Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengajaran Bahasa Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Bangsa  Indonesia beruntung memiliki bahasa Indonesia yang berkududukan sebagai  bahasa nasional dan bahasa negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa  Indonesia digunakan sebagai lambang identitas nasional, lambang  kebanggaan nasional, alat pemersatu bangsa dan alat komunikasi antarsuku  bangsa. Sedangkan sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia digunakan  sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa administrasi negara, bahasa  pengantar di lembaga pendidikan dan sebagai alat untuk mengembangkan  ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya.
Keberhasilan  bangsa Indonesia menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional  dan bahasa negara tak terlepas dari perjuangan pemuda generasi tahun  20-an melalui ikrar Sumpah Pemuda. Ikrar Sumpah Pemuda merupakan  peristiwa penting sebab melibatkan kepentingan kehidupan nasional dan  generasi muda. Sumpah Pemuda juga menyatakan kebulatan tekad sosial,  budaya dan politik yang menjiwai perjuangan generasi Indonesia pada masa  sekarang. Karena itu, Sumpah Pemuda merupakan tonggak sejarah yang amat  penting, baik pada masa itu dan lebih-lebih bagi pertumbuhan bangsa  Indonesia di masa sekarang dan mendatang
Masalah  pembinaan bahasa Indonesia adalah masalah yang menyangkut pemeliharaan  bahasa Indonesia. Sedangkan salah satu wujud pembinaan bahasa Indonesia  adalah terselenggaranya pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar  oleh masyarakat Indonesia. Dengan demikian, masalah pemakaian bahasa  Indonesia yang baik dan benar adalah masalah nasional Indonesia. Oleh  karena itu melalui makalah ini akan coba di uraikan apa-apa saja yang  menjadi faktor penyebab yang mempengaruhi pengajaran bahasa Indonesia  yang tentunya dari pengajaran bahasa Indonesia ini akan menjadi cikal  bakal bagus atau tidaknya pemakaian bahasa Indonesia itu sendiri dimasa  yang akan datang.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Dilihat  dari segi kebahasaan bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat  multibahasa dengan derajat bilingualitas yang berbeda untuk  masing-masing bahasa yang dikuasai. Kondisi multi bahasa ini juga akan  tampak dalam pendidikan sekolah. Siswa-siswa Indonesia datang dari  masyarakat multibahasa, setiap siswa menjadi model bilingual  disekolahnya masing-masing.
Sesampai  di sekolah para siswa dikondisikan dalam satu masyarakat yang  monolingual, yakni kondisi masyarakat sekolah dengan monolingual bahasa  Indonesia. Peralihan dan pengalihan dari kondisi multibahasa ke  masyarakat monolingual mempengaruhi sikap dan kesiapan dalam berbahasa  dan belajar bahasa. Terciptalah ketegangan bahasa pada diri siswa.  Terjadi satu kondisi dan konteks tarik menarik antara bahasa daerah atau  dialek bahasa Indonesia pada satu pihak dan berbahasa Indonesia pada  pihak lain. Kondisi seperti ini memungkinkan terjadinya kesulitan bagi  siswa dalam menerapkan pembelajaran bahasa dalam komunikasi antar teman  di lingkungan sekolah mereka. Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengajaran bahasa Indonesia, yaitu :
1. Sikap Berbahasa
Di dalam banyak kesempatan, kita sering mendengar pernyataan untuk menumbuhkan sikap positif masyarakat terhadap bahasa Indonesia. Karena yang disebutkan sikap positif itu hal yang abstrak, perlu kiranya di sini dikemukakan perilaku konkrit yang menggambarkan sikap positif itu.
Pemakaian bahasa yang sesuai dengan kaidah dan dengan situasinya adalah salah satu sikap positif. Hal itu terjadi jika orang tidak asal jadi dalam berbahasa. Seandainya untuk keperluan resmi pun orang menganggap bahwa dalam berbahasa itu yang terpenting ialah asal kawan bicara dapat menangkap maksud pembicara, dapat dikatakan bahwa orang itu tidak bersikap positif.
Di dalam banyak kesempatan, kita sering mendengar pernyataan untuk menumbuhkan sikap positif masyarakat terhadap bahasa Indonesia. Karena yang disebutkan sikap positif itu hal yang abstrak, perlu kiranya di sini dikemukakan perilaku konkrit yang menggambarkan sikap positif itu.
Pemakaian bahasa yang sesuai dengan kaidah dan dengan situasinya adalah salah satu sikap positif. Hal itu terjadi jika orang tidak asal jadi dalam berbahasa. Seandainya untuk keperluan resmi pun orang menganggap bahwa dalam berbahasa itu yang terpenting ialah asal kawan bicara dapat menangkap maksud pembicara, dapat dikatakan bahwa orang itu tidak bersikap positif.
Sikap positif yang  dapat ditunjukkan oleh siswa terhadap bahasa Indonesia dapat dilakukan  dengan cara berbicara tidak dicampur dengan bahasa asing. Walaupun lawan  bicara mengerti maksud pembicaraan tersebut, alangkah lebih baik  menggunakan bahasa sesuai dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.  Dengan sikap seperti itu berarti kita bangga akan bahasa kita sendiri.
Orang yang melakukan kesalahan tidak dengan sendirinya berarti yang bersangkutan tidak bersikap positif. Sikap tidak positif terbentuk jika orang tahu atau sudah diberi tahu bahwa ia telah melakukan kesalahan, tetapi enggan berusaha memperbaikinya. Orang yang kurang terampil berbahasa dapat menunjukkan sikap positif jika ia belajar dari kesalahan, memperhatikan saran, petunjuk, atau pendapat orang yang ahli, serta mengupayakan perbaikan pemakaian bahasanya. Jika itu dilakukan, orang akan tahu letak kesalahan pada kalimat.
Orang yang melakukan kesalahan tidak dengan sendirinya berarti yang bersangkutan tidak bersikap positif. Sikap tidak positif terbentuk jika orang tahu atau sudah diberi tahu bahwa ia telah melakukan kesalahan, tetapi enggan berusaha memperbaikinya. Orang yang kurang terampil berbahasa dapat menunjukkan sikap positif jika ia belajar dari kesalahan, memperhatikan saran, petunjuk, atau pendapat orang yang ahli, serta mengupayakan perbaikan pemakaian bahasanya. Jika itu dilakukan, orang akan tahu letak kesalahan pada kalimat.
Sikap  positif juga dapat ditunjukkan lewat pemakaian bahasa yang sesuai  dengan keperluan. Dalam pergaulan sosial, kita mungkin menghadapi  beragam keperluan pula. Pergaulan antarbangsa, misalnya, kadang-kadang  menuntut pemakaian bahasa yang sesuai dengan kemampuan orang yang  terlibat di dalamnya. Oleh sebab itu, bahasa yang lain atau bahasa asing  kadang-kadang diperlukan untuk keperluan itu. Secara singkat dapat  dikatakan bahwa penggunaan bahasa selain bahasa Indonesia untuk  keperluan tertentu tidak perlu dipandang sebagai cerminan rasa  kebangsaan yang rendah.
Persoalannya sekarang ialah bagaimana kita dapat memprioritaskan pemilihan bahasa yang sesuai dengan keperluan itu.
Persoalannya sekarang ialah bagaimana kita dapat memprioritaskan pemilihan bahasa yang sesuai dengan keperluan itu.
Sering  kita lihat bahwa keinginan untuk berkomunikasi dengan sebanyak-banyak  orang baik orang Indonesia maupun orang asing sekaligus menempatkan  bahasa Indonesia pada urutan kedua atau bahkan pada urutan yang dapat  diabaikan sama sekali. Akibatnya, jika kita harus membuat pemberitahuan  atau yang sejenisnya, bahasa asinglah yang dipakai. Masih lebih baik  jika bahasa Indonesianya disajikan juga. Jika ternyata kita akan  berhubungan dengan orang asing dan sekaligus dengan orang Indonesia,  kita dapat menempatkan bahasa Indonesia terlebih dahulu; baru kemudian  disajikan juga bahasa asingnya. Jika ternyata kita tidak dapat  mengharapkan orang asing berurusan dengan kita – dengan kata lain, kita  hanya berhadapan dengan orang Indonesia saja – apa salahnya jika kita  hanya berbahasa Indonesia. Contohnya, sebuah balai rias atau yang  dikenal dengan istilah salon di pinggiran kota yang amat jarang dilewati  orang asing, tentulah tidak pada tempatnya memasang tulisan Hang Tuah  Salon For Ladies and Gents, serta tulisan open di pintunya. Demikian  juga pada kemasan hasil produksi dalam negeri yang konsumennya sebagian  besar dapat dipastikan orang asing. Jika itu dianggap perlu sebagai  ungkapan keinginan kita untuk menghargai dan menyapa bangsa sendiri,  gunakanlah bahasa Indonesia di samping bahasa asing itu.
Kecenderungan  untuk menggunakan bahasa asing seperti di atas kadang-kadang juga  didorong oleh keinginan bergagah-gagahan dan memberi kesan tahu akan  bahasa asing. Akan tetapi, tidak jarang justru terjadi kesalahan yang  memalukan. Di sebuah gerobak yang dipakai untuk membuka jasa cetak foto  terpampang tulisan pasfhoto kilat; di sebelahnya lagi ada bengkel  bertuliskan revarasi motor dan serfise; di sebelahnya lagi ada tulisan  fotocopy. Ini adalah bahasa gado-gado. Sebetulnya, jika kata serapan itu  akan dipakai, kita dapat menuliskan secara bersahaja dan benar: pasfoto  kilat, reparasi motor dan servis, dan fotokopi. Itulah beberapa hal  yang dapat menunjukkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia.
Dan  semua permasalahan diatas bisa dibantu diminimalisir ketika  pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung, guru adalah orang yang paling  memahami kemampuan siswanya didalam kelas, kesiapan siswa dalam  menerima pengajaran bahasa Indonesia, perkembangan kognitif siswa,  situasi kebahasaan lingkungannya, fasilitas yang dimiliki siswa, serta  sekolah dan lingkungannya. Semua fakta diatas menuntut seorang guru  untuk dapat menentukan metode dan teknik apa yang sebaiknya dipakai  dalam pengajaran bahasa Indonesia. Sikap terbuka seperti yang tampak  dalam pembelajran bahasa Indonesia diatas, menuntut persiapan, kesiapan  dan pengetahuan yang tinggi dari seorang guru.
Oleh  karena itu guru harus bisa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan  benar, sebab jika suatu sekolah itu ada pada suatu daerah yang kurang  dalam penggunaan bahasa Indonesianya maka sangat berpengaruh penggunaan  bahasa Indonesia guru itu, jika benar guru itu menggunakan bahasa  Indonesia baik lafal maupun makna, maka biasanya akan ditiru/diikuti  oleh siswa dan lingkungan. Sebaliknya jika guru tidak bisa menggunakan  bahasa Indonesia dengan baik dan benar maka akan berpengaruh pada  pelajaran yang ia ajar. Kemungkinan siswa tidak memahami apa yang  dijelaskan oleh gurunya. Hal ini akan berakibat buruk pada pelajaran  siswa.
2. Situasi Kebahasaan di Indonesia
Situasi  di Indonesia setelah 65 tahun merdeka masih besar jumlah bangsa kita  yang tidak dapat/belum dapat berbahasa Indonesia. Didaerah pedalaman  kita akan menyaksikan kebenaran pernyataan ini. Didaerah yang bahasa  daerahnya besar jumlah pemakainya dan bahasa itu hidup dalam masyarakat  sebagai alat komunikasi, akan lebih banyak kita jumpai orang Indonesia  yang buta bahasa Indonesia. Masih banyak diantara penutur bahasa  Indonesia yang dapat menggunakan bahasa Indonesia secara penuh dalam  mengungkapkan pikiran seni hingga ia lari kebahasa daerah yang lebih  mereka kuasai.
Bahasa Indonesia yang  digunakan dalam media massa seperti surat kabar, radio dan sebagainya  besar pengaruhnya terhadap masyarakat. Karena itu, bila media massa  tersebut menggunakan yang tidak teratur maka pastilah itu akan menjadi  contoh yang kurang baik dan cenderung membuat bahasa masyarakat semakin  rusak. Bahasa pelajar sampai saat ini masih tetap belum memuaskan,  kegagalan pengajaran bahasa Indonesia sebagainya disebabkan oleh guru.  Banyak guru bahasa Indonesia yang tidak mempunyai wewenang mengajarkan  bahasa Indonesia, banyak guru mata pelajaran lain merangkap menjadi guru  bahasa Indonesia. Disamping itu guru mata pelajaran lain kurang memberi  perhatian tehadap pelajaran bahasa Indonesia sehingga tidak membantu  pembinaan bahasa Indonesia di kalangan pelajar. Dalam berbahasa, hanya  perlu ada kesadaran yang timbul oleh rasa cinta akan bahasa itu sendiri.  Membina bahasa Indonesia bukan hanya menjadi tanggung jawab dan  kewajiban para ahli bahasa atau guru bahasa melainkan menjadi tanggung  jawab setiap putra putri Indonesia yang cinta akan miliki nasionalnya  secara sadar.
Bahasa antar siswa  adalah bahasa Indonesia nonstandar dan bahasa dialek setempat,  menghadapi siswa dalam profil kebahasaan seperti itu, guru harus  mempunyai kita menghasilkan bahasa siswa dari keterampilan berbahasa  nonstandar ke bahasa Indonesia. Standar penguasaan bahasa antar siswa  cukup kuta, karena frekuensinya cukup tinggi dari bahasa Indonesia  standar. Namun suatu kemungkinan yang perlu diwaspadai oleh guru adalah  transfer dari interferensi yang dilakukan oleh siswa. Indonesia adalah  negara multi bahasa dengan tipologi yang tidak sama antar bahasa. Oleh  karena itu tipologi bahasa-bahasa di Indonesia tidak sama, maka  kemungkinan transfer dan interferensi pun tidak sama.
Transfer  dan interferensi tidak hanya terjadi pada komponen penggunaan bahasa  misalnya, sebagian besar siswa di Indonesia bagian timur tidak akan  menerima bunyi fonem “f” dengan baik dari pada siswa daerah Jawa Barat,  tetapi siswa dari Indonesia bagian timur tidak mudah menerima fonem “?”  mereka akan mentransfer kedalam bunyi “?”. Siswa Jawa Barat akan  menerima baik bunyi fonem “?”, transfer dan interferensi mungkin akan  terjadi pada setiap tataran bahasa, misalnya fonologi, morfologi,  sintaksis, dan semantik. Oleh karena itu diperlukan satu penelitian yang  mendalam tentang kesamaan dan perbedaan tipologi bahasa-bahasa di  Indonesia pada setiap tataran bahasa.
3. Masalah Keduniabahasaan
Perubahan  zaman yang sangat cepat yang tidak disertai dengan sumber daya manusia  yang cerdas akan mengikiskan budaya bangsa. Siswa yang menjadi penerus  budaya bangsa diharapkan dapat mempertahankan budaya yang ada dengan  memakai tatanan bahasa yang benar. Dengan perkembangan yang terjadi dan  cepatnya arus informasi tanpa ada filter mengakibatkan carut marutnya  bahasa yang dipakai. Pemakaian kosa kata-kosa kata baru yang merupakan  gabungan dari bahasa resmi dengan bahasa gaul mengakibatkan rusaknya  aturan bahasa yang ada.
Siswa yang seharusnya sebagai generasi penerus bangsa Indonesia dididik agar menggunakan bahasa Indonesia tidak hanya digunakan secara formal di sekolah namun juga digunakan sebagai bahasa pergaulan.
Siswa yang seharusnya sebagai generasi penerus bangsa Indonesia dididik agar menggunakan bahasa Indonesia tidak hanya digunakan secara formal di sekolah namun juga digunakan sebagai bahasa pergaulan.
Bagaimana sebenarnya cara menumbuhkan sikap berbahasa Indonesia yang positip bagi kalangan siswa?
Keinginan berbahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan dikalangan siswa sebenarnya dapat dilakukan selama ada motivasi.
Motivasi dapat timbul dari dalam individu dan dapat pula timbul akibat pengaruh, dari dalam dan dari luar dirinya. Hal ini akan di uraikan sebagai berikut:
Keinginan berbahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan dikalangan siswa sebenarnya dapat dilakukan selama ada motivasi.
Motivasi dapat timbul dari dalam individu dan dapat pula timbul akibat pengaruh, dari dalam dan dari luar dirinya. Hal ini akan di uraikan sebagai berikut:
a. Motivasi Intrinsik Jenis  motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri  tanpa ada paksaan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri.  Misalnya anak mau belajar karena ingin memperoleh ilmu pengetahuan dan  ingin menjadi orang berguna bagi nusa, bangsa, dan negara. Oleh krena  itu, ia rajin belajar tanpa ada suruhan dari orang lain.
b. Motivasi Ekstrinsik Jenis  motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah  karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga  dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau  belajar. Misalnya anak mau belajar karena di suruh oleh orang tuanya  agar mendapat peringkat pertama di kelasnya.
Sekarang bagaimana cara motivasi itu tumbuh dikalangan siswa? Pengetahuan tentang timbulnya motivasi belajar serta hambatan belajar memperoleh makna pedagogis yang istimewa, apabila dipertimbangkan dua hal berikut ini:
Sekarang bagaimana cara motivasi itu tumbuh dikalangan siswa? Pengetahuan tentang timbulnya motivasi belajar serta hambatan belajar memperoleh makna pedagogis yang istimewa, apabila dipertimbangkan dua hal berikut ini:
• Penyebab utama timbulnya pengukuhan positif maupun negatif, atau dengan
perkataan lain pengalaman berhasil atau gagal bukanlah pada suatu fenomena alam yang misterius, melainkan pada pengajar atau guru.
• Perkiraan akan gagal dan hambatan belajar di peroleh dalam proses interaksi sosial yang buruk kondisinya. Karena itu umumnya dapat dilenyapkan lagi dengan mengadakan kondisi belajar yang baik.
perkataan lain pengalaman berhasil atau gagal bukanlah pada suatu fenomena alam yang misterius, melainkan pada pengajar atau guru.
• Perkiraan akan gagal dan hambatan belajar di peroleh dalam proses interaksi sosial yang buruk kondisinya. Karena itu umumnya dapat dilenyapkan lagi dengan mengadakan kondisi belajar yang baik.
Dengan  lain perkataan, pengajar atau guru dapat sangat mempengaruhi  perkembangan motivasi dengan jalan membentuk corak pengajarannya secara  selaras serta melalui bentuk-bentuk perilaku tertentu dalam interaksi  yang berlangsung antara dirinya dan pengajar. Dengan begitu timbul  pertanyaan, Bagaimanakah seharusnya sikap pengajar atau guru agar  mendorong timbulnya motivasi belajar. Untuk menjawabnya, diperhatikan  berbagai aspek :
• Perilaku yang memperkukuh perilaku belajar,
• ’’ Teknik-teknik motivasi’’ khusus untuk pengajar,
• Gaya interaksi sosial dalam proses mengajar dan belajar pada umumnya.
• ’’ Teknik-teknik motivasi’’ khusus untuk pengajar,
• Gaya interaksi sosial dalam proses mengajar dan belajar pada umumnya.
Dengan  potensi pengajar yang dapat memotivasi siswanya untuk menjadikan bahasa  Indonesia sebagai bahasa pergaulan, yakin bahwa bahasa Indonesia tidak  akan hilang seiring perubahan zaman.
Bagi yang tertarik dengan makalah bahasa Indonesia berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengajaran Bahasa Indonesia ini, bisa di download disini dengan password : www.kosmaext2010.com :







0 comment:
Posting Komentar