By blu3p1nk From IDWS. See here
Hari ini aku duduk sendiri di tempat sama mencurahkan semua inspirasiku. Aku melihat kamu datang dan duduk di meja tepat di seberangku. Mataku mengawasi tiap lekuk wajahmu. Tidak istimewa tetapi menarik perhatianku.
Aku diam kamu juga diam. Aku kembali dengan laptopku demikian juga denganmu. Tetapi kenapa kehadiranmu menggangguku? kenapa sesekali mata kita bertautan.
Waktuku sudah habis dan aku harus kembali. Kamu masih di sana duduk dengan posisi yang sama dan kembali aku menangkap sorot mataku kepadaku. Aku tidak ada waktu, aku tidak suka basa-basi. Aku harus pergi.
Saat aku sendiri di kamarku, kenapa sesekali wajahmu muncul? Aku tidak suka dengan ketidakpastian. Aku sudah bosan dengan romantika masa remaja yang penuh kesan saat pertemuan pertama kali. Aku tidak suka itu.
Kubuka saja laptopku dan kubuka mailing list yang menyeretku dalam percakapan antar grup yang baru saja kukenal di chat room kami. Sebuah nama member baru masuk. Aku hiraukan. Aku kembali bercengkrama dengan teman-temanku. Kulemparkan lelucon ke mereka, account member baru itu membalas leluconku dengan lelucon cerdas yang mampu membuatku tersenyum.
"Siapa dia?" tanyaku pada teman-temanku. Seorang dari mereka menyebutkan nickname orang itu. Tentu saja aku sudah tahu karena aku bisa membacanya. Saint_Saiya. Nickname yang terlalu kekanak-kanakan. Kubuka profile dia dan dia bernama Satriya, kini kumengerti kenapa dia memakai nickname itu.
Pembicaraan grup ini terus mengalir dan aku bisa membaca ucapan-ucapan Satriya dengan teman-temanku. Rupanya dia member lama, justru aku adalah junior baginya. Sesekali saja aku menimpali ucapan Satriya. Aku tidak bisa cepat membaur atau akrab dengan orang asing. Aku bukan orang seperti itu.
Malam semakin larut aku butuh istirahat. Kuucapkan selamat malam dan berpamitan pada mereka. Sesaat sebelum keluar dari chat room kulihat Satriya juga berpamitan, diikuti oleh lainnya.
Aku tertidur dalam ketenangan pikiranku. Aku suka ketenangan ini, aku tidak merasa sendiri dan kesepian. Aku menikmatinya. Aku tidak butuh perasaan lainnya yang justru menggusarkan dan akan menyakitiku.
Biarkan aku sendiri dan jangan usik diriku kalau itu hanyalah kehangatan yang semu dan tak berarti. Itu menyakitkan dan aku tidak ingin mengulangnya lagi.
Ketenangan ini membawaku cepat menuju pulau Mimpi yang damai dan sangat indah.
Hari ini aku duduk sendiri di tempat sama mencurahkan semua inspirasiku. Aku melihat kamu datang dan duduk di meja tepat di seberangku. Mataku mengawasi tiap lekuk wajahmu. Tidak istimewa tetapi menarik perhatianku.
Aku diam kamu juga diam. Aku kembali dengan laptopku demikian juga denganmu. Tetapi kenapa kehadiranmu menggangguku? kenapa sesekali mata kita bertautan.
Waktuku sudah habis dan aku harus kembali. Kamu masih di sana duduk dengan posisi yang sama dan kembali aku menangkap sorot mataku kepadaku. Aku tidak ada waktu, aku tidak suka basa-basi. Aku harus pergi.
Saat aku sendiri di kamarku, kenapa sesekali wajahmu muncul? Aku tidak suka dengan ketidakpastian. Aku sudah bosan dengan romantika masa remaja yang penuh kesan saat pertemuan pertama kali. Aku tidak suka itu.
Kubuka saja laptopku dan kubuka mailing list yang menyeretku dalam percakapan antar grup yang baru saja kukenal di chat room kami. Sebuah nama member baru masuk. Aku hiraukan. Aku kembali bercengkrama dengan teman-temanku. Kulemparkan lelucon ke mereka, account member baru itu membalas leluconku dengan lelucon cerdas yang mampu membuatku tersenyum.
"Siapa dia?" tanyaku pada teman-temanku. Seorang dari mereka menyebutkan nickname orang itu. Tentu saja aku sudah tahu karena aku bisa membacanya. Saint_Saiya. Nickname yang terlalu kekanak-kanakan. Kubuka profile dia dan dia bernama Satriya, kini kumengerti kenapa dia memakai nickname itu.
Pembicaraan grup ini terus mengalir dan aku bisa membaca ucapan-ucapan Satriya dengan teman-temanku. Rupanya dia member lama, justru aku adalah junior baginya. Sesekali saja aku menimpali ucapan Satriya. Aku tidak bisa cepat membaur atau akrab dengan orang asing. Aku bukan orang seperti itu.
Malam semakin larut aku butuh istirahat. Kuucapkan selamat malam dan berpamitan pada mereka. Sesaat sebelum keluar dari chat room kulihat Satriya juga berpamitan, diikuti oleh lainnya.
Aku tertidur dalam ketenangan pikiranku. Aku suka ketenangan ini, aku tidak merasa sendiri dan kesepian. Aku menikmatinya. Aku tidak butuh perasaan lainnya yang justru menggusarkan dan akan menyakitiku.
Biarkan aku sendiri dan jangan usik diriku kalau itu hanyalah kehangatan yang semu dan tak berarti. Itu menyakitkan dan aku tidak ingin mengulangnya lagi.
Ketenangan ini membawaku cepat menuju pulau Mimpi yang damai dan sangat indah.
0 comment:
Posting Komentar