Kau Tau?...

Kau tahu apa yang menyenangkan? Saat perempuan-perempuan berpikir aku pernah mencintai mereka. Dan tebak apa yang menyakitkan? Mencintaimu.

Hai Aku...

Hai orang yang gagal jatuh cinta, sedang apa kau? Ah, senyummu! Kukenal senyum palsu itu! Aku juga pernah melakukannya saat bersamamu.

Hanya Kamu

Aku sayang kamu sejak lama, tapi kini aku punya mata yang baru. Mata yang tertutup bagi segala keindahan perempuan yang bukan kamu.

Beda Cerita

Beda ceritanya, antara kamu sudah mengisi hati seseorang atau kamu hanya sedang membuat seseorang sibuk hingga tak sempat menengok hatinya.

Bangga Menjadi Diri Sendiri

Kamu harus bangga bahwa kamu adalah kamu. Sebab mungkin tidak mudah bagi orang lain bila menjadi kamu. :)

Sabtu, 23 Maret 2013

Aku pulang membawa luka

Semilir angin berhembus pelan dari arah selatan kota kuningan di pagi hari yang menyenangkan. Menyenangkan untuk beberapa saat, hanya beberapa menit, bisa dihitung dengan jari. Kenapa? Tentu ada sesuatu yang terjadi hari ini. Aku masih duduk memegangi stang motor sambil menarik-narik gas untuk memanaskan mesin.

Jam masih menunjukkan pukul 9.30 pagi. Aku masih berusaha mengirimkan pesan yang sejam lalu masih bertuliskan "pending", kepada seseorang, seseorang yang saat ini ku kagumi namun sudah memiliki status pacar orang lain. Tapi tak apa, sepertinya dia merespon, dia memberikan harapan. Pernah kau dengar "Sebelum janur kuning melengkung, maju terus pantang mundur", begitulah.

Semalam aku dan dia saling mengirim pesan, saling bercerita mengenai suasana malam di rumah sendiri. Saling Bertanya "Sedang apa, sudah makan belum, mau ngapain". Bercengkrama layaknya kami adalah sepasang kekasih, sayangnya tidak. Aku hanya seseorang yang menginginkan harapan darinya, dan kuharap itu bukan sekedar Harapan palsu. Aku ingin menggantikan dia, menggantikan hati dia (kekasihnya) dihatinya, aku ingin jadi kekasihnya...

15 Menit berlalu dan tak kunjung ada balasan, lebih dari sepuluh sms ku tak ada yang dia angkat, mungkin tak ada pulsa fikirku. Aku segera memacu kendaraanku menuju rumahnya di bukit seberang, kurang dari satu jam namun lebih dari 45 menit untuk mencapai rumahnya. Tak apa bagiku, untuk seseorang yang aku sayangi apapun kan dilakukan, begitu kan?


Dengan cepat aku memacu motorku, ingin cepat cepat bertemu dengan dia. Jalanan naik, turun, berliku tajam ataupun tidak, aku tetap memacunya diatas 50km/jam. Berkali kali hampir menabrak mobil di tikungan tajam dan menurun, berkali-kali pula step pijakan kaki mengenai aspal saat menikung. Tak apa, aku ingin segera menemui dia.

35 menit menghabiskan waktu membosankan di jalan, akhirnya aku sampai digang rumahnya, hanya 50m dari Jalan Raya rumahnya berada. Aku siap menemui dia, kuharap dia ada dirumah, kuharap.

"tok tok tok, Assalamu alaikum"..
3 Kali mengetuk pintu dan belum juga ada jawaban dari dalam rumah. Aku menunggu di teras rumahnya, mungkin dia lagi keluar. Sudah hampir 30 menit berlalu dan tak ada orang yang keluar rumah. Aku menghubungi ponselnya dan tetap tak diangkat. "Hey, dimana kau".

Aku tak mungkin menunggu lebih dari ini, aku tak bisa. Tapi ada sesuatu dihatiku yang menyuruhku untuk tetap disini, entah untuk apa. Jam masih menunjukan pukul 10.30 dan aku memutuskan untuk tetap menunggu, setidaknya sampai adzan dzuhur.

Benar saja, aku menunggu disana sampai adzan dzuhur berkumandang dan dia belum juga datang. Ah sudahlah, mungkin baiknya aku pulang, mungkin dia sedang ada acara dan sibuk. "Sudahlah" desahku melemah. 

Aku kembali menaiki motor dan memacunya pulang. Pulang dengan berusaha menutupi kekecewaan, ah sudahlah...

Sekitar 1/10 perjalanan aku melepaskan helm dan memasang headset, aku ingin pulang dengan hati yang biasa saja, tanpa kekecewaan, berharap angin dingin bukit ini dapat mendinginkan kepalaku.

Kuputarkan musik Gazette, kumulai dari People Error di tanjakan pertama bukit di daerah itu. Mulai memasuki jalanan yang penuh tikungan dan lagunya mulai habis. Aku merasakan sesuatu disana, entah apa itu. Aku tahu 10 detik lagi lagunya akan habis, dan aku juga merasakan takut di setiap detik yang mulai berlalu. Kenapa, kenapa...

Dan di melodi pertama lagu selanjutnya Gazette - Pledge, aku benar benar merasa takut. DI tikungan menanjak, tepat di alunan melodi pertama, aku melihat sebuah motor melintas diarah berlawanan. Seorang lelaki yang membonceng seorang wanita, dia, dia "Iva" bersama pacarnya.

Tetiba di tikungan tajam itu aku menghentikan  laju motorku, hampir saja sebuah mobil pick up menabrakku dari arah belakang. 

"Teeeeeeet, anj*ng!" Suara dari arah mobil itu. Nampaknya dia benar-benar marah, namun aku tak menghiraukannya, aku tak peduli. Aku hanya memperdulikan satu hal, hatiku. Ternyata benar, memang aku harus kecewa. Sejauh ini aku berusaha mencintai dia, berusaha menggenggam sebuah harapan, harapan yang ternyata palsu.

Aku ahrus pulang, aku harus pulang walau dengan keadaan seperti ini. Aku harus pulang, walau membawa luka. 

Aku memacu motorku dengan sangat cepat, lebih dari cepatnya aku memacu karena ingin segera bertemu dengannya. Aku ingin segera melupakannya, segera memusnahkan dia dari fikiranku walau sejenak, sejenak saja...

"Ivaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa"
Teriakku dalam hati, dan kuharap itu terakhir kalinya aku menyebut namanya, terakhir kali.


End....










Rabu, 20 Maret 2013

Galau? PHP? Payah!

Berlari kedalam rumahmu, memelukmu, mengecup keningmu dan berteriak “Aku Mencintaimu” di depan Orang Tuamu. Cara yang sangat baik untuk Bunuh Diri. – Mudza

Harapan, harapan, harapan. Pernahkah kau merasakan sebuah gejala yang kini ramai disebut dengan namanya PHP? Pernah atau tidak pernah bukan lagi persoalan, tapi rasanya.
Jika ditanya apa penyebab bisa timbulnya perasaan seperti di-PHPin mungkin akan muncul sebuah kata yang menyedihkan. Beberapa sumber mengatakan bahwa salah satu penyebab PHP adalah munculnya rasa ke-GR-an pada diri seseorang. Bagaimana mungkin kau tau dia memberi harapan padamu atau tidak? Pasti kau sendiri yang merasa dia memberi seperti harapan, dan ketika kau tau bahwa dia sebenarnya tak pernah sedikitpun memberi harapan, dank kau katakana itu Harapan palsu? Especially not.

Tapi dalam kaskus lain, ada pula orang-orang yang memang suka memberikan harapan, sekedar pengen deket kalo lagi butuh, sebagai pelarian saja, dank kau merasa bahwa dia mencintaimu dengan sungguh-sungguh, padahal? Disana akan muncul virus baru yang bernama galau.

Benar kan? Lalu bagaimana kalo sudah galau? Sudah terlanjur kau menaruh hati kepada dia, memaksa dia agar mencintaimu? Ngga lah, itu terlalu egois! Ikhlaskan saja, masih banyak lubang yang lain…

Intro End –

Sudah cukup lama rasanya aku tetap bertahan mencintai seseorang yang sangat berat aku memanggil namanya, terdengar sedikit saja nada namanya, sebuah perasaan muncul menggerogoti fikiran. Galau? Bisa dibilang begitu.

Entah apa yang membuat aku bisa mencintaimu. Senyuman manismu? Wajah Cantikmu? Baik budimu?, entahlah bahkan aku tak tahu. Sekalipun bayangan dirimu telah hilang dari fikiranku, masih ada sesuatu yang masih bisa membuat aku dengan mudahnya kembali mengingat dirimu seutuhnya. Aku tak pernah berlama-lama menatap wajahmu, bahkan selalu memalingkan wajah saat bertemu denganmu, tapi itu membuatku bisa mengingatmu seharian bersama setiap desahan nafas. Apa aku perlu menatapmu sejam, siapa tau saja dengan mudah aku bisa melupakanmu. Tapi, aku tak yakin..

Sifatmu, entah aku tak bisa mengenalinya. Dingin, acuh, diam, anggun. Ah sudahlah…
Mungkin bila wanita lain, sangat mudah bagiku mengatakan “Aku mencintaimu”, “Aku ingin kau jadi kekasihku”, atau sekedar “Jalan Yuk”, dan sepertinya mudahh sekali mendapatkan cintanya walau hanya baru sejam mengenalnya. Tapi kau? Entah

Ada sesuatu yang berbeda darimu, berbeda dari kebanyakan wanita di dunia ini. Kau kau seperti apa? Apanya yang beda? Hatiku tak sanggup mencurahkan hal tentangmu disini, terlalu rumit.


Kita bertemu lagi

Baru beberapa hari kita kembali bertatap muka setelah 1 tahun lamanya aku pergi meninggalkan sekolah, meninggalkan dirimu. Kau tau rasanya?
Disana kau yang mengucapkan kata-kata, dan aku terdiam, menjawab sebuah kata perpisahan kembali dengan senyuman.

“Ke kelas dulu ya” dan dia pun berlalu.

Dengan senyuman itu aku sebenarnya berteriak, “Hey tunggu, aku masih ingin bersamamu, aku ingin melepas rasa rinduku, hey tunggu”. Overmake?

Ed

Dan terjadi beberapa kesan mengesankan bersama hal yang mengenaskan, ya tetap karena kesalahanku. Ah sudahlah let it go. Entah masih ada harapan atau tidak, entah ada rasa atau tidak dihatimu, entah kau rawat atau tidak hatiku yang dulu tanpa permisi aku taruh di sudut hatimu, entah entah.

Haruskan terus berharap? Lalu bagaimana jika aku merasa seperti ada harapan, padahal itu hanya sebuah ilusi, sebuah fatamorgana dan PHP yang terjadi? Ahh

Harushkan aku Berlari kedalam rumahmu, memelukmu, mengecup keningmu dan berteriak “Aku Mencintaimu” di depan Orang Tuamu. Cara yang sangat baik untuk Bunuh Diri.



Just For Fun, jangan dibawa galau :v

Galau sekedarnya aja, jangan berlebihan. Masih banyak hal yang perlu difikirkan. :’)

Tapi Aku beruntung memiliki banyak teman hebat. Banyak yang membuatku sadar dan memberikan semangat. Mungkin kau pernah mendengarkan kata-kata ini…

“Masa muda jangan dibawa galau, sekedarnya aja. Fokuslah pada perbaikan diri. Ngat, banyak generasi muda yang rusak karena fikirannya hanya cinta, cinta dan cinta. Akhirnya mereka lupa untuk berkarya. Hari hari mereka disuapkan dengan film-film cinta, lagu-lagu cinta yang melalaikan dan tak jarang dari mereka yang ibadahnya ala kadar bahkan rusak. Padahal seharusnya generasi muda seharusnya menjadi pelopor, menjadi pembangunan peradaban, berkarya, bukan persoalan cinta yang menjadi misi besar mereka, padahal umur masih dibawah, perbaiki sana kesolehan diri, insya Allah akan mendapatkan yang sholehah juga, itu janji Allah dalam Al-Qur’an”…

Salam…