Kau Tau?...

Kau tahu apa yang menyenangkan? Saat perempuan-perempuan berpikir aku pernah mencintai mereka. Dan tebak apa yang menyakitkan? Mencintaimu.

Hai Aku...

Hai orang yang gagal jatuh cinta, sedang apa kau? Ah, senyummu! Kukenal senyum palsu itu! Aku juga pernah melakukannya saat bersamamu.

Hanya Kamu

Aku sayang kamu sejak lama, tapi kini aku punya mata yang baru. Mata yang tertutup bagi segala keindahan perempuan yang bukan kamu.

Beda Cerita

Beda ceritanya, antara kamu sudah mengisi hati seseorang atau kamu hanya sedang membuat seseorang sibuk hingga tak sempat menengok hatinya.

Bangga Menjadi Diri Sendiri

Kamu harus bangga bahwa kamu adalah kamu. Sebab mungkin tidak mudah bagi orang lain bila menjadi kamu. :)

Sabtu, 17 Oktober 2015

NYERItain mantan #Part 2

Seseorang pernah bilang ke gw, "Jangan mencintai orang yang mudah jatuh cinta, karena ia juga mudah melupakan cintanya sehingga cintanya tak akan bertahan lama". Karena kata-kata itu, gw selalu berharap dan berdoa supaya gw menjadi orang yang sulit jatuh cinta, sehingga gw menjadi orang yang setia. Dan itu adalah salah satu penyesalan terbesar dalam hidup gw. Iya, harapan gw terkabul, sekalinya jatuh cinta pada orang yang salah, gagal mup nya sampe setengah dekade. Tapi, mantan ke-2 gw ini, bukanlah orang yang membuat gw jadi uring-uringan masalah cinta kayak sekarang. Terlebih, orang yang memaksa gw untuk menjadi brengsek.

Oke, kisah ini dimulai ketika gw menginjak semester akhir di Sekolah Dasar. Semester dua belas berarti ya? Loh kok nanya..

Namanya Novi. Masih kekerabatan ama mantan pertama, masih di abjad N. Dia saingan gw dalam pelajaran matematika. Eits, bukan temen sekelas. Beda sekolah, kita rival di Olimpiade. Dia dari kecamatan sebelah. Perawakannya agak ngga jelas. Pake kacatama, kulitnya putih, rambutnya poni (ponytail kali), tingginya sebahu. Sayangnya, gw yang sebahu dia. Jadi kalo ngobrol terus berdiri, gw kayak ngga sopan. Masa harus nenggak ke atas, kalo lurus malah disangka cabul.

Di semester  9, gw emang kalah dari dia. Bukan apa-apa, saat itu masih rame sama dragonball, flame recca. Tapi alasan sebenernya adalah, gw disuruh fokus di IPA. Makanya agak menye-menye di math. Dan karena kekalahan itulah, gw jadi bisa kenalan sama dia.

Singkat cerita, kita jadi sering smsan. Yakali dulu belum ada WA atau Path. Selama dua semester berjalan dengan baik. Tapi sialnya, gw terlalu menunda-nunda. Gak berani ngomong kalo gw suka sama dia. Sampai akhirnya muncul momen dimana dia bilang, "Eh, Hanif orangnya kayak gimana sih?"

DHUARRRRRRR!!!!!!
Dia nanyain temen sekelas gw. Kampret! Kenapa ? Kenapa Vi? Kenapaa harus Hanif? Hanif itu ganteeeng.. Jangaaan..

Anjir malah jadi homo w..

Tapi, muncul sesuatu yang hebat dalam diri gw. Mungkin setan di sebelah kiri gw berbisik, 'Woy, sebelum terlambat.. Lo tembak dia.. Tembak sekarang atau ngga sama sekali"
Batin gw bergejolak, hati gw nolak untuk ngasih action secepat itu..
"Jangan nov.. Jangan langsung buat dia kaget.. Selama ini lo udah di zona nyaman.. Lo harus pelan-pelan di zona nyaman lo kalo mau nembak.. Jangan nov" Teriak Malaikat dari sebelah kanan gw.
Akhirnya gw langsung nembak dia..

"Vi, aku sebenernya suka ama kamu"

Dan tauk dia jawab apa?

"Kamu udah aku anggep ade sendiri Nov. Kita ngga mungkin jadian.."


Sekian dan terima kenyataan..


NYERItain mantan #Part 1

Ketemu lagi gaes.. Kayaknya belum ada hal yang bisa gw ceritain tentang apa yang sedang gw alamin atau mungkin apa yang ingin gw lakuin di masa depan. Atau mungkin karena terlalu menyakitkan, jadi ga gw ceritain.

Okelah, yang penting menarik. Makanya gw bakal cerita tentang apa yang terjadi pada gw di masa lalu.. Yang pertama gw bahas, tentunya tentang mantan pertama gw, yang bisa dibilang cinta pertama gw. 

Namanya Nurul, persis kayak nama gw. Dia cewek yang berkepribadian ganda, nama lengkapnya Nurul ama Lia.. (Nurul Amalia). Dia adalah tetangganya om gw. Kenapa bukan tetangga lu nov? Gaes, Sekeliling rumah gw adanya kandang kambing sama kolam ikan. Ngarep gw kesemsem sama tetangga? Yang bener aja.

Iya, dulu pas masih taon 2005-an. Gw maen ke rumah om gw di Bekasi. Bekasi timur. Timur agak keselatan. Tenggara. Dan itu adalah kali pertama gw maen ke rumah om gw. Lah kenapa lo bisa inget nov? Tentulah, mana bisa gw lupa sama first crush lo. 

Berawal dari sabtu pagi yang cerah. Beberapa ekor camar berkicau dari pucuk pohon bambu. Dua tiga ibu-ibu yang masih aduhai sedang membeli sayuran di pedagang gerobak keliling. 5 anak kecil bermain bola sepak di lapangan bulu tangkis. 

Kebetulan rumah om gw tepat berada di tepi lapangan yang selalu rame sama orang-orang yang olahraga atau yang sekedar nyari kecengan. Dan pagi itu, gw berniat melakukan pemanasan untuk bermain bulu tangkis PVP sama sepupu gw. Sialnya gw ga bawa sport shoes, jadi akhirnya nyeker. Pas lah sama muka yang belum dapet aer. Dan lebih sialnya, si Nurul ini berpenampilan rapih banget. Udah mandi, udah agak make bedakan dikit. Udah agak puber soalnya, palingan udah kelas 2 SD. Dadanya masih kayak papan penggilesan waktu itu.

Gw masih inget jelas apa yang dia pake waktu itu. Celana trening warna merah sama kaos warna putih. Mungkin ortunya modus  modis, jadinya si Nurul make topi tenis. Tapi cakep banget asli. Dan gw yang masih terkesima sama dia, langsung tancap balik ke dalem rumah om gw lalu cuci muka, sabunan make livebuy. Make minyak wangi tante gw, semprot sana sini. Make maskara dikit. Lalu langsung cus ke lapangan.

Eh Kampret. Si Nurul malah lagi ngobrol ama sepupu gw. Disitu gw bingung. Sikap apa yang harus gw tunjukkin. Pura-pura ngga kenal sama sepupu gw atau sok akrab biar dikenalin. Gw mikir panjang banget. Hingga akhirnya gw milih opsi kedua.

"Uii Mut.. Ayo tanding.." Seru gw agak deketan.. 

"Eh a otong.. Kenalin nih temen mut.. Nurul.. Rumahnya sebelahan tuh.." Bales si mut sambil nunjuk-nunjuk ke rumahnya Nurul.

Dalem hati gw. Anjir, udah laga-laga sok cool. Eh malah gw dipanggil pake panggilan keluarga. Padahal kalo Mustopa kan agak keren dikit.
"Ya.. Salam kenal, Nurul ya.. "
Pada akhirnya Nurul sama si mut maen Bulu tangkis bareng. 
Sedang gw menikmati permainan mereka sambil gigit jari.. mukul mukul kok ke dinding rumah..  


Rabu, 14 Oktober 2015

Susan

Aku tak pernah membayangkan kisah ini bisa terjadi menimpa diriku. Cerita sederhana yang pernah di dengar oleh semua orang.

Namanya Susan, dia teman sekelasku di SMA. Kami menghabiskan waktu selama 3 tahun, 6 semester. Dia baik, cantik, rajin, pintar tapi hanya saja aku tak pernah mengira akan terlibat kisah percintaan dengan dia. 

Sebenarnya, kisah ini tidak berlangsung dalam kurun waktu 6 semester itu. Terlebih setelah aku dan dia berpisah cukup lama, sekitar dua atau tepatnya menjelang tiga tahun setelah kelulusan.

Bentar, makan rujak dulu.. Nanti kita lanjutin ini cerita.. 

Selasa, 13 Oktober 2015

Mungkin kamu bisa mengerti

Pernah suatu ketika, aku merindukan rembulan yang hanya bersinar seperempatnya. Namun permukaannya masih mampu memantulkan cahaya mentari untuk menyinari seisi bekasi. Dengan ditemani segelas kopi yang sudah tak lagi hangat (dibaca: geus tiis) dan sebatang rokok yang terbakar setengahnya, aku melantukan sebuah lagu untuk menuntun fikiranku agar dapat kembali memvisualkan ruang dan waktu di malam itu.

Pada suatu malam di pertengahan bulan Juli tahun lalu.Angin yang berhembus, dengan pelan menghempas tubuhku yang berdiri diatas balkon. Mataku menatap sayu pada sang rembulan. Mencoba mencari-cari wajah seseorang yang aku rindukan. Tubuhku berbalut sarung tipis yang kuharap bisa menahan dingin supaya tak merasuk. Jemariku menuliskan satu nama wanita, wanita yang dalam fikiranku, aku mencintai dia. Sekalipun dalam pandangan khalayak umum, aku sama sekali tak benar-benar mencintai dia.

Aku coba bertanya pada rembulan, namun suaraku sama-sekali tak dapat menggapai cahayanya. Tentang apa yang membelenggu fikiranku, aku ingin tahu. Aku tak ingin terus menerus terjerat masalah yang kubuat-buat sendiri.

"Hey, siapa saja.. Beri aku jawaban atas kegundahanku ini... Bulaaan, Maalaaam, angiiin,, lautaaan, ahhhh siapa saja tolong aku...." Teriakku lantang memecah malam yang sunyi..

Mencintai bukan seperti ini, noV!" teriak sebetang pensil yang ujung nya sudah mulai tumpul.

Aku tersentak, sesuatu yang ku pegang berbicara dengan nada nyaring. Dengan nada heran aku bertanya.. "Apa maksudmu sil?" 

Mencintai, artinya membahagiakan. Bukan hanya membahagiakan orang yang kamu cintai, tapi juga membahagiakan diri sendiri. Coba tanyakan diri sendiri? Sudahkah kamu bahagia dengan cara yang kamu sebut dengan mencintai?" Timpal si pensil dengan nada mengajari.

Aku tak mengerti sil" Aku mencoba menerka apa yang si pensil katakan.

Maksudku, orang yang mencintai Tuhan, akan merasa bahagia pada hatinya. Ia tentram sekalipun banyak ujian yang ia terima. Terluka, tersakiti, atau teraniaya sekalipun bukan berarti tidak bahagia. Ingat, bahagia itu hanyalah sebuah rasa. Rasa yang diberikan syaraf sebagai hasil dari rasa yang diterima. Dan rasa yang diterima hanyalah satu, untuk bahagia kamu hanya perlu bersyukur. Dan bersyukur juga bukan berarti kamu diam dan berterima kasih kepada Tuhan. Tidak, tidak sama sekali." Si Pensi ngomongnya makin panjang.

Lalu bagaimana aku bisa bersyukur dengan perihal mencintai seseorang?" Aku kembali melontarkan pertanyaan.

Itu adalah hal yang haruslah kamu temukan sendiri. Dan aku bisa memberitahukan caranya." Seru si pensil

Apa sil?" Tanyaku

Kamu perlu belajar mencintai dari Dia yang Maha Mencintai. Cobalah, mungkin kamu bisa mengerti. Bahagia yang kamu cari, bukanlah bahagia yang kamu perlu noV.." jawab si pensil sebelum ia kembali membisu.

Seketika itu malam meneteskan air mata. Dan sang rembulan pun menangis syahdu.

"Bukan wajahku yang perlu kau tatap, anak muda. Bila kamu merindukan cintamu, Tataplah Tuhanmu"

Bila tiba waktunya..

Bila tiba waktunya aku mengerti bahwa bersyukur adalah kunci dari kebahagiaan, bahwa memberi kenyamanan adalah kunci dari membahagiakan, bahwa tidak mampu yang selalu aku umpat setiap harinya hanyalah karena aku tidak mau, bahwa wanita yang kamu sia-siakan adalah wanita yang tulus mencintai kamu, bahwa waktu yang telah lalu takkan mungkin terulang, bahwa bahagia yang kamu cari adalah sesuatu yang tak mungkin terjadi, bahwa wanita yang seminggu lalu kamu buat menangis adalah wanita yang dibesarkan dengan kebahagiaan oleh orang tuanya, bahwa hari libur besok adalah libur tahun baru hijriyah, bahwa tag yang kemaren di ubek-ubek
     <div id='header-wrapper'>
      <b:section class='header' id='header' maxwidgets='1' showaddelement='no'>
        <b:widget id='Header1' locked='true' title='Mudztova (Header)' type='Header'>
          <b:includable id='main'>

  <b:if cond='data:useImage'>
    <b:if cond='data:imagePlacement == &quot;REPLACE&quot;'>
      <!--Show just the image, no text-->
      <div id='header-inner'>
        <a expr:href='data:blog.homepageUrl' style='display: block'>
          <img expr:alt='data:title' expr:height='data:height' expr:id='data:widget.instanceId + &quot;_headerimg&quot;' expr:src='data:sourceUrl' expr:width='data:width' style='display: block;padding-left:0px;padding-top:0px;'/>
        </a>
      </div>
    <b:else/>
      <!--
      Show image as background to text. You can't really calculate the width
      reliably in JS because margins are not taken into account by any of
      clientWidth, offsetWidth or scrollWidth, so we don't force a minimum
      width if the user is using shrink to fit.
      This results in a margin-width's worth of pixels being cropped. If the
      user is not using shrink to fit then we expand the header.
      -->
      <div expr:style='&quot;background-image: url(\&quot;&quot; + data:sourceUrl + &quot;\&quot;); &quot;                      + &quot;background-position: &quot;                      + data:backgroundPositionStyleStr + &quot;; &quot;                      + data:widthStyleStr                      + &quot;min-height: &quot; + data:height + &quot;px;&quot;                      + &quot;_height: &quot; + data:height + &quot;px;&quot;                      + &quot;background-repeat: no-repeat; &quot;' id='header-inner'>
        <div class='titlewrapper' style='background: transparent'>
          <h1 class='title' style='background: transparent; border-width: 0px'>
            <b:include name='title'/>
          </h1>
        </div>
        <b:include name='description'/>
      </div>
    </b:if>
  <b:else/>
    <!--No header image -->
    <div id='header-inner'>
      <div class='titlewrapper'>
        <h1 class='title'>
          <b:include name='title'/>
        </h1>
      </div>
      <b:include name='description'/>
    </div>
  </b:if>
</b:includable>
          <b:includable id='description'>
  <div class='descriptionwrapper'>
    <p class='description'><span><data:description/></span></p>
  </div>
</b:includable>
          <b:includable id='title'>
<a expr:href='data:blog.homepageUrl'><data:title/></a>
</b:includable>
        </b:widget>
      </b:section>

<div id='header2'>
<div class='menu-primary-container'>
<b:section class='pagelistmenusblog' id='pagelistmenusblog' showaddelement='yes'/>
</div>
</div>
<div style='clear:both;'/>
yang lo perlu cuman nambah fungsi show add element doang, bahwa gadis yang kamu rindukan saat ini sedang merindukan lelaki lain.

Bila tiba waktunya aku jatuh cinta lagi, semoga tidak pada kamu lagi.

Lagi lagi kamu..

Sebelum postingan ini masuk pada intinya, let me tell you about apa yang gw yakini selama ini. Dimana c^2 = a^2 + b^2 hanya berlaku bagi segitiga yang memiliki sudut 90" pada salah-satu sudutnya.
Lalu apa hubungannya sama judul postingan gw?

Untuk mencapai hasil "5", maka 2 memerlukan 3 sebagai katalis penambahan. Padahal selain itu, -3 bisa digunakan dalam operasi pengurangan agar bisa berjumlah "5". Intinya adalah, dalam setiap hal tidak hanya memerlukan satu cara untuk mencapainya. Bahkan pintu surga pun tak hanya satu (Note: Ada 8) (Additional notes: Barusan buka google wkakakak).

Lalu, apa yang terjadi pada diriku? Mengapa telah sejauh ini aliran cintaku hanya bermuara pada satu, kamu. Pernah aku berfikir, kamu bukanlah cinta pertama, kamu bukanlah wanita yang paling cantik, paling menarik, paling baik. (Boro-boro, kenalan aja ngga lama). Dua tahun bersama (sekolah bareng) dan aku tak mampu mengenal banyak hal tentangmu, aku tak tau makanan favoritmu, cita-citamu, nama orang tuamu, siapa tokoh wanita yang ingin kau teladani. Tapi mengapa dalam fikiranku, aku menginginkan kamu sebagai pendamping hidupku.

Aku hanya takut, bahwa sejatinya aku tengah memuja kamu. Diperbudak ego dalam hal mencintai. Padahal, aku sama sekali belum mengerti, bagaimana caranya membahagiakan diri sendiri.

Aku hanya takut, karena gagal terhadap kamu. Aku tak mau lagi berjuang untuk siapapun. Hingga pada akhirnya, aku memenjarakan diri dalam kesendirian.

Karena sejauh ini, sekeras apapun aku mencoba melupakan kamu. Aku tak sanggup. Selalu dan selalu kamu yang terlintas di benakku setiap aku memikirkan kebahagiaan. 

Adakah piala yang dapat aku terima, dari ketidak mampuanku beranjak dari kamu?

Adakah cara yang mampu aku lakukan, untuk berhenti atas kamu, menerima bahagia yang lain selain kamu?

Semoga tidak kamu lagi..