Introduct
Adzan
subuh telah berkumandang dengan menggema. Pagi kini pun belum berani menampakan
pandangannya dan masih terlelap di akhir malam. Angin malam yang masih berlalu
lalang dan dinginnya udara dago
waktu itu membuat hawa malas memelukku dengan erat.
Dua tiga
langkah manusia yang rajin setiap hari berangkat dan mendirikan sholat di
masjid terdengar jelas di gang sempit yang menempel dengan tembok dan jendela
kamar kostku yang terlalu sempit di tengah perumahan yang sedikit mewah.
Adzan
hampir selesai berkumandang namun nyawaku masih berterbangan dimana mana. Di
tugas kalkulus yang belum sempat aku kerjakan. Tugas pemrograman yang tiga
perempat jadi. Tugas akuntansi yang membuat muak. Game NeedForSpeed TheRun yang
masih 68% terinstal. Dan mungkin sepertiga nyawaku masih terselip dalam
twit-twit* galau yang selalu membuli kaum kaum jomblo seperti halnya aku
sendiri. Aku tertidur setengah jam yang lalu, dan kini aku harus terbangun dan
harus menyelesaikan semua tugas yang dari dosen yang killer nanggung sebagai
tugas hari libur. Ya ini hari minggu, hari libur! dan aku ingin benar benar
libur. Meski hanya bisa CarFreeDay sendirian, bagiku tak apa daripada berdua
bersama pacar sambil bermesraan. Tapi 1 hal yang tidak bisa disebut mending,
dengan muka tampan seperti ini aku tak ingin ada satu orangpun yang memiliki
fikiran bahwa aku jomblo, apalagi maho.
"hoaaam" 5 menit lagi sepertinya iqamat. Untungnya
masjid didaerahku hanya 10 meter dari kosanku. Cukup untukku bersantai-santai mengambil
air wudhu di kosan.
Perfe(r)t
Plan and First Step
Pukul 05.05,
rasa kantuk masih menjadi side’kick-ku
bertarung melawan Kalkulus II dan c++. Waktu yang terisia hanya 50 menit. Tepat
pukul 05.55 aku harus tiba di Juanda untuk berburu cadburrie gratisan.ini ini tanggal
28, tanggal yang sangat tua bagi anak kost.
“Braaaak”
suara
meja yang kupukul halus sebagai tanda kemenanganku dari kantuk dan tugas yang
menjengkelkan. 5.45, aku bergegas mandi dan hampir lupa membawa handuk.
“Byurr,” wah sh*t.. sabun abis (-_-).
Terpaksa mengganti sabun dengan shampo yang masih full di botol.
Pukul 5.55
tepat aku tiba di juanda. seperti minggu biasa, seiringan sepeda fiksi dikayuh
mahasiswa elit anak anak FTTM I**. Kufikir saat berolahragapun otak mereka
dipenuhi dengan data-data yang hanya berupa angka. Hingga tak menghiraukan aku
yang hampir diserempet oleh salah satu dari mereka. Semoga akal mereka tak
mengalahkan dominasi emosi mereka dalam menjalani kehidupan.
Yosh, sudah ada beberap kerumunan di depan Morninggolry cafe. Seperti
dugaanku, 2 Cadburrie gratis akan segera tiba di genggamanku. Beberapa senyum
puas dan kemenangan mulai berceceran di bibirku.
My perfect plan was set. this is my day...
"whahahah
hah hah hah apaaa?" "abiss? jam segini sudah abis? apa apaan
-_-"
Tidak
tersisa satu batang coklat pun tersisa disana. Hanya tersisa beberapa SPB dengan muka maho has mereka. Hey
dimana SPG-SPG yang biasa menjadi
sarapan pagi!. Aku terlalu cepat merayakan kemenangan. Kesalahan pertama dihari
ini, semoga tak ada lgi kesalahan yang aku buat, amiin. itu doa ke 6 yang aku
buat hari ini.
Doa ke 1
sampai ke 5 adalah doa yang selalu aku panjatkan tiap hari, selepas tahajud
ataupun subuh dan kau ingin tau itu? wee ngarep!
Rahasia gan.
Selangkah
demi selangkah, lari demi lari, semuanya harus ku jajal dengan sabar. Sepertinya
aku yang berjalan sendiri. Semua lelaki yang memiliki taraf muka dibawahku saja
berjalan dengan wanita yang lumayan cantik. Ada yang bersama dengan wanita yang
10 tahun lebih tua dari si cowok, mungkin tantenya atau ***nya. ada pula cowo
yang berjalan dengan sesama jenisnya entah maho atau tidak, yang jelas mereka
keliatan mesra. dimana pacarku? atau sederhananya dimana teman wanitaku. ah
entah, mungkin jodohku masih menjadi pacar orang lain.
Beberapa
KM berlalu aku masih bergumam dengan hal yang tak perlu. namun ada satu hal
yang dari tadi mengganjal batinku, seperti ada sesuatu yang ingin tuhan
beritahukan kepadaku. dari kemarin aku belum makan tapi perutku tak
menginginkan jatahnya. Aku tiba tiba gelisah. Beberapa ibu ibu malah melihat wajah
gelisahku dan menerka aku sebagai pemuda yang akan mencopet. argghhh ada apa
ini.
di
persimpangan dekat RS boromeus aku berbelok, disana ada mushola kecil yang
bersebelahan dengan gereja yang lumayan besar. ini hari minggu, pasti gereja iu
ramai dengan umatnya yang sedang beribadah disana. apa mungkin aku malah akan
dikira sebagai teroris yang akan meledakan gereja. Jenggot unyu ku terkadang
bisa terlihat jelas dan mencitrakan aku sebagai ustadz, tidak sepertinya lebih
ke teroris. argggh
Nah mesjidnya
sepi, alhamdulillah sepertinya aku bisa lebih tenang untuk beribadah. Setengah
jam bertasbih disana, hatiku sudah kembali tenang. Tapi kenapa sepertinya tak
ada ilham yang aku terima. Masih muncul pertanyaan yang sama. Apa yang akan
terjadi pada hari ini. bismillah, apapun yang terjadi aku harap aku tetap
berada dalam ridho dan lindunganMu, amiin.
Dengan langkah santai aku keluar dari mushola
dan berjalan sejauh 5 langkah dari gerbang mushola dan 17 langkah menuju
gerbang gereja. Aku memperhatikan seseorang didepanku. Seseorang menuju
kearahku dengan rok hitam dan baju kemeja putih, rambutnya terurai lurus dengan
sedikit jepit yang menarik rambutnya agar tidak meutupi wajahnya. Nampak
seperti rambut kushina uzumaki namun warnanya tidak merah, tapi hitam. dia
memakai sepatu hitam degan garis putih, walau terutup rok aku bisa melihatnya
saat dia melangkahkan kaki kanannya. Aku memperhatikan wanita itu hanya dalam 3
detik tanpa berkedip, namun aku bisa menyimpulkan penampilannya sebanyak itu. Ya
itu kelebihanku, sebenarnya aku punya mata sharingan (becanda, wkwkwkwk).
Wajahnya,
aku tak berani memperhatikan wajahnya. Aku takut malah membuatku gelisah lagi.
Aku menundukan wajahku dilangkah ke 9. "drap drap" ini langkah ke 10.
Dilangkah ke 11 aku akan berpapasan dengannya, disana aku bisa melihat wajahnya
dengan jelas. “Aku ingin melihat wajahnya, aku.... aku.... tapi... tapi...”
Clesh,
wajahku tiba tiba menoleh ke arahnya dan, ternyata dia juga menoleh ke arahku.
Kami berdua tiba-tiba berhenti di langkah yang sama, langkah ke 11. aku
menatapnya dan dia juga menatapku. ujung mataku hanya berjarak 44cm di gang
sempit itu.
Sebuah
peluh mentes ke hidungku, itu tanda aku sedikit gelisah. Aku perhatikan
wajahnya di waktu yang sangat singkat itu, dan aku tau satu hal. Dia meneteskan
air mata, dia sedang menangis sambil memegangi sesuatu di dadanya dengan tangan
kanannya. Bukan dadanya, tapi sebuah benda yang jelas terlihat di atas dadanya,
itu liontin salib yang indah dan sedikit mengkilap. Ya, dia seorang kristiani
yang berparas sangat cantik. Aku lihat dia lemparkan senyuman, begitupun aku
membalasnya dengan senyuman yang sedikit ramah.
Dia
mencoba tegar, dia mecoba menutupi kesedihannya dengan senyum itu. Senyum yang
khas dari seorang wanita yang kuat. Entah apa yang membuat dia sampai menangis,
aku bisa merasakan kesedihannya, tapi alasannya aku tetep tak tahu. Ingin aku
bertanya, tapi aku tau itu bukan saatnya. Dia membutuhkan seseorang untuk
melepas kesedihannya, mungkin pacarnya, teman wanitanya, keluarganya, atau yang
terbaik, Tuhannya.
Dia
mulai berlalu, aku juga memutuskan untuk kembali melangkah, namun sesuatu
keluar dari mulutku dan malah membuat kami berdua kembali menghentikan
langkah...
Sesuatu
itu sebuah kalimat,,,
"Subhanallah"...
ToBeContinued