Senin, 11 April 2011

Makalah Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengajaran Bahasa Indonesia

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengajaran Bahasa Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia beruntung memiliki bahasa Indonesia yang berkududukan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia digunakan sebagai lambang identitas nasional, lambang kebanggaan nasional, alat pemersatu bangsa dan alat komunikasi antarsuku bangsa. Sedangkan sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa administrasi negara, bahasa pengantar di lembaga pendidikan dan sebagai alat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya.
Keberhasilan bangsa Indonesia menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara tak terlepas dari perjuangan pemuda generasi tahun 20-an melalui ikrar Sumpah Pemuda. Ikrar Sumpah Pemuda merupakan peristiwa penting sebab melibatkan kepentingan kehidupan nasional dan generasi muda. Sumpah Pemuda juga menyatakan kebulatan tekad sosial, budaya dan politik yang menjiwai perjuangan generasi Indonesia pada masa sekarang. Karena itu, Sumpah Pemuda merupakan tonggak sejarah yang amat penting, baik pada masa itu dan lebih-lebih bagi pertumbuhan bangsa Indonesia di masa sekarang dan mendatang
Masalah pembinaan bahasa Indonesia adalah masalah yang menyangkut pemeliharaan bahasa Indonesia. Sedangkan salah satu wujud pembinaan bahasa Indonesia adalah terselenggaranya pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar oleh masyarakat Indonesia. Dengan demikian, masalah pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah masalah nasional Indonesia. Oleh karena itu melalui makalah ini akan coba di uraikan apa-apa saja yang menjadi faktor penyebab yang mempengaruhi pengajaran bahasa Indonesia yang tentunya dari pengajaran bahasa Indonesia ini akan menjadi cikal bakal bagus atau tidaknya pemakaian bahasa Indonesia itu sendiri dimasa yang akan datang.
BAB II
PEMBAHASAN
Dilihat dari segi kebahasaan bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat multibahasa dengan derajat bilingualitas yang berbeda untuk masing-masing bahasa yang dikuasai. Kondisi multi bahasa ini juga akan tampak dalam pendidikan sekolah. Siswa-siswa Indonesia datang dari masyarakat multibahasa, setiap siswa menjadi model bilingual disekolahnya masing-masing.
Sesampai di sekolah para siswa dikondisikan dalam satu masyarakat yang monolingual, yakni kondisi masyarakat sekolah dengan monolingual bahasa Indonesia. Peralihan dan pengalihan dari kondisi multibahasa ke masyarakat monolingual mempengaruhi sikap dan kesiapan dalam berbahasa dan belajar bahasa. Terciptalah ketegangan bahasa pada diri siswa. Terjadi satu kondisi dan konteks tarik menarik antara bahasa daerah atau dialek bahasa Indonesia pada satu pihak dan berbahasa Indonesia pada pihak lain. Kondisi seperti ini memungkinkan terjadinya kesulitan bagi siswa dalam menerapkan pembelajaran bahasa dalam komunikasi antar teman di lingkungan sekolah mereka. Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengajaran bahasa Indonesia, yaitu :
1. Sikap Berbahasa
Di dalam banyak kesempatan, kita sering mendengar pernyataan untuk menumbuhkan sikap positif masyarakat terhadap bahasa Indonesia. Karena yang disebutkan sikap positif itu hal yang abstrak, perlu kiranya di sini dikemukakan perilaku konkrit yang menggambarkan sikap positif itu.
Pemakaian bahasa yang sesuai dengan kaidah dan dengan situasinya adalah salah satu sikap positif. Hal itu terjadi jika orang tidak asal jadi dalam berbahasa. Seandainya untuk keperluan resmi pun orang menganggap bahwa dalam berbahasa itu yang terpenting ialah asal kawan bicara dapat menangkap maksud pembicara, dapat dikatakan bahwa orang itu tidak bersikap positif.
Sikap positif yang dapat ditunjukkan oleh siswa terhadap bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan cara berbicara tidak dicampur dengan bahasa asing. Walaupun lawan bicara mengerti maksud pembicaraan tersebut, alangkah lebih baik menggunakan bahasa sesuai dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dengan sikap seperti itu berarti kita bangga akan bahasa kita sendiri.
Orang yang melakukan kesalahan tidak dengan sendirinya berarti yang bersangkutan tidak bersikap positif. Sikap tidak positif terbentuk jika orang tahu atau sudah diberi tahu bahwa ia telah melakukan kesalahan, tetapi enggan berusaha memperbaikinya. Orang yang kurang terampil berbahasa dapat menunjukkan sikap positif jika ia belajar dari kesalahan, memperhatikan saran, petunjuk, atau pendapat orang yang ahli, serta mengupayakan perbaikan pemakaian bahasanya. Jika itu dilakukan, orang akan tahu letak kesalahan pada kalimat.
Sikap positif juga dapat ditunjukkan lewat pemakaian bahasa yang sesuai dengan keperluan. Dalam pergaulan sosial, kita mungkin menghadapi beragam keperluan pula. Pergaulan antarbangsa, misalnya, kadang-kadang menuntut pemakaian bahasa yang sesuai dengan kemampuan orang yang terlibat di dalamnya. Oleh sebab itu, bahasa yang lain atau bahasa asing kadang-kadang diperlukan untuk keperluan itu. Secara singkat dapat dikatakan bahwa penggunaan bahasa selain bahasa Indonesia untuk keperluan tertentu tidak perlu dipandang sebagai cerminan rasa kebangsaan yang rendah.
Persoalannya sekarang ialah bagaimana kita dapat memprioritaskan pemilihan bahasa yang sesuai dengan keperluan itu.
Sering kita lihat bahwa keinginan untuk berkomunikasi dengan sebanyak-banyak orang baik orang Indonesia maupun orang asing sekaligus menempatkan bahasa Indonesia pada urutan kedua atau bahkan pada urutan yang dapat diabaikan sama sekali. Akibatnya, jika kita harus membuat pemberitahuan atau yang sejenisnya, bahasa asinglah yang dipakai. Masih lebih baik jika bahasa Indonesianya disajikan juga. Jika ternyata kita akan berhubungan dengan orang asing dan sekaligus dengan orang Indonesia, kita dapat menempatkan bahasa Indonesia terlebih dahulu; baru kemudian disajikan juga bahasa asingnya. Jika ternyata kita tidak dapat mengharapkan orang asing berurusan dengan kita – dengan kata lain, kita hanya berhadapan dengan orang Indonesia saja – apa salahnya jika kita hanya berbahasa Indonesia. Contohnya, sebuah balai rias atau yang dikenal dengan istilah salon di pinggiran kota yang amat jarang dilewati orang asing, tentulah tidak pada tempatnya memasang tulisan Hang Tuah Salon For Ladies and Gents, serta tulisan open di pintunya. Demikian juga pada kemasan hasil produksi dalam negeri yang konsumennya sebagian besar dapat dipastikan orang asing. Jika itu dianggap perlu sebagai ungkapan keinginan kita untuk menghargai dan menyapa bangsa sendiri, gunakanlah bahasa Indonesia di samping bahasa asing itu.
Kecenderungan untuk menggunakan bahasa asing seperti di atas kadang-kadang juga didorong oleh keinginan bergagah-gagahan dan memberi kesan tahu akan bahasa asing. Akan tetapi, tidak jarang justru terjadi kesalahan yang memalukan. Di sebuah gerobak yang dipakai untuk membuka jasa cetak foto terpampang tulisan pasfhoto kilat; di sebelahnya lagi ada bengkel bertuliskan revarasi motor dan serfise; di sebelahnya lagi ada tulisan fotocopy. Ini adalah bahasa gado-gado. Sebetulnya, jika kata serapan itu akan dipakai, kita dapat menuliskan secara bersahaja dan benar: pasfoto kilat, reparasi motor dan servis, dan fotokopi. Itulah beberapa hal yang dapat menunjukkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia.
Dan semua permasalahan diatas bisa dibantu diminimalisir ketika pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung, guru adalah orang yang paling memahami kemampuan siswanya didalam kelas, kesiapan siswa dalam menerima pengajaran bahasa Indonesia, perkembangan kognitif siswa, situasi kebahasaan lingkungannya, fasilitas yang dimiliki siswa, serta sekolah dan lingkungannya. Semua fakta diatas menuntut seorang guru untuk dapat menentukan metode dan teknik apa yang sebaiknya dipakai dalam pengajaran bahasa Indonesia. Sikap terbuka seperti yang tampak dalam pembelajran bahasa Indonesia diatas, menuntut persiapan, kesiapan dan pengetahuan yang tinggi dari seorang guru.
Oleh karena itu guru harus bisa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sebab jika suatu sekolah itu ada pada suatu daerah yang kurang dalam penggunaan bahasa Indonesianya maka sangat berpengaruh penggunaan bahasa Indonesia guru itu, jika benar guru itu menggunakan bahasa Indonesia baik lafal maupun makna, maka biasanya akan ditiru/diikuti oleh siswa dan lingkungan. Sebaliknya jika guru tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar maka akan berpengaruh pada pelajaran yang ia ajar. Kemungkinan siswa tidak memahami apa yang dijelaskan oleh gurunya. Hal ini akan berakibat buruk pada pelajaran siswa.
2. Situasi Kebahasaan di Indonesia
Situasi di Indonesia setelah 65 tahun merdeka masih besar jumlah bangsa kita yang tidak dapat/belum dapat berbahasa Indonesia. Didaerah pedalaman kita akan menyaksikan kebenaran pernyataan ini. Didaerah yang bahasa daerahnya besar jumlah pemakainya dan bahasa itu hidup dalam masyarakat sebagai alat komunikasi, akan lebih banyak kita jumpai orang Indonesia yang buta bahasa Indonesia. Masih banyak diantara penutur bahasa Indonesia yang dapat menggunakan bahasa Indonesia secara penuh dalam mengungkapkan pikiran seni hingga ia lari kebahasa daerah yang lebih mereka kuasai.
Bahasa Indonesia yang digunakan dalam media massa seperti surat kabar, radio dan sebagainya besar pengaruhnya terhadap masyarakat. Karena itu, bila media massa tersebut menggunakan yang tidak teratur maka pastilah itu akan menjadi contoh yang kurang baik dan cenderung membuat bahasa masyarakat semakin rusak. Bahasa pelajar sampai saat ini masih tetap belum memuaskan, kegagalan pengajaran bahasa Indonesia sebagainya disebabkan oleh guru. Banyak guru bahasa Indonesia yang tidak mempunyai wewenang mengajarkan bahasa Indonesia, banyak guru mata pelajaran lain merangkap menjadi guru bahasa Indonesia. Disamping itu guru mata pelajaran lain kurang memberi perhatian tehadap pelajaran bahasa Indonesia sehingga tidak membantu pembinaan bahasa Indonesia di kalangan pelajar. Dalam berbahasa, hanya perlu ada kesadaran yang timbul oleh rasa cinta akan bahasa itu sendiri. Membina bahasa Indonesia bukan hanya menjadi tanggung jawab dan kewajiban para ahli bahasa atau guru bahasa melainkan menjadi tanggung jawab setiap putra putri Indonesia yang cinta akan miliki nasionalnya secara sadar.
Bahasa antar siswa adalah bahasa Indonesia nonstandar dan bahasa dialek setempat, menghadapi siswa dalam profil kebahasaan seperti itu, guru harus mempunyai kita menghasilkan bahasa siswa dari keterampilan berbahasa nonstandar ke bahasa Indonesia. Standar penguasaan bahasa antar siswa cukup kuta, karena frekuensinya cukup tinggi dari bahasa Indonesia standar. Namun suatu kemungkinan yang perlu diwaspadai oleh guru adalah transfer dari interferensi yang dilakukan oleh siswa. Indonesia adalah negara multi bahasa dengan tipologi yang tidak sama antar bahasa. Oleh karena itu tipologi bahasa-bahasa di Indonesia tidak sama, maka kemungkinan transfer dan interferensi pun tidak sama.
Transfer dan interferensi tidak hanya terjadi pada komponen penggunaan bahasa misalnya, sebagian besar siswa di Indonesia bagian timur tidak akan menerima bunyi fonem “f” dengan baik dari pada siswa daerah Jawa Barat, tetapi siswa dari Indonesia bagian timur tidak mudah menerima fonem “?” mereka akan mentransfer kedalam bunyi “?”. Siswa Jawa Barat akan menerima baik bunyi fonem “?”, transfer dan interferensi mungkin akan terjadi pada setiap tataran bahasa, misalnya fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Oleh karena itu diperlukan satu penelitian yang mendalam tentang kesamaan dan perbedaan tipologi bahasa-bahasa di Indonesia pada setiap tataran bahasa.
3. Masalah Keduniabahasaan
Perubahan zaman yang sangat cepat yang tidak disertai dengan sumber daya manusia yang cerdas akan mengikiskan budaya bangsa. Siswa yang menjadi penerus budaya bangsa diharapkan dapat mempertahankan budaya yang ada dengan memakai tatanan bahasa yang benar. Dengan perkembangan yang terjadi dan cepatnya arus informasi tanpa ada filter mengakibatkan carut marutnya bahasa yang dipakai. Pemakaian kosa kata-kosa kata baru yang merupakan gabungan dari bahasa resmi dengan bahasa gaul mengakibatkan rusaknya aturan bahasa yang ada.
Siswa yang seharusnya sebagai generasi penerus bangsa Indonesia dididik agar menggunakan bahasa Indonesia tidak hanya digunakan secara formal di sekolah namun juga digunakan sebagai bahasa pergaulan.
Bagaimana sebenarnya cara menumbuhkan sikap berbahasa Indonesia yang positip bagi kalangan siswa?
Keinginan berbahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan dikalangan siswa sebenarnya dapat dilakukan selama ada motivasi.
Motivasi dapat timbul dari dalam individu dan dapat pula timbul akibat pengaruh, dari dalam dan dari luar dirinya. Hal ini akan di uraikan sebagai berikut:
a. Motivasi Intrinsik Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri. Misalnya anak mau belajar karena ingin memperoleh ilmu pengetahuan dan ingin menjadi orang berguna bagi nusa, bangsa, dan negara. Oleh krena itu, ia rajin belajar tanpa ada suruhan dari orang lain.
b. Motivasi Ekstrinsik Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya anak mau belajar karena di suruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama di kelasnya.
Sekarang bagaimana cara motivasi itu tumbuh dikalangan siswa? Pengetahuan tentang timbulnya motivasi belajar serta hambatan belajar memperoleh makna pedagogis yang istimewa, apabila dipertimbangkan dua hal berikut ini:
• Penyebab utama timbulnya pengukuhan positif maupun negatif, atau dengan
perkataan lain pengalaman berhasil atau gagal bukanlah pada suatu fenomena alam yang misterius, melainkan pada pengajar atau guru.
• Perkiraan akan gagal dan hambatan belajar di peroleh dalam proses interaksi sosial yang buruk kondisinya. Karena itu umumnya dapat dilenyapkan lagi dengan mengadakan kondisi belajar yang baik.
Dengan lain perkataan, pengajar atau guru dapat sangat mempengaruhi perkembangan motivasi dengan jalan membentuk corak pengajarannya secara selaras serta melalui bentuk-bentuk perilaku tertentu dalam interaksi yang berlangsung antara dirinya dan pengajar. Dengan begitu timbul pertanyaan, Bagaimanakah seharusnya sikap pengajar atau guru agar mendorong timbulnya motivasi belajar. Untuk menjawabnya, diperhatikan berbagai aspek :
• Perilaku yang memperkukuh perilaku belajar,
• ’’ Teknik-teknik motivasi’’ khusus untuk pengajar,
• Gaya interaksi sosial dalam proses mengajar dan belajar pada umumnya.
Dengan potensi pengajar yang dapat memotivasi siswanya untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan, yakin bahwa bahasa Indonesia tidak akan hilang seiring perubahan zaman.
Bagi yang tertarik dengan makalah bahasa Indonesia berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengajaran Bahasa Indonesia ini, bisa di download disini dengan password : www.kosmaext2010.com :

0 comment:

Posting Komentar