Kau Tau?...

Kau tahu apa yang menyenangkan? Saat perempuan-perempuan berpikir aku pernah mencintai mereka. Dan tebak apa yang menyakitkan? Mencintaimu.

Hai Aku...

Hai orang yang gagal jatuh cinta, sedang apa kau? Ah, senyummu! Kukenal senyum palsu itu! Aku juga pernah melakukannya saat bersamamu.

Hanya Kamu

Aku sayang kamu sejak lama, tapi kini aku punya mata yang baru. Mata yang tertutup bagi segala keindahan perempuan yang bukan kamu.

Beda Cerita

Beda ceritanya, antara kamu sudah mengisi hati seseorang atau kamu hanya sedang membuat seseorang sibuk hingga tak sempat menengok hatinya.

Bangga Menjadi Diri Sendiri

Kamu harus bangga bahwa kamu adalah kamu. Sebab mungkin tidak mudah bagi orang lain bila menjadi kamu. :)

Jumat, 15 Maret 2013

Ciuman Siluman

Hujan mengguyur kampus di sore itu, beberapa mahasiswa Teknik Mesin baru saja mengikuti kelas, termasuk aku dan seorang temanku yang entah aku tak ingin menyebut namanya. Tepat pukul 4.00 kami keluar dari gerbang kampus bersama hujan yang mulai mereda dan aku menunggu 12 menit di halte kampus sampai hujannya benar benar reda.
Jarak kosan ke kampusku sebenarnya tidak jauh, hanya 25 menit bila ditempuh dengan berjalan kaki dan 7 menit bila menggunaka kendaraan. Hanya saja sore itu seorang temanku tadi mengajaku naik angkot. Aku meraba semua saku dan hanya menemukan uang 4500.

“wah empat ribu lima ratus doank,  dua ribu buat angkot, seribu lima ratus buat makan malem.”
Fikirku, ah tak apa sekali-sekali.

Keadaaan sore itu tak seperti biasanya, banyak sekali angkot yang ngetem di jalanan depan kampus. Entah kampusku apa, jalannya apa, yang jelas mimpi ini sedikit aneh. Aku menaiki angkot berplat nomor T 1215 VE. Jadi kalau aku hilang, tolong laporkan kendaraan ini ya! 
-_-

Ada tujuh  Makhluk di dalam angkot, dua orang pria tua, dua orang ibu-ibu, satu orang anak-anak dan dua orang wanita seumuranku, yang satu cantik, yang satu biasa-biasa aja. Aku duduk di dekat pintu bersama temanku yang tak ingin aku sebut namanya.

2 menit berlalu dan angkot masih berjalan seperti biasanya. Tetiba saja ada terowongan di depan dan kami melintas kedalam. Disanalah keanehan kembali muncul, angkot yang tadinya bergitu besar tiba-tiba menjadi kecil. Kami menjadi berdesak-desakan di dalam mobil namun tak ada seorangpun penumpang selain aku yang terlihat panik. Bahkan temanku tadi masih terlihat santai seperti sebelum masuk ke terowongan. Ah aku biarkan saja, aku kelelahan.

3 menit berlalu aku kembali melihat jalanan, ternyata berbeda dengan rute angkot biasanya. Namun anehnya pula aku hanya terdiam saja, yah namanya juga mimpi. Mobil kecil itu mulai mendaki bukit terjal, jalanan disana hanya cukup untuk satu mobil kecil yang aku tumpangi. Dan kembali mobil terasa sesak, aku jadi bergantungan di tepian mobil seperti seorang  kondektur.

Disana aku melewati jurang yang cukup dalam. Tapi ketika aku lihat kebawah, telihat seperti grand canyon, lembah yang sangat Indah. Ada batuan yang tersusun rapi mengitari danau yang hijau, ada taman yang tertata indah dan rindang. Cukup aneh fikirku, padahal semalam aku tak memikirkan hal hal indah, terlebih hanya hal-hal berbau galau.
Seketika mobil berhenti, dan supir menyuruh semua penumpang untuk turun.

“Ada apa pak? Ko berhenti?”

AKu bertanya setengah curiga, penumpang lainnya tak ada satupun yang berbicara. Hanya seorang wanita cantik yang keluar dari angkot berjalan kearahku.

“Jalannya sedang diperbaiki, sepertinya kita harus menginap disini malam ini”

Bicaranya pelan kepadaku, dan dia berlalu bersama yang lain, turun dari jalanan menuju lembah dibawah. Tiba tiba aku terkaget, disana banyak sekali buaya besar, di danau di dekat lembah. Kenapa mereka semua tidak taku melihat buaya itu, apa mereka tak melihatnya atau memang itu buaya air yang jinak. Ah sudahlah, namanya juga mimpi.

Sulit menggambarkan keadaan disana, turun sekitar 10 meter dari jalanan, ada lapangan yang cukup luas, di sampingnya ada batuan yang datar. Turun 10 meter lagi disana ada danau yang terlihat jernih airnya dan tak terlihat dalam. Ada seekor buaya besar yang sedang menjemur diri di hari yang mulai gelap, buaya yang lainnya berada di tengah danau.

Seorang ibu-ibu mendatangi buaya besar itu dengan berani, kemudian dia menciumnya. Aku cukup kaget melihat situasi ini, aneh namun membuatku hanya bias terdiam. Wanita itu memegang kepala buaya itu dan menciumnya, dan tiba-tiba buaya itu berubah menjadi seorang wanita cantik seumuranku. Rambutnya terurai panjang dengan poni kanan yang anggun, tingginya hampir sama denganku, kulitnya putih, dadanya 34C dan sangat sexy. Dia mengenakan paju longgar putih dan celana jeans, siluman yang trendi fikirku.

Siluman itu berbicara dengan ibu-ibu yang menciumnya, entah karena cukup jauh, aku tak bisa mendengarnya. Mungkin mempersilahkan untuk ikut menginap disini semalam.

Hari sudah gelap, aku melirik jam di tanganku dan menunjukan 20.12. Aku dan temanku 
“Alan Albert” memilih tiduran di batuan tepian danau. Di malam itu tak terasa dingin, 
terasa begitu hangat. Aku membuka notebook dan melihat-lihat tugas untuk minggu depan, tak ada satupun yang menarik.

Aku melihat lihat sekitaran danau, aku mencari wanita tadi siang yang menyapaku, wanita cantik itu tak terlihat lagi sejak sore. Di tepian danau seberang aku menangkap bayanganwanita, akupun mencoba mendekati wanita  itu. Malam ini tak begitu gelap, langit beratapkan lampu bintang-bintang menerangi lembah, dan danau ini membuatnya terasa 
hangat.

“Hey”

Sapa ku singkat kepada wanita itu, dia menoleh dan sejenak menatapku, dia tersenyum, dan dia memang wanita tadi siang.

“Ya? Kamu ga tidur?”

Dia mengenakan baju putih yang longgar dan celana yang pendek, sekitar 15 cm diatas lututnya. Terlihat kulit putih mulusnya yang tak ingin aku tatap, terlalu membahayankan.

“Haha ngga, mana mungkin bisa tidur ditempat begini. Lah kamu?”

Aku duduk di sebelah kirinya, ikut menikmati danau yang sunyi, sedikit memulai suasana, terlebih ingin mengenalnya, mungkin saja aku dan dia satu kampus.

“aku masih ingin merasakan suasana disini, kapan lagi kan ke tempat seperti ini. Aku Nadia, 
kamu?”

Dia menjawab pelan dengan suara lembut, dia menatap danau dengan mata yang dalam.

“Mm aku Mudz. iya, meski kupikir aku tersesat disini, namun ini lebih indah”

“Lebih indah? Lebih indah dari apa?”

“Ngga, maksudku disini indah. Bisa menatap danau yang begitu luas, hangat, diterangi 
bintang-bintang dilangit”

“Namun sayang bila dinikmati sendiri kan?”

“Haa, iya. Mmm kau kuliah dimana?”

“hey, kenapa bertanya seperti itu? Kau tak tau kalau kita sekampus? Ya walau beda 
fakultas, aku di akuntansi”

“Wah masa, aku belum pernah ngeliat kamu dikampus.”

“Ya kamu memang belum pernah, tapi aku sering ngeliat kamu. Lagian cewe-cewe dikampus banyak yang cantik, jadi aku ga pernah kamu liat mungkin”

“wah wah ngga lah, emangnya harus cantik biar bisa dilihat?”

“Seperti itu kan kalo cowok cowok?”

“Gak semua cowok kan? … Hey, kamu cantik, bisa jadi yang tercantik dikampus”

“Hmm, bisa jadi? Jadinya kalo gimana?”

“Ngga, kamu sangat cantik.”
“”

Aku mengalihkan pandangan ke langit, tanganku memegang tepian batu.

“Langit begitu indah, begitu menyejukkan hati”

Terasa sesuatu hangat menyentuh tangan kananku. Aku menarik tanganku dan menoleh kea rah nadia. Ternyata dia juga sedang kaget, sepertinya dia ta sengaja memegang tanganku.
Kami sejenak saling menatap, aku melihat wajah cantiknya, putih dihiasi bibir merah dengan senyuman yang manis. Aku menatap matanya dengan dalam, dia pun sama. Aku menurunkan tangan kananku kembali di tepian batu, diapun sama. Wajah kami semakin mendekat, kami saling merasakan hembusan nafas yang semakin terasa deras di pipi. 

Semakin dekat dan bibir kami saling bertemu dan berpautan, kami berciuman, lama.
Entah apalagi yang terjadi setelah itu  aku tak ingin menjelaskan, ini bukan cerita dewasa.
Fajar mulai menyingsing, akupun terbangun di batu semalam. Kembali menuju tempat temanku dan membereskan tas. Aku masih tersenyum mengingat apa yang terjadi semalam.
Aku menghampiri nadia yang sedang merapikan tas. Dia masih mengenakan baju putih dan celana pendek yang sama.

“Hey Nadia”

“Ya? Ko kamu tau namaku? Kita pernah bertemu”

“ Jangan jangan!”

TAMAT