Pertanyaan: 
Saya seorang muslimah yang hidup di Swedia. Saya ada pertanyaan dari seorang Nashara, saya sudah banyak bertanya dan berusaha mendapatkan jawaban di dalam beberapa buku tetapi tidak saya dapatkan. Pertanyaannya tentang bidadari. Saya dengar, seorang laki-laki akan diberi balasan dengan beberapa wanita di surga. Saya tidak tahu apakah informasi ini benar ? Akan tetapi bila Anda bisa memberikan penjelasan tentang masalah ini saya sangat berterima kasih.
Pertanyaan penting tersebut adalah: Mengapa Islam sering memberi motivasi dan memberi kabar gembira dengan sesuatu di surga padahal hal itu diharamkan di dunia ? Seperti hubungan antara laki-laki dengan wanita diluar nikah yang dianggap haram. Dan apabila seorang muslim menjauhi hal itu di dunia, maka dia akan dibalas dengan diberikan bidadari di surga. Bukahkah ini hal yang aneh ? Sayang sekali pengetahuan saya hanya sedikit tentang hal ini dan saya tidak tahu dari mana datangnya pertanyaan ini tetapi saya yakin akan ada jawaban yang logis terhadap pertanyaan ini dan saya berharap Anda membantu saya dalam hal ini. Terima kasih.
   Jawaban: 
   Allah telah menjelaskan tentang surga di dalam kitab-Nya yang mulia  dan apa-apa yang dijanjikan di dalamnya. Diapun telah menerangkan  tentang keadaan surga dan para penghuninya di beberapa ayat dalam  Al-Qur’an. Di antaranya: 
   “Di dalamnya ada mata air yang mengalir. Di dalamnya ada tahta-tahta  yang ditinggikan. Dan gelas-gelas yang diletakkan. Dan bantal-bantal  sandaran yang disusun. Dan permadani-permadani yang dihamparkan.” (Q.S.  Al-Ghasyiyah: 12-16) 
   “Dan bagi orang yang takut ketika bertemu dengan Rabbnya ada dua  surga. Maka nikmat Allah yang mana lagi yang akan kalian dustakan. Kedua  surga itu mempunyai pohon-pohon dan buah-buahan. Maka nikmat Allah yang  manalagikah yang akan kalian dustakan. Di dalam kedua surga itu ada dua  mata air yang mengalir. Maka nikmat Allah yang manalagikah yang akan  kalian dustakan ? Di dalam kedua surga itu ada segala macam buah-buahan  yang berpasang-pasangan.” (Q.S. Ar-Rahman: 46-52) 
   Ayat-ayat yang lainnya yang menerangkan keadaan surga sangat banyak.  Ada beberapa ayat yang menerangkan wanita-wanita surga. Di antaranya : 
   “Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang menundukkan  pandangannya, yang tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka  ataupun oleh jin. Maka nikmat Allah yang manalagikah yang akan kalian  dustakan ? Seakan-akan mereka itu permata yakut dan marjan.” (Q.S. Ar-  Rahman: 56-58) 
   “Bidadari-bidadari yang cantik, putih bersih, dan terpelihara dalam kemah.” (Q.S. Ar- Rahman: 72) 
   “Dan di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang bermata jeli.  Seperti mutiara yang tersimpan baik. Sebagai balasan dari apa yang  mereka lakukan.” (QS.Ar-Rahman: 22-24) 
   Selain itu ada pula hadits-hadits dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi  Wassalam tentang keadaan wanita-wanita surga dan bahwa mereka disediakan  pada hari kiamat untuk orang-orang yang bertaqwa. Di antaranya adalah  hadits Abu Hurairoh Radhiyallahu ‘Anhu dia berkata : “Telah berkata  Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam: 
   “Sesungguhnya rombongan pertama yang masuk surga tak ubahnya seperti  bulan pada malam purnama, kemudian orang-orang setelah mereka laksana  bintang yang paling terang cahayanya di langit. Mereka tidak kencing,  tidak buang hajat, tidak meludah, dan tidak beringus. Sisir-sisir mereka  dari emas dan aroma mereka seperti minyak kasturi. Isteri-isteri mereka  adalah bidadari. Bentuk mereka sama seperti bentuk bapak-bapak mereka  yaitu Adam yang tingginya 60 (enam puluh hasta).” (Shahih Al Jami’ 2015) 
   Dari Rasul Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau berkata: 
   “Kemah (di surga) adalah mutiara yang tingginya 60 mil. Di setiap  sudutnya ada isteri bagi seorang mukmin dan mereka tidak bisa dilihat  oleh orang lain.” (Shahih Al Jami’3357) 
   Hadits-hadits tersebut menerangkan tentang wanita-wanita surga yang  disediakan untuk para laki-laki. Dan Allah telah menamai mereka di dalam  kitab-Nya dengan sebutan Al-huur (bidadari). Al-Huur jamaknya adalah  Hauraa. Imam Al Qurthubi berkata di dalam kitab Al-Ahkam (17/122):  “Mereka (bidadari) itu bagian putih matanya sangat putih dan bagian  hitamnya sangat hitam, maka kita mengimani hal itu dengan keimanan yang  mutlak yang tidak ditembus oleh keraguan ataupun kesangsian dan hal ini  tertancap di inti aqidah kita.”
Untuk keterangan yang lebih jelas silakan merujuk kepada Shahih Bukhari, kitab bad’ul khalqi, bab sifat al jannah, dan Shahih Muslim, bab sifat al jannah, demikian pula kitab Sifat Al-Jannah susunan Abu Nu’aim Al Ashfahani tentang sifat wanita ahli surga dan kecantikannya.
Untuk keterangan yang lebih jelas silakan merujuk kepada Shahih Bukhari, kitab bad’ul khalqi, bab sifat al jannah, dan Shahih Muslim, bab sifat al jannah, demikian pula kitab Sifat Al-Jannah susunan Abu Nu’aim Al Ashfahani tentang sifat wanita ahli surga dan kecantikannya.
   Adapun pertanyaan bahwa Islam memotivasi dan memberi kabar gembira  dengan sesuatu di surga padahal hal itu diharamkan di dunia seperti  hubungan antara laki-laki dengan wanita di luar nikah, maka sebelum  dijawab ada baiknya kita memperhatikan hal yang penting, yaitu bahwa  Allah Ta’ala mengharamkan sesuatu sekehendak-Nya di dunia ini kepada  para penghuninya. Dia adalah mencipta dan Pemilik segela sesuatu, maka  tidak boleh bagi seorangpun memprotes terhadap hukum Allah Ta’ala dengan  ra’yu (pikiran) dan pemahamannya yang terbalik, maka kepunyaan Allahlah  hukum dan urusan sebelum dan sesudahnya. 
   Adapun masalah pengharaman Allah Ta’ala terhadap beberapa perkara di  dunia kemudian Dia memberi balasan dengan hal itu pula bagi orang yang  meninggalkan hal itu di akhirat, seperti khamr, zina, memakai sutera  bagi laki-laki, dan seterusnya, maka hal ini merupakan kehendak Allah  dalam memberi balasan kepada orang yang mentaatinya, bersabar, dan  memerangi hawa nafsu dirinya di dunia.
Allah Ta’ala berfirman :
Allah Ta’ala berfirman :
   “Tidak ada balasan bagi kebaikan kecuali kebaikan pula..” (Q.S. Ar Rahman : 60) 
   Adapun tentang sebab-sebab pengharaman, maka berikut ini ada beberapa point penting : 
   Pertama : Tidaklah penting bagi kita mengetahui semua sebab  pengharaman. Karena ada beberapa sebab yang kadang-kadang tidak kita  ketahui. Dan yang pokok adalah berpegang kepada nash-nash tersebut  secara tunduk sekalipun kita tidak tahu sebabnya karena sikap tunduk  merupakan tuntutan Islam yang dibangun di atas ketaatan yang sempurna  karena Allah Ta’ala . 
   Kedua : Kadang-kadang nampak bagi kita beberapa sebab pengharaman  ,seperti kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan akibat zina berupa tidak  jelasnya keturunan, tersebarnya penyakit kelamin, dan yang lainnya. Maka  ketika syariat melarang hubungan yang tidak disyariatkan, maka itu  maksudnya untuk memelihara kejelasan keturunan dan menghindarkan  penyakit, dan hal-hal yang kadang-kadang tidak dimengerti sedikitpun  oleh orang-orang kafir dan durhaka sehingga mereka melakukan hubungan  seksual seperti keledai. Seorang lelaki menyetubuhi kawan wanitanya,  atau seseorang bersetubuh dengan kerabatnya, demikianlah seterusnya  seolah-olah mereka itu kelompok binatang, bahkan sebagian binatangpun  enggan melakukan hal itu, sedangkan mereka tidak enggan dan tidak peduli  akan hal itu, maka jadilah masyarakat yang melakukan hal itu menjadi  kumpulan orang yang bebas terlepas dari ikatan, yang penuh dengan  penyakit kelamin sebagai wujud murka Allah bagi orang-orang yang  melanggar hal yang diharamkannya dan membolehkan apa yang dilarangnya.. 
   Hal ini berbeda sekali dengan hubungan antara seorang laki-laki dengan  bidadari di surga -dan inilah yang Anda tanyakan-. Maka hal yang harus  diperhatikan adalah bahwa seorang wanita pelacur di dunia adalah seorang  wanita yang hilang harga dirinya, sedikit iman dan rasa malunya dan  tidak terikat dengan hubungan syar’i yang tetap dengan seseorang yang  dilandasi akad yang benar, maka jadilah seorang laki-laki menyetubuhi  wanita yang diinginkannya, dan seorang wanita bersetubuh dengan lelaki  yang dikehendakinya tanpa aturan agama ataupun akhlaq. Adapun bidadari  di surga maka mereka terkhususkan untuk suami-suami mereka orang-orang  yang diberi balasan oleh Allah dengan diberi bidadari-bidadari itu  karena kesabaran mereka dalam menahan diri dari yang haram ketika di  dunia, sebagaimana firman Allah Ta’ala : 
   “Bidadari-bidadari yang terpelihara di dalam kemah-kemah.” 
   Dan firman-Nya pada ayat lain tentang bidadari-bidadari itu: 
   “Mereka tidak pernah disentuh oleh seorang manusiapun sebelum mereka ataupun oleh jin.” 
   Dan mereka adalah isteri bagi penghuni surga, sebagaimana firman Allah : 
   “Dan Kami nikahkan mereka dengan bidadari-bidadari.” 
   Dan mereka terkhususkan hanya untuk suami mereka dan tidak untuk yang lainnya. 
   Ketiga : Sesungguhnya Allah Ta’ala yang mensyariatkan bagi laki-laki  di dunia agar tidak mempunyai lebih dari empat isteri dalam satu waktu,  Dia pulalah yang memberi nikmat kepada penghuni surga dengan bidadari  yang diinginkannya, maka tidak ada pertentangan antara pengharaman di  dunia dengan penghalalan di akhirat karena hukum kedua tempat itu  berbeda sesuai dengan yang dikehendaki Allah Ta’ala, dan tidaklah  diragukan lagi bahwa akhirat lebih baik, lebih utama, dan lebih kekal  dari pada dunia. Allah Ta’ala berfirman: 
   “Telah dihiasi bagi manusia kecintaan kepada syahwat wanita,  anak-anak, harta yang banyak berupa emas dan perak, kuda pilihan,  binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia. Dan  di sisi Allah ada tempat kembali yang baik. Katakanlah: ‘Maukah aku  kabarkan kepada kalian apa yang lebih baik dari hal itu ? Untuk  orang-orang yang bertaqwa kepada Rabb mereka yaitu surga yang banyak  mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya selamanya  .Dan ada isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah  Maha Melihat terhadap hamba-hamba-Nya.” (Q.S. Ali Imran: 14-15). 
   Keempat : Sesungguhnya pengharaman ini kadang-kadang merupakan ujian  dari Allah Ta’ala bagi hamba-hamba-Nya, apakah mereka melaksanakan  perintah dan menjauhi larangan atau tidak. Dan ujian tidaklah berupa  sesuatu yang tidak diinginkan dan tidak disukai jiwa, tetapi ujian akan  berupa sesuatu yang diinginkan oleh jiwa sehingga jiwa akan selalu  terkait dan tertarik kepadanya. Di antaranya adalah ujian dengan harta,  apakah seorang hamba akan mengambil yang halal dan menggunakannya dengan  cara yang halal pula serta menunaikan hak Allah di dalamnya ? Ujian  dengan wanita, apakah dia akan membatasi dengan hal yang dihalalkan oleh  Allah, menundukkan pandangan, dan menjauhi hal yang Allah haramkan dari  wanita ? Dan di antara rahmat Allah Ta’ala bahwa Dia tidaklah  mengharamkan sesuatu yang diinginkan oleh jiwa kecuali Diapun  menghalalkan hal-hal yang halal yang sejenis dengan yang diharamkan  tadi. 
   Kelima : Sesungguhnya hukum-hukum yang berlaku di dunia tidaklah  seperti hukum di akhirat. Khamr di dunia bisa menyebabkan hilang akal  berbeda dengan khamr di akhirat yang baik yang tidak menyebabkan hilang  akal dan tidak menimbulkan pening di kepala serta tidak membuat kembung  di perut. Demikian pula wanita-wanita yang disediakan pada hari kiamat  untuk orang mukmin sebagai balasan atas ketaatan mereka, tidaklah  seperti pezina yang membuat terkoyaknya kehormatan, tidak jelasnya  keturunan serta menyebarnya penyakit kelamin yang berakhir dengan  penyesalan. Wanita-wanita surga adalah wanita-wanita yang suci, baik,  tidak akan mati, dan tidak akan tua. Berbeda dengan wanita-wanita di  dunia. 
   Allah berfirman : 
   “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan  langsung. Dan Kami jadikan mereka gadis-gadis yang perawan penuh cinta  kasih dan sepadan.” (Q.S. Al Waqi’ah: 35-37). 
   Kita memohon kepada Allah semoga Dia merizkikan kepada kita kebaikan  di dunia dan di akhirat dan merizkikan ketaatan kepada kita dalam  melaksanakan perintah-Nya dan yakin terhadap pahala-Nya serta meraih  pahala-Nya juga aman dari siksa-Nya. Wallahu A’lam. 
   Islam Tanya & Jawab
Syeikh Muhammad Sholih Al-Munajid
Syeikh Muhammad Sholih Al-Munajid
Arrahmah.com 







0 comment:
Posting Komentar