By Red_rackham On IDWS. See Here
[Kafe Kawasan Elit, Kuningan, 18 Februari 2015]
“Jadi....apa yang sebenarnya ingin kalian berdua bicarakan?”
Wahyu bertanya pada Karlina dan Anjas yang duduk di depannya. Saat ini mereka bertiga, ditambah Agni dan Ciel, sedang berada di dalam sebuah kafe yang terletak di kawasan elit daerah Kuningan. Sepanjang perjalanan dari kampus Wahyu hingga ke tempat ini, mereka hampir tidak bicara sama sekali. Terutama Wahyu yang memilih untuk diam saja dan mengamati situasi. Tapi karena mereka sudah sampai di sini, dia merasa kalau dia harus mulai bertanya.
“Tentang CoroNation tentu saja,” jawab Karlina sambil menyibakkan rambutnya. Gadis itu lalu mencondongkan tubuhnya ke depan. “Aksi yang kau lakukan tadi itu sudah kelewatan. Kau bisa mengakibatkan timbulnya korban jiwa yang tidak diperlukan.”
Wahyu langsung merengut dan menggerutu. “Enak saja. Sudah kubilang kalau calon Penguasa bernama Rizki yang tadi memulai pertarungan. Selain itu yang pada akhirnya ingin bertarung itu bukan aku, tapi Agni yang merasuki tubuhku.”
“Seperti biasa. Agni memang mudah ‘terbakar’,” celetuk Ciel yang bertengger di pundak Karlina. “Kalau Lina tadi tidak menghentikannya, dia mungkin sudah membakar lawannya sampai jadi abu. Sekalian dengan seluruh gedung yang ada di dekatnya.”
“Seperti biasa kau juga menjengkelkan, Ciel,” balas Agni yang berdiri diatas meja.
“Bisakah kalian berdua diam?” ujar Wahyu, dia lalu menatap Agni. “Benarkah itu?”
Agni menggelengkan kepalanya.
“Tentu saja tidak. Tindakanku waktu itu tidak lebih dari sebuah gertakan. Lagipula kalau aku melepaskan serangan sekuat itu, tubuhmu tidak akan tahan. Kau akan pingsan seketika setelah aku keluar dari tubuhmu,” balas Agni. “Blazing Corona memang memberikanmu kekuatan untuk mengendalikan api, tapi ada batasnya. Stamina tubuhmu adalah batasannya. Kalau kau mencoba mengeluarkan kekuatan jauh melebihi batasan tubuhmu, kau akan pingsan. Sama seperti kalau kau melakukan olahraga berat yang jauh melebihi kemampuanmu.”
“Baguslah kalau memang seperti itu...” gumam Wahyu. Dia lalu kembali menatap ke arah Anjas dan Lina. “Lalu? Pertanyaanku tadi belum dijawab. Ada urusan apa kalian berdua denganku?”
Anjas langsung tersenyum lebar mendengar pertanyaan Wahyu.
“Temanku disini, Lina ini, ingin mengajukan Koalisi denganmu,” ujar ketua KPP itu. “Bagaimana? Apa kau tertarik?”
“Koalisi?” tanya Wahyu heran.
“Benar. Aku ingin kau bekerja sama denganku dalam CoroNation ini. Dengan begitu akan terbuka peluang yang lebih besar bagi kita berdua untuk lolos sampai ke tahap akhir CoroNation,” sahut Lina sambil bertopang dagu. “Akan jauh lebih baik seperti itu daripada kita berdua saling bunuh, seperti yang terjadi antara dirimu dan pemilik Breezing Corona tadi.”
Wahyu langsung mendengus jengkel ketika mendengar ucapan Lina.
“Tidak. Aku tidak tertarik,” balas Wahyu singkat dan ketus.
Mendengar jawaban Wahyu, Lina langsung berdiri tiba-tiba.
“Kenapa?! Apa kau sudah membentuk Koalisi dengan Fraksi lainnya?” tanya gadis itu dengan nada terkejut. “Fraksi apa yang sudah merekrutmu?”
Wahyu ikut berdiri dan menunjuk ke arah Lina.
“Dengar ya! Aku tidak bekerja sama dengan pihak manapun! Dan aku tidak berniat untuk ikut serta dalam CoroNation ini. Aku hanya terlibat urusan konyol ini karena Agni yang ngotot mengatakan aku sudah terpilih oleh Blazing Corona!” seru Wahyu jengkel. Dia lalu berbalik dan mengambil tasnya, bersiap untuk pulang. “Kalau ini semua kalian lakukan supaya aku mau membantu kalian dalam CoroNation, lebih baik aku pulang sekarang!”
“Dan mengambil resiko untuk diserang lagi seperti tadi?” ujar Anjas dengan santai.
Wahyu langsung terdiam. Pemuda itu lalu menoleh ke arah Anjas yang duduk dengan santainya sambil menyeruput kopi yang dia pesan. Pria itu lalu menunjuk ke arah kursi yang tadi diduduki Wahyu.
“Duduklah. Akan kuberitahukan sesuatu padamu,” ujar Anjas.
Wahyu kembali duduk dan menatap tajam ke arah Anjas.
“Kurasa kau sudah tahu kalau Fraksi Immortal Phoenix yang mendukung calon Penguasa dibawah Blazing Corona sudah lama bubar. Nah.....dengan begitu saat ini tidak ada pihak yang akan membantumu kalau kau terlibat dalam pertempuran melawan calon Penguasa Tunggal lainnya. Tentu saja itu sangat berbahaya bagi dirimu. Kau sudah lihat sendiri tadi, Rizki membawa Fraksi Storm Knight yang mendukungnya untuk menangkapmu, atau membunuhmu. Meskipun kekuatan yang dimiliki calon Penguasa Tunggal jauh lebih kuat daripada Kader Fraksi, tapi tetap saja kau akan kewalahan kalau melawan puluhan orang sekaligus,” ujar Anjas sambil tersenyum tipis. “Jadi kalau kau berKoalisi dengan Lina, itu artinya Fraksi Deep Blue Sea yang mendukung Lina juga akan mendukungmu. Bukankah itu akan sangat menguntungkan bagimu, Wahyu?”
Wahyu kembali terdiam. Pemuda itu sedang berpikir keras. Ucapan Anjas memang sangat masuk akal. Dia memang mengetahui kalau Fraksi Immortal Phoenix sudah dibubarkan 6 tahun yang lalu. Immortal Phoenix yang mendukung calon Penguasa Tunggal dibawah Blazing Corona itu kabarnya mengalami perpecahan. Wahyu tidak begitu ingat kasus apa yang menyebabkan organisasi politik itu mengalami perpecahan, namun yang pasti perpecahan intern itu pada akhirnya berujung pada bubarnya Immortal Phoenix.
Memang seperti kata Anjas, saat ini Wahyu tidak didukung oleh Fraksi manapun. Sehingga posisinya sangat lemah dalam CoroNation yang akan berlangsung seminggu lagi. Wahyu tetap tidak mau berpartisipasi dalam CoroNation, tapi kalau dia tidak memiliki pendukung....dia bisa terbunuh kalau dia terlibat dalam pertempuran dengan calon Penguasa Tunggal lainnya.
“Jadi Immortal Phoenix memang sudah bubar?” gumam Agni muram. “Wajar saja.....selama 30 tahun aku dan pemilik Blazing Corona selalu tersingkir di babak awal CoroNation. Kupikir para Kader Immortal Phoenix pasti merasa kalau orang yang akan mereka dukung di CoroNation selanjutnya juga akan kalah di awal pertempuran. Karena itulah mereka membubarkan diri.”
Wahyu memandangi Agni dengan tatapan terkejut.
“Jangan memandangiku seperti itu, bocah. Itu bukan sepenuhnya salahku. Orang-orang yang ditakdirkan memiliki Blazing Corona selama 3 kali CoroNation adalah orang-orang menjengkelkan seperti dirimu. Mereka tidak mau mendengarkan nasehatku dan bersikap seenaknya,” ujar Agni sambil menunjuk ke arah Wahyu dengan sebelah sayapnya. “Mereka semua sudah dikubur sekarang karena kebodohan dan sikap mereka sendiri. Jadi apa kau masih mau bersikap keras kepala sekarang?”
Ucapan Agni membuat Wahyu mulai ketakutan. CoroNation yang selama ini dia sangka hanya sebuah ajang pertikaian politik yang konyol, rupanya jauh lebih mengerikan daripada bayangannya selama ini. Sisi logis Wahyu memang sudah mendorongnya untuk menerima tawaran Koalisi dari Lina, tapi sisi egois dari pemuda itu masih terus mempertahankan kemauannya untuk tidak berhubungan dengan Lina ataupun Anjas.
Sayangnya sisi egois dari Wahyu masih terlalu kuat saat ini. Hingga akhirnya dia memutuskan kalau dia tetap tidak akan melakukan apapun yang berkaitan dengan CoroNation. Pemuda itu lalu memandang ke arah Lina, Anjas, dan Ciel bergantian.
“Lupakan saja. Aku pulang sekarang!” ujar Wahyu sambil berdiri dan berjalan pergi meninggalkan Lina dan Anjas.
“Tunggu! Kau....”
Lina langsung bangkit dan berusaha menahan agar Wahyu tidak pergi, tapi Anjas langsung menghalangi gadis itu. Ketua KPP itu langsung menggelengkan kepalanya.
“Biarkan saja dia pergi untuk saat ini. Akan tiba saatnya dia akan mau bekerja sama denganmu,” ujar Anjas sambil menatap ke arah Lina. “Jadi bersabarlah.”
“Bagaimana kalau dia diserang lagi oleh calon Penguasa Tunggal lainnya? Atau bagaimana kalau dia nantinya memutuskan untuk ber-Koalisi dengan Fraksi lainnya?” balas Lina.
Anjas menempelkan telunjuk di bibirnya.
“Kau tidak perlu khawatir. Selain Rizki dan Fraksi Storm Knight, FPP lainnya sudah berada dalam pengawasan tim khusus di KPP. Fraksi lainnya cenderung lebih tenang dan tidak akan gegabah melanggar peraturan. Lalu soal apakah Wahyu akan ber-Koalisi dengan Fraksi lainnya....kurasa dia tidak akan melakukannya. Kau lihat bagaimana sikapnya tadi kan?” ujar Anjas sambil tersenyum penuh arti. “Orang seperti dia tidak akan mau mendengarkan apapun yang dikatakan orang lain, kecuali dia sudah mengalaminya sendiri atau melihat sendiri.”
Lina langsung mendongak kesal, lalu menghembuskan nafas panjang. Gadis pemilik Flowing Corona itu lalu memandang ke arah Ciel, pemandunya.
“Bagaimana menurutmu?” tanya Lina.
“Aku setuju dengan Anjas. Lebih baik sekarang kita bersikap tenang dan bersiap untuk CoroNation yang akan berlangsung minggu depan,” ujar Ciel yang masih bertengger di pundak Lina. “Akan banyak waktu selama CoroNation untuk meyakinkan Wahyu agar dia mau bekerja sama dengan kita.”
Lina mengangguk setuju.
“Kau benar, Ciel,” sahut Lina sambil kembali duduk dan meraih cangkir teh yang dia pesan. “Semoga saja pemilik Blazing Corona itu masih hidup waktu CoroNation dimulai.”
0 comment:
Posting Komentar