“hai, kamu terlihat
sedih”
kata hujan kepada
lelaki kecil yang menatapnya dengan muka muram.
“Hai hujan, aku
sedang menunggu orang yang sedari tadi menungguku, taukah kau dimana dia?”
jawab si lelaki
dengan butiran hujan membasahi pipinya, bercampur dengan air matanya yang
hangat.
“Dia terjebak hujan,
tak ada payung. Dia bersama yang lain”
balas hujan,
rintiknya semakin deras.
“Apa yang harus
kulakukan? Menemuinya walau aku tak tau dia dimana? Atau cukup berteduh disini
seperti seorang pengecut! Jujur, aku sangat menghawatirkannya. Hujan kini
terlalu deras, aku takut dia kenapa-kenapa, dia mudah sakit”
Mimik wajah lelaki
semakin sedih. Hujan mulai segan mengguyur bumi.
“Aku justru
menghawatirkanmu. Aku hendak pergi, tapi siapa lagi yang akan menemuimu nanti? Andai
saja yang kau tunggu ternyata sudah pulang”
Hujan mulai berlalu
bersama angin sore yang sangat dingin. Masih menyisakan rintik-rintik sebagai
tanda perpisahan.
Seorang wanita
tiba-tiba berlari dari arah timur, dia sendiri mencari tempat untuk berteduh.
Dia duduk di sebelah lelaki tadi.
“Wah kebasahan, ku kira takkan sederas ini
tadi”
Wanita itu berbicara
pada dirinya sendiri, namun dia menyadari ada pria kecil di sampingnya. Dia
mengeringkan pakaian basahnya dengan tangannya, menyibakkan rambutnya lalu
menyimpan tasnya dekat pria itu.
“hey, kenapa? Hujan mulai
reda. Kau tak segera pergi?”
Tanya wanita itu pada
lelaki yang sedari tadi hanya termenung.
“Tak apa, aku hanya
memastikan hujan benar-benar pergi”
Jawab lelaki itu
sembari memperhatikan wanita yang duduk disampingnya.
“Dia manis, dengan
rambut basah dan kulit putih yang kedinginan itu dia terlihat sangat anggun.” Fikir
lelaki itu dalam hatinya.
“ah jangan bohong,
kutau kau sedang menunggu seseorang. Siapa? Pacarmu?”
Seru wanita itu
kepada si lelaki dengan nada mengejek. Dia memperhatikan mimik wajah gelisah
lelaki itu.
“sebenarnya aku tidak
sedang menunggu seseorang. Malahan aku sedang membuat seseorang menunggu. Dia
temanku, sebatas teman”
Dia mulai berdiri,
merapihkan rambutnya sembari menghapus air hujan yang bercampur air mata di
pipinya.
“Kenapa kau tak
menghubunginya saja? Kau bisa segera menemuinya. Hujan sudah benar benar reda”
Saran wanita itu
kepada lelaki yang sedang memasukan sebuah buku merah ke dalam tasnya.
“Kalau saja HPku
hidup, aku sudah melakukannya sedari tadi. Hehe”
Lelaki itu tersenyum
dan sedikit memberikan tawa halusnya. Dia sedang bersiap-siap pergi.
“Kau mau memakai
HPku? Kau bisa pakai untuk menghubunginya?”
Kata wanita itu dengan
penuh perhatian.
“Tak apa, kuyakin dia
sudah pulang. Dia bersama teman-temannya tadi”
Jawab lelaki itu
dengan muka yang penuh rasa yang yakin.
“hey darimana kau
tau? Katanya Hpmu mati?”
Wajahnya tampak
bingung dengan jawaban si lelaki
“Hujan yang memberitahuku.
Hehe”
Lelaki itu melebarkan
senyumnya, dia nampak sedang menutupi sesuatu.
“ah bodoh, mana
mungkin. Eh kau akan segera pergi? Aku harap aku bisa tau namamu”
Tanya wanita itu
sambil menatap wajah lelaki itu
“Hmm, iya aku Reza.
Kamu?”
Jawab lelaki itu
sembari melemparkan senyuman hangat.
“aku Elsa fransiska Kristanti.
Panggil aku elsa, kuharap nanti kita bisa bertemu lagi, Reza”
Seru elsa kepada Reza,
HPnya bordering. Dia tidak mengangktanya. Tetap dia menatap wajah Reza yang
masih kaku dengan senyuman hangatnya.
“Ya insya Allah saa”
Sebuah limo hitam
datang dari arah selatan dan berhenti tepat di depan mereka.
“eh jemputanku
datang, aku pulang duluan ya. Sampai jumpa!”
Dia member senyuman
manis tanda perpisahan hari ini, sepertinya dia senang akan pertemuannya dengan
Reza.
“iya saa”
Lelaki itu membalas
senyuman manis elsa.
“ah hujan. Aku sedih
karena begitu menyukainya tapi bermain dengannya begitu membuatku sakit”, seru
lelaki sembari menadahkan tangannya kelangit, mengumpulkan rintik-tintik hujan
yang perlahan menghilang. Dia berdoa kepada tuhannya.
“Hei, apa yang kau
inginkan”
Seru Hujan dan
membuat Reza kaget. Hujan ternyata kembali dengan rintik-rintik yang deras. Dia
tidak pergi, hanya bersembunyi dibalik awan cumulo nimbus. Bahkan kini dia tak
sendiri, dia membawa kabut yang cukup tebal.
“Entah, aku hanya
sedikit berharap. Aku tak perlu merasakan luka yang sama apabila suatu saat aku
bertemu dengan Elsa kembali. Entah apa yang aku rasakan, tubuhnya memang sudah
pergi. Namun bayangannya masiha ada di fikiranku.”
Jawab Reza dengan
nada penuh harapan.
“Apa kau butuh
bantuanku?”
Jawab hujan dengan
nada serius, dia sepertinya peduli dengan apa yang terjadi kepada Reza.
“Berilah dia malam
yang dingin, dan bisikkan bahwa hanya aku yang bisa menghangatkannya”
Pria itu berlalu, tak
peduli dengan hujan yang kian deras. Dia menghilang ditengah kabut sore.
Ori By Mudztova