Berawal dari sudut kegalauan remaja. Cita dan cinta yang memenuhi asa...Seseorang berambut hitam terduduk lesu diatas dipan tepian danau. Matanya sayu menatap sebuah bayangan di kejauhan, dia galau...
Sebuah hal yang bodoh, memikirkan cinta diusia belia. Tentang seorang wanita yang hampir membuatnya gila, dia, dia mati rasa.
Mungkin bukan tentang apapun, dia hanya tak terbiasa dengan mahluk indah seperti mereka. Tak sering menatap wajahnya, atau mendengar suaranya meski dia ada dilingkungan mereka dan diahirkan dari seorang wanita.
Sore itu begitu sepi seperti biasanya. Danau begitu sunyi, tak ada riak yang menghenyak membasahi. Langit hampir gelap dan dia masih terduduk bersama senyap...
"Apa yang harus kulakukan, ayo berfikir kawan! jangan sampai menyakiti keduanya" fikirnya.
Dia hanya menggaruk-garuk kepala dan terus mengulang pertanyaan yang sama...
"**aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa"
Dia berteriak sekeras tenaga. Tak ada sesuatu yang berubah, disana tetap sepi seperti sebelumnya. Bahkan tak ada rumputpun yang berdendang...
Iris, beberapa butiran air mata mulai mengalir membasahi pipi dinginnya... Dia tak bergeming sedikitpun, hanya memandang sebuah bayangan di tepian danau..
"Hey, kamu sendirian aja"
Sapa seorang wanita dengan suara yang halus, memecahkan kesunyian yang hampir menjalar..
Dia mencari datangnya suara itu, tanpa ia sadari seseorang telah duduk nyaris di sebelahnya....
"hhe iya nih, lagi ga ada temen..."
timpalnya dengan nada kaku. Dia menatap wajah wanita itu dengan sebuah tanya.
"kayaknya kamu lagi butuh temen. Aku temenin ya, boleh ya"
Serunya dengan halus, dia membalas tatapan si lelaki dengan senyuman hangat.
'ah boleh, makasih. Disini sedikit dingin. O iya, aku ingin tau namamu, boleh?'
jawabnya sedikit riang, dia tak lagi sendu seperti waktu lalu.
'iya tentu aja, pangil aja aku 'rindu'. Kamu?''
senyumannya begitu manis saat menyebutkan 'rindu' entah dia sedikit tertawa saat mengenalkan dirinya.
"Emm aku Andre, Andreansya. ngomong-ngomong, kamu orang sini?"
Nadanya sedikit lebih ceria, dia merubah posisi duduknya lebih santay, posisi yang enak untuk ngobrol..
"Oo bukan kok, aku dari bandung. Emang kamu ga liat tadi mobil aku parkir dibelakang kamu? wah ketauan lagi galaunya nih!"
Jawab Rindu dengan nada mengejek. Dia tertawa kecil sembari mencari wajah Andre yang merasa malu...
"Hha ngga, bukan gitu maksdunya, eh tapi emang iya sih ga kedengeran ada mobil parkir dibelakang. Tapi bukan berarti lagi galau"
Andre menjawab dengan terbata-bata, dia sedikit gugup.
"Hihi udah sih, emang cowok suka gitu, malu malu padahal keliatan jelas. Cowok kan emang susah nyembunyiin perasaan. hihi"
Rindu menjawab dengan nada santay dengan nada sedikit mengolok-olok.
Tetiba Rindu mengambil sebuah ranting kayu yang tergeletak ditengah mereka berdua...
"Haha tau apa kamu soal cowok, ya ketauan juga cewek emang jago soal perhatian. fufu"
Andre membalas dengan nada yang lain, dia sedikit berubah tempat duduknya dengan lebih santay...
"Coba liat kayu ini, kalo ibarat cowo itu kayu, dan wanita itu air yang mengokohkan kayu ini. Betapa keras dan kuatnya kayu kalo ada air didalamnya. Tapi kalo ga ada airnya, kering kayak gini, dari luar aja udah keliatan rapuh kan? mudah banget dipatahin. Nah gitu.."
Rindu menatap Andre dengan tajam, dia benar-benar ingin menyampaikan sesuatu. Sementara Andre tiba-tiba terdiam bersama tatapannya...
Andre tertunduk lesu, raut wajah yang telah hilang beberapa menit lalu terlukis kembali saat itu...
"Um, seperti itukah? entah.. Mungkin memang..."
"Hey ayolah, sekeras apapun masalah yang ada, jangan pernah mengeluh. Berjuang aja, hadapi dengan senyuman!"
Potong rindu dengan nada semangat, dengan senyumannya dia meyakinkan Andre untuk tegar...
"Ehh, iya oke. Makasih yah rin, sedari tadi aku minta diberi petunjuk dan kekuatan kepada Tuhan, dan Dia mengabulkannya lewat Kamu. Insya Allah"
Andre berdiri dengan memasang wajah semangat, dia benar-benar terseyum, tak ada lagi keraguan, hanya kesiapan mengahadapi masalah yang akan datang setelah ini...