di Kerajaan Sumeria antara
lain Patesi A-annipada, Patesi Umia, Patesi Urukagina dan Patesi
Lunggal zagisi. Kekuasaan patesi sangat berpengaruh terhadap
dasar-dasar kehidupan masyarakat, oleh karenanya kekuasaanya
bisa berlangsung di Sumeria selama dua abad.
(b) Kerajaan Akkadia
Kerajaan Akkadia berdiri tahun 2500 SM setelah Raja Sargon (bangsa
Semit) setelah berhasil menaklukan bangsa Sumeria di Mesopotamia.
Kemudian memindahkan ibukotanya dari Ur ke Agade.
Usaha bangsa Akkadia menaklukan kerajaan Sumeria
berlangsung lama. Mereka datang dari derah gurun pasir dan
menaklukan Kerajaan Sumeria. Beberapa kebudayaan dan ilmu
pengetahuan dari Sumeria diadopsi, diantaranya mengenai ilmu
kalender dan takaran. Bangsa Akkadia mengenal legenda-legenda
kepahlawanan, yakni legenda Adapa, Etana dan Gilgamesh yang mirip
dengan cerita manusia pertama Adam dan Hawa. Mereka juga
mengenal legenda air bah yang mirip dengan cerita Nabi Nuh namun
dalam versi yang berbeda. Dinasti Raja Sargon di Agade berkuasa 1
abad dan dihancurkan oleh Guti pada tahun 2200 SM. Kerajaan
Sumeria kembali berkuasa setelah Raja Ur-Nammu mengalahkan
Kerajaan Akkadia dan mengembalikan ibukota ke Ur.
(c) Kerajaan Babylonia Lama
Pada tahun 2000 SM, Sumeria akhirnya dikuasai oleh bangsa
Amoria. Pergantian ini berlangsung lama setelah kekuasaan
Dinasti Ur-Nammu mulai melemah dan sering terjadi perebutan
kekuasaan. Dinasti Amorit dipimpin oleh Sumuabum, ia
memindahkan ibukotanya ke Babylon. Raja Hammurabi adalah
salah satu keturunan dinasti Amorit yang terkenal dan menjadi
raja besar setelah membentuk imperium hingga Turki, Suriah dan
Teluk Persia. Ia juga yang meletakkan hukum tatanan masyarakat
untuk kehidupan yang aman dan tenteram yang dikenal dengan
Codex Hammurabi. Hukum Hammurabi mengakomodasi
kebudayaan bangsa Semit yang menggunakan hukum
pembalasan, seperti hilang nyawa diganti nyawa.
Raja Babylonia runtuh setelah Raja Hammurabi wafat,
lemahnya pengganti raja dan seiringnya serangan dari bangsa
Hittite. Kekuasaan bangsa Amoria digantikan oleh bangsa Assyiria.
(d) Kerajaan Assyria
Bangsa Assyria termasuk bangsa nomaden bertempat di Arab bagian
Utara. Kondisi alam yang panas dan penuh tantangan menjadikan
mereka bangsa yang kuat. Ibukotanya saat itu ada di kota Assur.
Kekuatan mereka digunakan untuk menguasai daerah lain termasuk
Mesopotamia. Semula mereka diwajibkan membayar pajak dan
mengabdi kepada Kerajaan Babylonia dan Hittite. Pada tahun 1350
SM di bawah pimpinan Assuruballit, Assyria mampu melepaskan
kewajiban tersebut dan dapat menyaingi Babylonia. Ketika dipimpin
oleh Tiglath Pletser I, Assyria dapat menguasai Babylonia yang
sudah dikuasai bangsa Hittite. Dengan kemenangan tersebut
tumbuhlah Kerajaan Assyria beribukota Niniveh. Salah satu rajanya
yang termasyhur adalah raja Ashurbanipal yang mampu
mengembangkan wilayah kerajaannya meliputi Lembah Sungai Nil,
Armenia, Damascus dan Yunani.
Kerajaan Assyria berkuasa selama dua abad, yaitu abad
ke-9 – 7 SM, keruntuhannya terjadi oleh serbuan bangsa Chaldea
keturunan Babylonia.
(e) Kerajaan Babylonia Baru
Kerajaan Babylonia Baru lahir setelah Nabopalassar memimpin
bangsa Chaldea menyerbu Kerajaan Assyria pada tahun 612 SM.
Kerajaan Babylonia Baru mengalami kejayaan pada zaman Raja
Nebukadnezar karena:
(1) Meredam pemberontakan Yahudi di Palestina, dan mengirim
ke pembuangan setelah kalah perang;
(2) Membuat jembatan untuk lalu lintas kota;
(3) Membangun taman gantung.
Setelah Nebukanedzar wafat, Babylonia runtuh oleh bangsa
Medes dari Persia.
(f) Kerajaan Persia
Pada awalnya bangsa Medes tinggal di Pegunungan Zagros (sebelah
Utara Teluk Persia). Mereka bangsa yang kuat dan merupakan
ancaman bagi bangsa-bangsa yang ada di sekitarnya. Sebagai bangsa
nomaden, bangsa ini menyebar ke India dan Eropa Barat. Tahun
539 SM berhasil menguasai kerajaan Babylonia Baru, namun tak
lama kemudian muncul Cyrus sebagai pemimpin bangsa Persia
berhasil menaklukan Babylonia Baru dan menyatukan kedua
bangsa Medes dan Persia. Anaknya yang bernama Cambysses
menaklukan Bangsa Mesir yang selanjutnya diganti oleh Raja
Darius. Raja Darius berhasil membawa Kerajaan Persia ke dalam
kejayaan dengan memperluas wilayahnya sampai ke Yunani.
Sistem pemerintahan Darius dipakai dalam sistem
pemerintahan di dunia saat ini. Negara terdiri dari 20 provinsi
yang masing-masing provinsi diperintah oleh satrap (gubernur)
yang ditunjuk oleh Raja.
Pada zaman kekuasaan Kerajaan Persia di Mesopotamia
tampil seorang tokoh agama yang bernama Zoroaster yang
mengajarkan bahwa kekuatan kebaikan dikuasai oleh Ahura
Mazda dan kekuatan kejahatan dikuasai oleh Ahriman. Kitab
suci ajaran ini bernama Avesta.
3. Kepercayaan
Bangsa Sumeria mempercayai banyak dewa yang ditimbulkan
oleh kondisi alam yang tidak stabil. Diantara banyak dewa-dewa
yang dikenal, tiga di antaranya merupakan dewa tertinggi antara
lain Dewa Anu (Dewa Langit), Dewa Enlil (Dewa Bumi) dan
Dewa Ea (Dewa Air). Keberhasilan bangsa Sumeria menguasai
daerah Mesopotamia diabadikan dalam sebuah mitologi
kemenangan saat terjadi peperangan antara Dewa Marduk
dengan Dewa Tiamat. Dewa Tiamat dianggap sebagai dewa
petaka yang selalu membawa bencana banjir.
4. Pengetahuan dan Teknologi
(a) Aksara
Sejak berdirinya Sumeria, bangsa-bangsa yang mendiami Lembah
Sungai Eufrat dan Tigris sudah mengenal abjad dengan bentuk
huruf paku dengan sebutan kuneiform. Pengembangan huruf ini
didapat pada peninggalan Babylonia sebuah prasasti batu Undangundang
Hammurabi yang memuat 282 pasal, setiap pasalnya
memuat peraturan dan hukuman bagi pelanggarnya.
(b) Kalender
Pergantian musim menunjukkan pergantian bulan, untuk
kepentingan masa bercocok tanam dan panen mendorong
timbulnya sistem penanggalan. Penanggalan waktu ini sudah
dikenal sejak Kerajaan Sumeria dan berkembang sejak Kerajaan
Chaldea yang membagi minggu dalam 7 hari, hari dalam 24 jam,
sama seperti yang terjadi saat ini.
(c) Ilmu hitung
Bangsa Sumeria sudah mengenal angka 60 (sexagesimal) bilangan
dasar, susunan angka 60 dipakai sebagai besarnya derajat dalam
1 lingkaran, yakni 360 derajat yang dianalogikan sama dengan
peredaran bumi mengelilingi matahari dalam 1 tahun yang terdiri
dari 360 hari.
D. PERADABAN DI LEMBAH SUNGAI NIL
KEGIATAN 6.3
Buatlah ringkasan sejarah bangsa-bangsa yang pernah menguasai Lembah Sungai Eufrat dan
Tigris. Kemudian isi tabel di bawah ini, jika perlu tambahkan dengan materi yang lebih lengkap!
Tahun Bangsa Raja/Kerajaan Peninggalan Budaya
1. Letak Geografis
Sungai Nil terbentang dari Pegunungan Kilimanjaro (Sudan)
hingga Laut Tengah dengan panjang kira-kira 5000 km. Sungai
ini merupakan hadiah bagi bangsa Mesir karena daerah di
sekilingnya adalah gurun pasir yang luas, apabila terjadi hujan
akan terjadi bah yang membawa lumpur-lumpur mineral. Dari
lumpur inilah tanah sangat cocok untuk dijadikan lahan bercocok
tanam. Keterasingan bangsa Mesir dengan kondisi geografis yang
sebelah kiri dan kanan Sungai Nil adalah Gurun Nubia sangat
tidak menguntungkan, namun mereka mampu bekerjasama
dalam sebuah kelompok yang tangguh dan menciptakan sebuah
peradaban. Di lain sisi, kondisi ini memberikan keamanan bagi
bangsa Mesir dari serangan luar.
2. Pencaharian
Pola hidup bangsa Mesir sangat menggantungkan diri kepada
kondisi Sungai Nil, apabila musim hujan mereka akan bercocok
tanam dan apabila musim kemarau mereka akan menghindar.
Kemampuan bercocok tanam ini bertahan lama sampai jumlah
populasinya bertambah banyak dan mengharuskan bangsa Mesir
mengembangkan sistem pengaturan air yang baik dan bisa
dipergunakan setiap saat. Adanya kerja sama antar individu
membentuk sebuah kelompok kecil dan berkembang menjadi
kelompok besar yang memerlukan sebuah aturan dalam organisasi
yang teratur.
3. Sistem Kepercayaan
Bangsa Mesir mengenal banyak dewa (politheisme), juga
mengenal kepercayaan bahwa roh orang mati tidak akan
meninggal. Malah mereka mengenal hewan-hewan suci yang
dianggap sakral, seperti terlihat dalam beberapa lukisan dan
patung hewan berkepala manusia dan manusia berkepala hewan.
Dewa-dewa yang dipuja bangsa Mesir antara lain:
(a) Dewa Osiris sebagai dewa tertinggi
(b) Dewa Ra sebagai dewa matahari
(c) Dewa Thot sebagai dewa pengetahuan
(d) Dewa Horus, anak Dewa Osiris
(e) Dewa Amon sebagai dewa bulan
Sebagai penguasa kehidupan politik dan keagamaan
dipegang oleh firaun, Firaun (Pharaoh) ini diistimewakan karena
dianggap Dewa Horus, perantara manusia dengan dewa dan
pemelihara Sungai Nil.
4. Pemerintahan
Sepanjang Lembah Sungai Nil terbagi dalam dua wilayah yaitu
Sungai Nil Hulu dan Sungai Nil Hilir, pada masing-masing daerah
terbentuk kelompok yang terpisah. Kedua wilayah ini dapat
dipersatukan oleh Menes dengan bentuk kerajaan dan beribukota
Memphis pada tahun 3000 SM. Menes inilah yang menjadi raja
Mesir Kuno.
(a) Mesir Tua
Raja-raja Mesir diberi gelar Firaun atau Pharaoh. Firaun memiliki
hak yang tidak terbatas dengan tujuan memberi kedamaian dan
kemakmuran bagi bangsanya. Kerajaan Mesir Tua beribukota
Memphis. Pada zaman Mesir Tua, sudah dibangun makam-makam
raja dalam bentuk piramid dan patung dari batu. Piramid ini dibuat
oleh rakyat karena kepercayaan bahwa raja Mesir adalah titisan dewa.
Raja-raja yang termasyhur pada zaman ini di antaranya
Khufu, Kefre, dan Menkaure. Setelah raja-raja tersebut
meninggal, kondisi keamanan di Mesir menjadi lemah, hal ini
disebabkan oleh adanya perubahan kepercayaan rakyat bahwa raja
adalah keturunan dewa dan timbulnya kerajaan-kerajaan kecil.
(b) Mesir Pertengahan
Setelah terjadi perpecahan, Mesir kembali disatukan oleh raja
Sesotris III dari Thebe. Bahkan Sesotris III mengembangkan
wilayahnya dengan menguasai Nubia dan Palestina. Pada masa
pemerintahan Amenemhet III terjadi penambangan emas di
Gurun Sinai dan mendirikan kelompok besar istana yang
dinamakan labyrinth. Setelah kematian Amenemhet III, muncul
serangan dari bangsa Hykos yang berasal dari Palestina dan
mereka dapat menguasai Mesir. Kedatangan bangsa Hykos
memperkenalkan teknologi peralatan dari perunggu, seperti
peralatan pertanian, senjata dan alat rumah tangga. Bangsa Hykos
menetapkan Kota Awaris sebagai ibukota Mesir yang baru.
(c) Mesir Baru
Bangsa Mesir dapat merebut kembali kekuasaannya dari bangsa
Hykos. Raja yang paling berjasa dalam perebutan kekuasaan dari
bangsa Hykos adalah Firaun Ahmosis karena ia sendiri yang
memimpin serangan. Kekuasaan Mesir sempat meluas ke Babylonia,
Assyria, Cicillia, Cyprus pada saat kekuasaan Tutmosis II.
Antara tahun 1367-1350 SM pada masa pemerintahan
Amenhotep IV atau Akhenaton dan Nefertiti mengajarkan
monotheisme kepada bangsa Mesir dengan menganggap Dewa
Matahari sebagai satu-satunya dewa. Akibat adanya pertentangan
dengan para pendeta agama Amon, Amenhotep IV memindahkan
ibukota dari Thebe ke Al Amama. Setelah Amenhotep IV
meninggal, perselisihan tentang agama tidak terjadi lagi dan
pendeta menunjuk Tut-Aankh-Amon atau Tutankhamon sebagai
firaun dan diharuskan tunduk kepada pendeta agama Amon.
Kekuasaan Mesir akhirnya selalu digantikan oleh negara lain yang
menjatuhkannya. Ini terjadi sejak pemerintahan Raja Ramses
III (1198-1167 SM) berakhir.
5. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
a. Hieroglyph
Hieroglyph adalah nama huruf kebudayaan Mesir Kuno. Bentuk
hurufnya dalah piktograf dimana setiap gambar mewakili satu
huruf. Hieroglyph ini ditulis pada sebuah media kertas dari
papirus, tumbuhan, atau dipahat.
b. Astronomi
Kehidupan agraris banga Mesir memengaruhi terhadap
pengetahuannya yang tinggi. Untuk mengetahui waktu bercocok
tanam, panen atau berdagang dilihat dari siklus musim yang
datang setiap tahunnya.
c. Sistem pengawetan
Kepercayaan bahwa roh yang meninggal masih tetap berada pada
jasadnya apabila tidak rusak. Dari kepercayaan ini timbul usaha
untuk mengawetkan orang yang sudah meninggal dengan
menggunakan rempah-rempah atau ramuan lainnya supaya tidak
tercium bau busuk.
d. Arsitektur
Peninggalan-peninggalan Mesir berupa patung dan bangunan
yang besar menunjukkan adanya teknologi pembuatannya, apalagi
semua ukuran patung dan bangunan tersebut berukuran besar,
seperti piramid (makam para firaun), sphinx (singa berkepala
manusia sebagai lambang kekuatan dan kebijaksanaan) dan
obelisk (tugu batu untuk memuja Dewa Amon Ra).
0 comment:
Posting Komentar