Kau Tau?...

Kau tahu apa yang menyenangkan? Saat perempuan-perempuan berpikir aku pernah mencintai mereka. Dan tebak apa yang menyakitkan? Mencintaimu.

Hai Aku...

Hai orang yang gagal jatuh cinta, sedang apa kau? Ah, senyummu! Kukenal senyum palsu itu! Aku juga pernah melakukannya saat bersamamu.

Hanya Kamu

Aku sayang kamu sejak lama, tapi kini aku punya mata yang baru. Mata yang tertutup bagi segala keindahan perempuan yang bukan kamu.

Beda Cerita

Beda ceritanya, antara kamu sudah mengisi hati seseorang atau kamu hanya sedang membuat seseorang sibuk hingga tak sempat menengok hatinya.

Bangga Menjadi Diri Sendiri

Kamu harus bangga bahwa kamu adalah kamu. Sebab mungkin tidak mudah bagi orang lain bila menjadi kamu. :)

Sabtu, 06 Agustus 2011

Adipati Karna


Adipati Karna adalah putra dari Dewi Kunti, yaitu putri Prabu Kuntiboja di
Madura. Waktu muda ia bernama Suryaputra. Waktu Dewi Kunti belum
bersuami ia telah hamil karena mempunyai ilmu dari Begawan Druwasa, dan
ilmu itu tidak boleh diucapkan dalam sinar matahari (siang hari). Jika
diucapkan dalam sinar matahari ia akan jadi. hamil. Tetapi Dewi. Kunti lupa
akan larangan itu, maka hamillah ia. Oleh pertolongan Begawan Druwasa,
kandungan itu dapat dilahirkan keluar dari lubang kuping, maka diberi anak
itu diberi nama Karna (karna berarti kuping).Karna diaku anak angkat oleh
Hyang Surya. Waktu Karna dilahirkan lalu dibuang ia ditemukan oleh Prabu
Radea, raja di Petapralaya, terus diaku anak dan diberi nama Radeaputra.



Setelah dewasa, ia berkenalan dengan seorang puteri di Mandraka bernama
Dewi Surtikanti. Perkenalan itu diketahui oleh Raden Pamade, hingga terjadi
perang tanding. Karna mendapat luka di pelipis dan akan dibunuh oleh
Pamade. Tetapi Hyang Narada, turun dari Kahyangan untuk mencegah
kehendak Pamade itu dan Narada menerangkan, bahwa Kama itu saudara
Pamade (Pandawa) yang tertua, malah seharusnya Pamade membantu
perkimpoian Karna dengan Surtikanti. Dan seketika itu juga Hyang Narada
menghadiahkan mahkota. pada Karna untuk menutup luka di pelipisnya.



Pamade dan Karna pergi ke Awangga dan membunuh raja raksasa di
Awangga bernama Prabu Kalakarna, yang, mencuri Dewi Surtikanti.
Kemudian Surtikanti dihadiahkan kepada Karna untuk jadi isterinya dan
Karna bertahta sebagai raja di Awangga berpangkat Adipati, suatu pangkat
yang hampir setara raja, dan bergelar Adipati Awangga.



Karna kesatria sakti dan mempunyai senjata bernama Kunta Wijayadanu.



Dalam perang Baratayudha, Karna berperang dengan Arjuna, saudara
sendiri, hingga Karna mati dalam perang sebagai kesatria. Tewasnya Adipati
Karna dalam perang Baratayuda dianggap utama karena ia mati dalam
perang untuk membela negeri Hastinapura, setia hingga mati, tak
memandang bermusuhan dengan saudara sendiri.



Teladan keutamaan Adipati Kama ini dikarang oleh KGPAA Mangkunegara IV
untuk pengajaran pada kerabat dan tentara Mangkunegaran, tetapi
umumnya juga diikuti oleh khalayak. Buku tersebut berjudul Tripama.

Sadewa





Jari kelingking - Sadewa: adik terkecil dan adik kembar dari Nakula,
digambarkan sebagai wayang yang paling mampu membawa kestabilan dan
kebersihan. Nakula bahkan di salah satu kisah, adalah satu satunya wayang
yang mampu meruwat (membersihkan) Bethari Durga untuk kembali ke
bentuk awal beliau (Dewi Uma). Jika dikembalikan ke fungsinya, hanya
kelingking yang mampu membersihkan kotoran di tempat yang tersembunyi
(maap: lubang hidung, telinga)



Dalam pedalangan Jawa disebut pula dengan nama Tangsen (buah dari
tumbuh-tumbuhan yang daunnya dapat dipergunakan dan dipakai untuk
obat) adalah putra ke-lima atau bungsu Prabu Pandudewanata, raja negara
Astina dengan permaisuri Dewi Madrim, putri Prabu Mandrapati dengan Dewi
Tejawati dari negara Mandaraka. Ia lahir kembar bersama kakanya, Nakula.
Sadewa juga mempunyai tiga orang saudara satu ayah, putra Prabu Pandu
dengan Dewi Kunti, dari negara Mandura, bernama; Puntadewa,
Bima/Werkundara dan Arjuna. Sadewa adalah titisan Bathara Aswin, Dewa
Tabib. Sadewa sangat mahir dalam ilmu kasidan (Jawa)/seorang mistikus.
Mahir menunggang kuda dan mahir menggunakan senjata panah dan
lembing. Selain sangat sakti, Sadewa juga memiliki Aji Purnamajati
pemberian Ditya Sapulebu, Senapati negara Mretani yang berkhasiat; dapat
mengerti dan mengingat dengan jelas pada semua peristiwa. Sadewa
mempunyai watak jujur, setia, taat, belas kasih, tahu membalas guna dan
dapat menyimpan rahasia. Sadewa tinggal di kesatrian
Bawenatalun/Bumiretawu, wilayah negara Amarta. Sadewa menikah dengan
Dewi Srengginiwati, adik Dewi Srengganawati (Isteri Nakula), putri Resi
Badawanganala, kura-kura raksasa yang tinggal di sungai/narmada Wailu
(menurut Purwacarita, Badawanangala dikenal sebagai raja negara
Gisiksamodra/Ekapratala). Dari perkimpoian tersebut ia memperoleh seorang
putra bernama Bambang Widapaksa/ Sidapaksa). Setelah selesai perang
Bharatayuda, Sedewa menjadi patih negara Astina mendampingi Prabu
Kalimataya/Prabu Yudhistrira. Akhir riwayatnya di ceritakan, Sahadewa mati
moksa bersama ke empat saudaranya. 

Nakula





Jari Manis - Nakula: sebagai kakak kembar dari Sadewa, Nakula sebenarnya
lebih tampan daripada Arjuna, dan Nakula adalah simbol dari ketampanan,
keindahan, dan keharmonisan. Oleh karena itu, cincin sebagai asesoris, dan
sebagai lambang ikatan pernikahan, diletakkan di jari manis, sesuai dengan
sifat Nakula yang tampan, indah dan harmonis

dalam pedalangan Jawa disebut pula dengan nama Pinten (nama tumbuh-
tumbuhan yang daunnya dapat dipergunakan sebagai obat) adalah putra
ke-empat Prabu Pandudewanata, raja negara Astina dengan permaisuri Dewi
Madrim, putri Prabu Mandrapati dengan Dewi Tejawati, dari negara
Mandaraka. Nakula lahir kembar bersama adiknya, Sahadewa atau Sadewa
(pedalangan Jawa), Nakula juga menpunyai tiga saudara satu ayah, putra
Prabu Pandu dengan Dewi Kunti, dari negara Mandura bernama; Puntadewa,
Bima/Werkundara dan Arjuna. Nakula adalah titisan Bathara Aswi, Dewa
Tabib. Nakula mahir menunggang kuda dan pandai mempergunakan senjata
panah dan lembing. Nakula tidak akan dapat lupa tentang segala hal yang
diketahui karena ia mepunyai Aji Pranawajati pemberian Ditya Sapujagad,
Senapati negara Mretani. Nakula juga mempunyai cupu berisi, “Banyu
Panguripan atau Air kehidupan” (tirtamaya) pemberian Bhatara Indra.
Nakula mempunyai watak jujur, setia, taat, belas kasih, tahu membalas
guna dan dapat menyimpan rahasia. Nakula tinggal di kesatrian Sawojajar,
wilayah negara Amarta. Nakula mempunyai dua orang isteri yaitu:



1. Dewi Sayati putri Prabu Kridakirata, raja negara Awuawulangit, dan



memperoleh dua orang putra masing-masing bernama; Bambang



Pramusinta dan Dewi Pramuwati.



2. Dewi Srengganawati, putri Resi Badawanganala, kura-kura raksasa



yang tinggal di sungai/narmada Wailu (menurut Purwacarita,



Badawanangala dikenal sebagai raja negara Gisiksamodra/Ekapratala)



dan memperoleh seorang putri bernama Dewi Sritanjung.



Dari perkimpoian itu Nakula mendapat anugrah cupu pusaka berisi air
kehidupan bernama Tirtamanik. Setelah selesai perang Bharatyuda, Nakula
diangkat menjadi raja negara Mandaraka sesuai amanat Prabu Salya kakak
ibunya, Dewi Madrim. Akhir riwayatnya diceritakan, Nakula mati moksa
bersama keempat saudaranya. 

Arjuna



Jari Tengah - Arjuna: lelananging jagad yang dikenal sebagai impian setiap
wanita. Dalam pewayangan Inda, Arjuna tidak digambarkan sebagai orang
yang tampan sekali, bahkan karena kegemarannya untuk keluar-masuk
hutan, Arjuna digambarkan penuh brewok dan kasar tampangnya. Arjuna
dikenal sebagai impian setiap wanita, karena dia mampu "menyenangkan"
(hati) para wanita. Maka dari itu, jika kita (para pria) "menyenangkan"
pasangan kita, hendaklah menggunakan jari tengah... (rada mesum neh...
huwekekekeke)

raja negara Astinapura dengan Dewi Kunti/Dewi Prita putri Prabu Basukunti,
raja negara Mandura. Arjuna merupakan anak ke-tiga dari lima bersaudara
satu ayah, yang dikenal dengan nama Pandawa. Dua saudara satu ibu
adalah Puntadewa dan Bima/Werkudara.



Sedangkan dua saudara lain ibu, putra Pandu dengan Dewi Madrim adalah
Nakula dan Sadewa. Arjuna seorang satria yang gemar berkelana, bertapa
dan berguru menuntut ilmu. Selain menjadi murid Resi Drona di Padepokan
Sukalima, ia juga menjadi murid Resi Padmanaba dari Pertapaan
Untarayana. Arjuna pernah menjadi Pandita di Goa Mintaraga, bergelar
Bagawan Ciptaning. Arjuna dijadikan jago kadewatan membinasakan Prabu
Niwatakawaca, raja raksasa dari negara Manimantaka. Atas jasanya itu,
Arjuna dinobatkan sebagai raja di Kahyangan Kaindran bergelar Prabu
Karitin dan mendapat anugrah pusaka-pusaka sakti dari para dewa, antara
lain ; Gendewa ( dari Bathara Indra ), Panah Ardadadali ( dari Bathara
Kuwera ), Panah Cundamanik ( dari Bathara Narada ). Arjuna juga memiliki
pusaka-pusaka sakti lainnya, atara lain ; Keris Kiai Kalanadah, Panah
Sangkali ( dari Resi Durna ), Panah Candranila, Panah Sirsha, Keris Kiai
Sarotama, Keris Kiai Baruna, Keris Pulanggeni ( diberikan pada Abimanyu ),
Terompet Dewanata, Cupu berisi minyak Jayengkaton ( pemberian Bagawan
Wilawuk dari pertapaan Pringcendani ) dan Kuda Ciptawilaha dengan
Cambuk Kiai Pamuk. Sedangkan ajian yang dimiliki Arjuna antara lain:
Panglimunan, Tunggengmaya, Sepiangin, Mayabumi, Pengasih dan
Asmaragama. Arjuna mempunyai 15 orang istri dan 14 orang anak. Adapun
istri dan anak-anaknya adalah :



1. Dewi Sumbadra , berputra Raden Abimanyu.



2. Dewi Larasati , berputra Raden Sumitra dan Bratalaras.



3. Dewi Srikandi



4. Dewi Ulupi/Palupi , berputra Bambang Irawan



5. Dewi Jimambang , berputra Kumaladewa dan Kumalasakti



6. Dewi Ratri , berputra Bambang Wijanarka



7. Dewi Dresanala , berputra Raden Wisanggeni



8. Dewi Wilutama , berputra Bambang Wilugangga



9. Dewi Manuhara , berputra Endang Pregiwa dan Endang Pregiwati



10. Dewi Supraba , berputra Raden Prabakusuma



11. Dewi Antakawulan , berputra Bambang Antakadewa



12. Dewi Maeswara



13. Dewi Retno Kasimpar



14. Dewi Juwitaningrat , berputra Bambang Sumbada



15. Dewi Dyah Sarimaya.



Arjuna juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran, yaitu ;
Kampuh/Kain Limarsawo, Ikat Pinggang Limarkatanggi, Gelung Minangkara,
Kalung Candrakanta dan Cincin Mustika Ampal (dahulunya milik Prabu
Ekalaya, raja negara Paranggelung).



Arjuna juga banyak memiliki nama dan nama julukan, antara lain ; Parta
(pahlawan perang), Janaka (memiliki banyak istri), Pemadi (tampan),
Dananjaya, Kumbaljali, Ciptaning Mintaraga (pendeta suci), Pandusiwi,
Indratanaya (putra Bathara Indra), Jahnawi (gesit trengginas), Palguna,
Danasmara ( perayu ulung ) dan Margana ( suka menolong ).



Arjuna memiliki sifat perwatakan ; Cerdik pandai, pendiam, teliti, sopan-
santun, berani dan suka melindungi yang lemah.



Arjunaa memimpin Kadipaten Madukara, dalam wilayah negara Amarta.
Setelah perang Bhatarayuda, Arjuna menjadi raja di Negara Banakeling,
bekas kerajaan Jayadrata.



Akhir riwayat Arjuna diceritakan, ia muksa ( mati sempurna ) bersama
ke-empat saudaranya yang lain.

Bima Werkodara




Jari Telunjuk - Bima: sebagai raksasa, Bima dikenal sebagai orang yang
lurus dan terus terang, walaupun keras dan apa adanya, bahkan dia hanya
menggunakan Kromo Inggil hanya kepada gurunya, Dewa Ruci. Bima
dikenal sebagai orang yang keras dan berusaha mengingatkan dengan
galak. Masyarakat kita, jika memarahi orang atau mengingatkan orang, akan
menggunakan jari telunjuk yang teracung, simbolisme Bima yang sedang
mengingatkan kesalahan kepada orang lain.

Dikenal pula dengan nama; Balawa, Bratasena, Birawa, Dandunwacana,
Nagata, Kusumayuda, Kowara, Kusumadilaga, Pandusiwi, Bayusuta, Sena,
atau Wijasena. Bima putra kedua Prabu Pandu, raja Negara Astina dengan
Dewi Kunti, putri Prabu Basukunti dengan Dewi Dayita dari negara Mandura.
Bima mempunyai dua orang saudara kandung bernama: Puntadewa dan
Arjuna, serta 2 orang saudara lain ibu, yaitu ; Nakula dan Sadewa. Bima
memililki sifat dan perwatakan; gagah berani, teguh, kuat, tabah, patuh dan
jujur. Bima memiliki keistimewaan ahli bermain ganda dan memiliki
berbagai senjata antara lain; Kuku Pancanaka, Gada Rujakpala, Alugara,
Bargawa (kapak besar) dan Bargawasta, sedangkan ajian yang dimiliki
adalah ; Aji Bandungbandawasa, Aji Ketuklindu dan Aji Blabakpangantol-
antol. Bima juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran yaitu;
Gelung Pudaksategal, Pupuk Jarot Asem, Sumping Surengpati, Kelatbahu
Candrakirana, ikat pinggang Nagabanda dan Celana Cinde Udaraga.
Sedangkan beberapa anugerah Dewata yang diterimanya antara lain;
Kampuh atau kain Poleng Bintuluaji, Gelang Candrakirana, Kalung
Nagasasra, Sumping Surengpati dan pupuk Pudak Jarot Asem. Bima tinggal
di kadipaten Jodipati, wilayah negara Amarta. Bima mempunyai tiga orang
isteri dan 3 orang anak, yaitu :



1. Dewi Nagagini, berputra Arya Anantareja,



2. Dewi Arimbi, berputra Raden Gatotkaca dan



3. Dewi Urangayu, berputra Arya Anantasena.



Akhir riwayat Bima diceritakan, mati sempurna (moksa) bersama ke empat
saudaranya setelah akhir perang Bharatayuda.

Yudhistira



Jempol - Yudistira: sebagai kakak tertua yang menaungi dan sebagai contoh
sopan santun dalam hidup, Yudhistira adalah salah satu karakter yang
nerimo, dalam artian, Yudhistira adalah orang yang selalu menyatakan,
"silahkan" "monggo" dalam hal ini, masyarakat Jawa selalu menggunakan
jempol untuk menunjukkan arah, (kesopanan), atau menyatakan
persetujuan (kalo ini kayaknya universal ya)

PRABU YUDHISTIRA menurut cerita pedalangan Jawa adalah raja jin negara
Mertani, sebuah Kerajaan Siluman yang dalam penglihatan mata biasa
merupakan hutan belantara yang sangat angker. Prabu Yudhistira
mempunyai dua saudara kandung masing-masing bernama ;Arya
Danduwacana, yang menguasai kesatrian Jodipati dan Arya Dananjaya yang
menguasai kesatrian Madukara. Prabu Yudhistira juga mempunyai dua
saudara kembar lain ibu, yaitu ; Ditya Sapujagad bertempat tinggal di
kesatrian Sawojajar, dan Ditya Sapulebu di kesatrian Baweratalun.Prabu
Yudhistira menikah dengan Dewi Rahina, putri Prabu Kumbala, raja jin
negara Madukara dengan permaisuri Dewi Sumirat. Dari perkimpoian tersebut
ia memperoleh seorang putri bernama Dewi Ratri, yang kemudian menjadi
istri Arjuna.Ketika hutan Mertani berhasil ditaklukan keluarga Pandawa
berkat daya kesaktian minyak Jayengkaton milik Arjuna pemberian Bagawan
Wilwuk/Wilawuk, naga bersayap dari pertapaan Pringcendani. Prabu
Yudhistira kemudian menyerahkan seluruh negara beserta istrinya kepada
Puntadewa, sulung Pandawa, putra Prabu Pandu dengan Dewi Kunti. Prabu
Yudhistira kemudian menjelma atau menyatu dalam tubuh Puntadewa,
hingga Puntadewa bergelar Prabu Yudhistira. Prabu Yudhistira darahnya
berwarna putih melambangkan kesuciannya.

Pandawa Lima

Pandawa Lima merupakan tokoh yang tidak dapat dipisahkan dengan kisah
Mahabarata, karena Pandawa Lima merupakan tokoh sentralnya bersama
dengan Kurawa.

Pandawa lima adalah sebutan lima bersaudara, putra dari Pandu Dewanata
yakni Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa.

Yudistira dengan nama kecilnya Puntadewa, Bima dengan nama kecilnya
Sena, dan Arjuna dengan nama kecilnya Permadi dilahirkan dari ibu Dewi
Kunti sedang Nakula dengan nama kecilnya Punten dan Sadewa dengan
nama kecilnya Tangsen dilahirkan dari ibu Dewi Madrim.

Pandu Dewanata adalah Raja Hastinapura, tetapi mati muda dan
anak-anaknya masih kecil-kecil sehingga belum memungkinkan untuk
memegang kendali pemerintahan, untuk mengisi ke kosongan pemerintahan
Hastinapura, maka diangkatlah Destaratra yang buta, kakak Pandu
Dewanata untuk menduduki jabatan sementara tahta Hastina, kelak jika
putra-putra Pandu telah dewasa, Hastinapura akan diserahkan pada
Pandawa Lima, putra Pandu yang mempunyai hak atas tahta Hastina secara
syah.

Destarastra disamping buta, pendiriannya juga kurang kuat, mudah
berubah, mudah diha sut dan mudah dibujuk oleh anak-anaknya yang
berjumlah seratus, dikenal dengan Kurawa atau Sata Kurawa yang hampir
seluruh anaknya berwatak pendusta, iri, dengki, tamak, syirik dlsb.

Pandawa Lima selalu lebih unggul dlm ke-trampilan ulah senjata dan ulah
krida dari pada para Kurawa. Puntadewa selalu lebih unggul dibi dang sastra
dan ketatanegaraan, Bima unggul dibidang memainkan senjata gada,
Harjuna unggul dibidang memanah dan ulah pedang sedang kan Nakula dan
Sadewa tidak ikut berguru kare-na masih terlalu kecil.

Bima bersosok tubuh besar, konon sangat jahil suka mengganggu Kurawa
dengan tiada sebab Kurawa sering ditampar dan ditempeleng oleh Bima
terutama Suyudhana/Duryudhana dan Dursasana ( adik Suyudhana ),
akhirnya menimbulkan perkelahian tetapi selalu dimenangkan oleh Bima
meskipun Bima dikeroyok mereka berdua, karena itu Bima selalu menjadi
sasaran pelampiasan dari kekesalan mereka.


Untuk mencegah Pandawa Lima dan para Sata Kurawa agar tidak terjadi
sengketa terus menerus, para tetua mereka terutama Resi Bis- ma dan
Yama Widura, menganjurkan kepada Destarastra agar Pandawa Lima diberi
hutan Kan dawaprastha atau Wanamarta, saran tersebut diikuti oleh
Destarastra dan hutan Wanamartalah yang diberikan pada Pandawa Lima.

Dalam waktu singkat Pandawa Lima yang
dibantu oleh beberapa Dewa dan sahabat saha-batnya, berhasil merubah
hutan belantara menja di sebuah kerajaan yang besar dengan nama Amerta
dan Indraprasta sebagai ibu kotanya.

Karena sudah mempunyai bibit rasa iri dan dengki pada Pandawa Lima,
maka Kurawa menilai bahwa upacara tersebut merupakan pameran kekuatan
Pandawa Lima, hal demikian dimanfaatkan oleh Patih Sengkuni untuk
mempengaruhi para Kurawa agar membuat sengsara pada Pandawa Lima
(Putra Pandu).

Prabu Duryudhana atas nama Kurawa, mengundang Pendawa Lima untuk
menghadiri pes-ta yang diadakan di kerajaan Hastinapura, atas hal tersebut
para tetua Hastinapura seperti Pra bu Destarastra, Resi Bisma dan Yama
Widura menilai bahwa antara Pandawa Lima dengan para Sata Kurawa telah
berdamai dan bersahabat.

Waktu itu Pandawa Lima diajak minum mi-numan yang memabukkan sampai
mabuk dan dalam kondisi mabuk itulah Pandawa Lima dia-jak main judi,
Pandawa Lima diwakili oleh Yudistira dan Hastinapura diwakili oleh Patih
Sengkuni (Harya Suman). Dalam permainan judi tersebut Pandawa Lima di
kalahkan, karena di curangi oleh para Kurawa, judi dan mabuk-mabukan
sudah merupakan kebiasaan sehari-hari bagi para Kurawa.


Awalnya Pendawa Lima sering dimenang-kan, tetapi setelah taruhan
diperbesar dan merupakan target Para Kurawa, maka Pendawa Lima
dikalahkan, sesudah kerajaan Amarta dipertaruhkan dan dikalahkan,
keadaan semakin panas, ke-mudian setelah adik-adiknya dan dirinya yang
di jadikan taruhan kalah juga, maka Dewi Drupadi istrinyapun dipertaruhkan
pula.

Dewi Drupadi waktu itu dikaputren kemudian diseret kebalairung,
dipermalukan dan menarik rambutnya sampai terurai. Pada saat itulah Dewi
Drupadi mengucapkan sumpahnya, bahwa ia tidak akan menyanggul
rambutnya lagi, kecuali setelah keramas dengan darahnya Dursasana adik
Prabu Duryudhana ( Suyudhana ), demikian juga Bima bersumpah, bahwa
dalam perang Bha ratajuda nanti akan membunuh Prabu Duryudhana
(Suyudhana) dan meminum darahnya.


Nasib Pandawa Lima dan Dewi Drupadi a-gak tertolong dengan campur
tangannya tetua Hastinapura Resi Bisma dan Yama Widura. Dewi Drupadi
diminta untuk diserahkan kepada Resi Bisma dan diberikan, untuk ini para
Kurawa salah sangka dikiranya Resi Bisma ingin menikmati kemenangannya
pada hal Dewi Drupadi akan diserahkan kembali kepada Pandawa Lima oleh
Resi Bisma.

Atas kekalahan judi para Pandawa Lima, te tua Hastina mengambil
kebijaksanaan dan jalan tengah, bahwa Pandawa Lima harus menjalani
hukuman pembuangan di hutan selama 12 tahun dan masa penyamaran
selama 1 tahun, dalam masa penyamaran apabila salah satu dari Panda wa
lima dapat dipergoki, maka mereka semua ha rus menjalani pembuangan
ulang lagi selama 12 tahun, dan masa penyamaran 1 tahun.


Dewi Drupadi-pun mengikuti para Pandawa Lima dalam menjalani hukuman
pembuangan, sedangkan Dewi Kunti ibu para Pandawa Lima tetap tinggal
Kerajaan Hastinapura.

Setelah Pandawa Lima menyelesaikan ma-sa pembuangan 12 tahun
lamanya, kemudian menjalani masa penyamaran di Kerajaan Wirata.
Puntadewa menyamar sebagai ahli sejarah dan tatanegara dengan nama
Wijakangka, Bima sebagai Jagal/penyembelih hewan dengan nama Jagal
Abilawa, Harjuna sebagai guru tari yang kebanci-bancian dengan nama
Kandhi Wrahatmala, Nakula dan Sadewa sebagai pelatih dan pemelihara
kuda dengan nama Darmagranti dan Tantripala. Dewi Drupadi menjadi
dayang istana dengan nama Sailandri atau Salindri.

Disaat hari penyamaran Pandawa Lima ber-akhir terjadilah penyerbuan
Hastinapura dengan sekutu-kutunya ke Kerajaan Wirata. Para Pandawa Lima
tidak dapat tinggal diam ketika melihat kejadian penyerbuan yang telah
mengganggu ketenangan dan ketentraman Kerajaan Wirata tempat mereka
menyamar selama ini.

Dengan ikutnya Pandawa turun kemedan perang, akibatnya para Sata
Kurawa mengetahui penyamaran Pandawa Lima. Maka ketika diada kan
perundingan untuk memulihkan hak Panda wa Lima atas Kerajaan Amarta
dan setengah Kerajaan Hastina, ditolak oleh Kurawa dengan alasan
penyamarannya telah dipergoki, karena itu Pandawa harus menjalani ulang
kembali masa hukumannya 12 tahun dalam pembuangan dan 1 tahun masa
penyamaran.

Karena perundingan damai mengalami ke-gagalan, maka pecahlah
pertempuran utk mem-perjuangkan haknya, kemudian dikenal dengan kisah
“MAHABHARATA”, masa pertempurannya selama 18 hari, berakhir dengan
kemenangan Pandawa Lima, tetapi semua putra Pandawa Lima gugur
dimedan perang di Tegal Kurusetra.

Dihari tuanya, Pandawa Lima dengan sadar merupakan hari-hari utk
menyongsong saat ke-matian, setelah menobatkan Parikesit cucu Ra-den
Harjuna sebagai Raja Hastinapura, beberapa tahun kemudian Pandawa Lima mendaki kepun cak Gunung Himalaya, termasuk Dewi Drupadi untuk
menyongsong kematian, diikuti oleh anjing berbulu putih.


Pertama kali yang dijemput oleh Batara Ya-madipati (Dewa penjemput
nyawa) adalah Dewi Drupadi, dinilai paling banyak dosanya diban -dingkan
dengan kelima suaminya yakni Panda wa Lima. Pertama karena dihati
kecilnya ia lebih mencintai Raden Harjuna dari pada dengan suami
lain-lainnya. Kedua karena Dewi Drupadi bermulut tajam, kata-katanya
sering melukai hati orang lain, diantaranya adalah Narpati Basukarna
(Adipati Karna), Prabu Duryudhana, Resi Druna/ Drona, Dursasana dan
Jayadrata, terluka hatinya karena ucapan-ucapan Dewi Drupadi.



Berikutnya giliran Sadewa yang dijemput oleh Batara Yamadipati, karena
sering meremehkan atau memandang rendah orang lain termasuk kakak
kakaknya meskipun hanya didalam hati saja dan tidak pernah diucapkan.
Sadewa mempunyai ilmu / aji Pranawa Jati yang dapat mengetahui kejadian
yang akan datang dan mengingat kejadian-kejadian masa lalu yang pernah
dialami.


Setelah Sadewa giliran berikutnya kemudi-an adalah Nakula yang dijemput
oleh Batara Ya-madipati, karena meskipun diam sebenarnya di-dalam
hatinya Nakula selalu iri dan dengki kepada saudara-saudaranya terutama
dengan Sadewa.


Giliran berikutnya setelah Nakula adalah Raden Harjuna yang dijemput oleh
Batara Yama dipati, karena didalam hati kecilnya Raden Har-juna terlalu
bangga dengan ketampanan yang dimilikinya dan merasa paling dibutuhkan
atau pa-ling penting dibanding dengan saudara-saudaranya.

Bima giliran berikutnya dijemput oleh Bata ra Yamadipati, karena dinilai
sering tidak dapat menahan nafsu amarahnya.

Yudistira tidak dijemput oleh Batara Yama-dipati dan tidak menemui
ajalnya, ia berjalan sampai didepan pintu Syurga dan dijemput oleh Batara
Indra, diajak untuk masuk syurga tetapi anjingnya dilarang masuk. Yudistira
menolak masuk syurga jika anjingnya tidak diperbolehkan masuk syurga,
karena Yudistira menganggap Dewa tidak menghargai suatu kesetiaan.
Maka sebaiknya hamba tidak usah masuk kesyurga jika anjing yang
menunjukkan kesetiaannya dilarang masuk syurga.

Atas ucapan Yudistira yang menghargai ke setiaan, seketika itu juga anjing
putih yang selalu menyertai perjalanan Pandawa Lima dengan setianya
sejak dari Istana Hastinapura sampai kepintu syurga, berubah wujudnya
menjadi Batara Darma, jelmaan ayahnya Yudistira yang sebenarnya .