Kepedihan itu tatkala titik-titik air
Ketika ia timbul lalu menguap membentuk awan tipis yang lembut seperti kapas
Namun ketika membuncah, ia seketika gelap tak lagi indah
Menutupi cahaya sang surga
Yang ada adalah kesenduan
Mau berapa lama lagi ditahan, itu hanya masalah waktu
Kemudian datanglah sang bala tentara langit, namanya angin
Siapa yang tau darimana asalnya, yang aku tahu hanyalah derunya mengganggu awan
Memaksa untuk tak dapat bertahan lebih lama lagi
Kemudian awan gelap kembali menjadi titik-titik air yang jatuh sebagai hujan
Perlahan, perlahan lalu deras membasahi tiap jejak kaki
Tahukah kau? bahwa sekuat apapun kau menahan pedih agar tak kentara
Suatu saat dia akan menampakkan dirinya dan turut membasahi hati yang lain
Tapi biarlah kesedihan itu tercurah, biarlah sirna dengan sendirinya
Hingga sang terang itu menyinari kebali sukmamu yang telah lama suram
Ketika ia timbul lalu menguap membentuk awan tipis yang lembut seperti kapas
Namun ketika membuncah, ia seketika gelap tak lagi indah
Menutupi cahaya sang surga
Yang ada adalah kesenduan
Mau berapa lama lagi ditahan, itu hanya masalah waktu
Kemudian datanglah sang bala tentara langit, namanya angin
Siapa yang tau darimana asalnya, yang aku tahu hanyalah derunya mengganggu awan
Memaksa untuk tak dapat bertahan lebih lama lagi
Kemudian awan gelap kembali menjadi titik-titik air yang jatuh sebagai hujan
Perlahan, perlahan lalu deras membasahi tiap jejak kaki
Tahukah kau? bahwa sekuat apapun kau menahan pedih agar tak kentara
Suatu saat dia akan menampakkan dirinya dan turut membasahi hati yang lain
Tapi biarlah kesedihan itu tercurah, biarlah sirna dengan sendirinya
Hingga sang terang itu menyinari kebali sukmamu yang telah lama suram