Senin pagi yang lumayan cerah di awal bulan November. Angin sepoi sepoi perlahan bertiup dari arah kampus. AKu masih berdiri di depan gerbang, menunggu seseorang ang membuatku jengkel.
“Teet”
Pria berjenggot itu berhenti mendadak dan hammpir menabrakku.
“Maaf bro, telat dikit! wkwkwk”
“lagi!”
“ya maklumlah, masalah biasa.”
“Yaudah, yuk masuk. Bntar lagi peralajaran”
Dia nyaris selalu telat tiap hari. Pacarnya yang membuatnya selalu begitu, tepatnya dia menajdi supir pribadi pacarnya.Antar jemput setiap hari, tak mengenal panas dan hujan. Pacarnya memang cantik, lumayan pintar, tapi tak terlalu cerdas, manja, sedikit centil, dan dia muslim.
Dengan fikiran yang sama aku masuk ke Kelas. Beberapa wanita mulai berkumpul untuk sarapan gossip pagi. Entah gossip apalagi yang mereka bicarakan. Biarlah menjadi masalah merka, aku dan beberapa lelaki lain selalu menutup telinga dari apapun ocehan merka. Tapi entah mengapa hari ini tiba-tiba aku penasaran dengan topik mereka. Kudengar seperti ada anak baru.
Pukul 07,57 semua anak sudah lengkap. Tak satupun yang absen atau terlambat. Tentu hari ini kalkulus man! Ga ada yang berani menghilangkan batang idungnya dari dosen Killer kalkulus. Bahkan 3 anak yang kepeleset saat ujian renang pun masih berani hadir walau masih dnegan beberapa balutan luka di tangan mereka..
“Tok tok, SelamatPagi”
Dia tak langsung duduk, hanya menyimpan tasnya, menyalakan NoteBooknya dan mencolokkannya pada infokus. Dan
“jeng jeng”
UJIAN KALKULUS II
“jiahhhh…. Kiakakakkaakakka,, aduuuuh”
Desahan para mahasiswa madesu yang kecewa dengan jji-janji manis dosen killer itu.
Rencannya pertemuan kali ini akan membahas hasil test Kalkulus I bulan lalu.
2 jam mengenaskan berlalu.
Kini giliran mata kulaih pemrograman. Sedikit bisa menghilangkan rasa mengenaskan itu. BUkan karena mata kuliahnya tapi karena dosennya yang super cantik dengan senyuman super manis yang pernah dilihat di kelas walaupun dia kini berusia 48Tahun.
“Pagi anak-anak”
Ya dia menganggap mahasiswa umur 18 tahun sebagai anaknya mungkin, tapi saat kami minta uang jajan dia malah pura pura tidak kenal.
“drup”
Bidadari masuk kekelas dan duduk di kursi dosen tepat di depanku. Dia sedikit melempar senyum sinis pada muka mesumku. Semerbak wangi violet mulai menyesakki ruangan, membius semua laki laki yang ada.
“Sekarang kita tidak langsung ke perkuliahan berhubung kita kedatangan mahasiswa baru. Sengaja dia tidak datang sejak perkuliahan jam pertama karena tadi ada Test Kalkulus yak an?. Silahkan masuk els, SIlahkan perkenalan telbih dahulu.”
“Pagi, perkenalkan aku Elsa Fransiska, aku pindahan dari..**”
Aku tidak mendengarkan ucapannya, aku tak bias focus. Kenapa ini? Ini bukan sinetron! Ini tak mungkin kebetulan, dia, dia elsa!
“Kau”
“assalam”
“Alaika”
“Kenapa kau memutuskan pindah kesini? Apa yang terjadi
disini Saa?”
“Tidak ada apa-apa. Ayahku yang menyuruhku pindah kesini.”
“hmm, mungkin kata yang paling tepat aku ucapkan adalah kita
bertemu kembali”
“Ya ini pertemuan ke3. Sisanya kita hanya saling berhubungan
lewat facebook saja. Hee”
“Pertama kali kita bertemu. Hari minggu 2 Bulan lalu,
kemudian hari jumatnya dan yang ketiga sekarang. Kenapa harus hari jumat dan
minggu? Apa ada sesuatu yang aneh?”
“tidak, ini tidak aneh. Tapi Indah. Tuhan telah menjodohkan
kedua hari ini entah untuk apa”
“Apa perjodohan kedua hari itu menjelaskan sebuah cerita?”
“Bisa jadi, tapi aku belum tau bagaimana kisahnya. Karena
aku belum pernah merasakannya.”
“Mungkin kita akan segera merasakan…”
“eh apa maksudnmu?”
“Eh ngga, ngga apa-apa”
“Ada makna dibalik kata “Ga papa itu” katakan padaku! Jangan
pura-pura bodoh begitu. Kita berdua penyair!”
“emm entah apa yang ingin tuhan beritahukan kepada kita.
Yang jelas, apa yang sudah terjadi tidak bisa dikatakan hanya sebuah kebetulan.
Terlalu ekstrim kalo iya kan?”
“Emmm…..”
“pertemuan kita 2 bulan lalu. Kita berdua sama-sama dalam
keadaan bersedih. Aku berharap menghapuskan itu di masjid dekat gerejamu. Dan
kau juga merasakan kesedihan di gereja dekat masjidku dan disana kita bertemu.
Dan kesedihanku hilang karena pertemuan itu. Jumat lalu, kita bertemu kembali
dengan alas an yang sama, kembali merasakan kesedihan saat kita kehilangan
Alex. Dan sekarang kita Bertemu kembali kaena…”
“Cukup! Apa yang sebenarnya kau rasakan mudz?”
“Rasakan tentang apa? ”
“Tentangku!”
“emmm, ano etooo.”
“Apa tuhan telah menanamkan cinta diantara kita?”
“aku yankin tuhan takkan bermain-main dengan apapun!”
“entah apa yang kurasakan tapi sepertinya aku telah jatuh
cinta padamu!”
“Hati takkan pernah berbohong, akupun juga merasakannya”
“Tapi kita beda! Beda yang terlalu…”
“Sudahlah! Kita caritahu kebenaran cinta kita. Tuhan pasti
memberikan kisah indah untuk kita saa. Bismillah”
“Puji tuhan”
Menarik sekali. :D
BalasHapus