Kematian Datang Tanpa Diundang 
    Sesungguhnya kematian merupakan misteri bagi manusia. Tak seorangpun  yang tahu kapan datangnya. Namun satu kepastian bahwa ajal (waktu  kematian) seseorang sudah tercatat jauh hari di Lauhul Mahfudz sebelum  manusia diciptakan. Dan ketika seseorang sudah tiba ajalnya, maka tidak  bisa diajukan barang sesaat ataupun diundurkan. Allah Ta’ala berfirman, 
    وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ 
    “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang  waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak  dapat (pula) memajukannya.” (QS. Al A’raf: 34) 
    Setelah kematian maka kesempatan beramal telah habis. Manusia akan  mendapatkan balasan dari amal-amal perbuatannya di alam kubur, berupa  nikmat atau adzab kubur. Dan ketika sudah terjadi kiamat, dia akan  dibangkitkan dan mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya di  hadapan Allah. 
    “Maka barang siapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan,  tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka  bersedih hati.” (QS.Al-A’raf:35) 
    Sedangkan orang yang kafir dan ingkar terhadap kebenaran Islam, “Dan  orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri  terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di  dalamnya.“(QS.Al-A’raf:36) 
    Kematian Mendadak Semakin Marak di Akhir Zaman 
    Kasus Meninggal mendadak seperti yang terjadi pada Adjie Massaid sudah  atau sering kita dengar dalam keseharian kita. Dan di akhir zaman,  jumlahnya semakin banyak sebagimana yang diungkapkan oleh Yusuf bin  Abdullah bin Yusuf al Wabil dalam kitabnya Asyratus Sa’ah. 
    Dalam kitabnya tersebut, Yusuf al-Wabil menyebutkan bahwa kematian  yang datang tiba-tiba atau mendadak merupakan salah satu dari tanda  dekatnya kiamat. Hal ini didasarkan pada beberapa kabar hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Salah satunya hadits marfu’ dari Anas bin Malik radliyallah ‘anhu, 
    إِنَّ مِنْ أَمَارَاتِ السَّاعَةِ . . . أَنْ يَظْهَرَ مَوْتُ الْفُجْأَةِ 
    “Sesungguhnya di antara tanda-tanda dekatnya hari kiamat adalah  . . . akan banyak kematian mendadak.” (HR. Thabrani dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Jami’ al-Shaghir no. 5899) 
    Fenomena kematian mendadak ini sudah sering kita saksikan pada masa  sekarang. Orang yang sebelumnya sehat bugar, -beraktifitas seperti  biasa, atau bahkan berolah raga sepak bola, futsal, badminton dan  semisalnya- tiba-tiba ia terjatuh lalu meninggal dunia. Hal ini  dibenarkan oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) berdasarkan sebuah  penelitian, setiap tahunnya banyak orang meninggal karena stroke dan  serangan jantung. Bahkan disebutkan kalau penyakit jantung menempati  urutan pertama yang banyak menyebabkan kematian pada saat ini. 
    Dalam hadits di atas terdapat mukjizat ilmiah yang kita benarkan  melalui kajian kedokteran yang harus diakui. Mukjizat ini membuktikan  bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah utusan Allah  yang tidak berbicara berdasar hawa nafsunya, tapi yang beliau sampaikan  adalah wahyu dari Allah yang diturunkan kepada beliau. 
    Rasanya orang yang hidup pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tak  pernah membayangkan akan datangnya zaman yang merebaknya kematian  mendadak, kecuali berdasarkan wahyu ilahi yang menyingkap fenomena ini. 
    Maksud Kematian Mendadak 
    Banyak sebab kematian, tapi kematian itu tetap satu. Hal ini  menunjukkan bahwa kematian memiliki sebab, seperti sakit, kecelakaan,  atau bunuh diri dan semisalnya. Sedangkan kematian yang tanpa didahului  sebab itulah maksud kematian yang mendadak yang belum bisa diprediksi  sebelumnya. 
    Seiring majunya ilmu kedokteran, manusia bisa menyingkap tentang sebab  kematian seperti kanker, endemik, atau penyakit menular.  Penyakit-penyakit ini mengisyaratkan dekatnya kematian, tetapi sebab  yang utama adalah mandeknya jantung secara tiba-tiba yang datang tanpa  memberi peringatan. 
    Para ulama mendefinisikan kematian mendadak sebagai kematian tak  terduga yang terjadi dalam waktu yang singkat dan salah satu kasusnya  adalah seperti yang dialami orang yang terkena serangan jantung. 
    Imam al-Bukhari dalam shahihnya membuat sebuah bab, بَاب مَوْتِ الْفَجْأَةِ الْبَغْتَةِ ”Bab kematian yang datang tiba-tiba”. Kemudian beliau menyebutkan hadits Sa’ad bin ‘Ubadahradliyallah ‘anhu ketika berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Sesungguhnya  ibuku telah meninggal dunia secara mendadak dan aku yakin seandainya ia  berbicara sebelum itu, pastilah dia ingin bersedekah. Maka dari itu,  apakah dia akan mendapat pahala apabila jika aku bersedekah untuknya?” Beliaupun menjawab, “Ya“. (Muttafaq ‘alaih) 
    Kematian Mendadak Dalam Pandangan Ulama 
    Sebagian ulama salaf tidak menyukai kematian yang datang secara  mendadak, karena dikhawatirkan tidak memberi kesempatan seseorang untuk  meninggalkan wasiat dan mempersiapkan diri untuk bertaubat dan melakukan  amal-amal shalih lainnya. Ketidaksukaan terhadap kematian mendadak ini  dinukil Imam Ahmad dan sebagian ulama madzhab Syafi’i. Imam al-Nawawi  menukil bahwa sejumlah sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan orang-orang shalih meninggal secara mendadak. An-Nawawi mengatakan, “Kematian  mendadak itu disukai oleh para muqarrabin (orang yang senantiasa  menjaga amal kebaikan karena merasa diawasi oleh Allah).” (Lihat (Fathul Baari: III/245) 
    Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata, “Dengan demikian, kedua pendapat itu dapat disatukan.” (Fathul Baari: III/255) 
    Terdapat keterangan yang menguatkan bahwa kematian mendadak bagi seorang mukmin tidak layak dicela. Dari Abdullah bin Mas’ud radliyallah ‘anhu, dia berkata, “Kematian mendadak merupakan keringanan bagi seorang mukmin dan kemurkaan atas orang-orang kafir.” Ini adalah lafadz Abdul Razaq dan al-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir, sedangkan lafadz Ibnu Abi Syaibah, “Kematian mendadak merupakan istirahat (ketenangan) bagi seorang mukmin dan kemurkaan atas orang kafir.” (HR. Abdul Razaq dalam al Mushannaf no. 6776, al-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir no. no. 8865) 
    Dari Aisyah radliyallah ‘anha, berkata, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengenai kematian yang datang tiba-tiba. Lalu beliau menjawab, 
    رَاحَةٌ لِلْمُؤْمِنِ وَأَخْذَةُ أَسَفٍ لِفَاجِرٍ 
    “Itu merupakan kenikmatan bagi seorang mukmin dan merupakan bencana bagi orang-orang jahat.”  (HR. Ahmad dalam al-Musnad no. 25042, al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman  no. 10218. Syaikh al Albani mendhaifkannya dalam Dha’if al Jami’ no.  5896) 
    Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud dan Aisyah radliyallah ‘anhuma, keduanya berkata, “Kematian yang datang mendadak merupakan bentuk kasih sayang bagi orang mukmin dan kemurkaan bagi orang dzalim.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam al Mushannaf III/370, dan al-Baihaqi dalam al-Sunan al Kubra III/379 secara mauquf). 
    Alangkah indahnya hadits yang dijadikan sebagai penguat oleh Imam  al-Baihaqi dalam al Sunan al-Kubra pada kitab “Al-Janaiz” Bab, “Fi  Mautil Faj’ah”, dari hadits Abu Qatadah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah dilalui iring-iringan jenazah. Beliau lalu bersabda, “Yang istirahat dan yang diistirahatkan darinya.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa maksud yang istirahat dan yang diistirahatkan darinya?” Beliau menjawab, 
    الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ يَسْتَرِيحُ مِنْ نَصَبِ الدُّنْيَا وَأَذَاهَا  إِلَى رَحْمَةِ اللَّهِ ، وَالْعَبْدُ الْفَاجِرُ يَسْتَرِيحُ مِنْهُ  الْعِبَادُ وَالْبِلاَدُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ 
    “Seorang hamba yang mukmin beristirahat dari keletihan dunia dan  kesusahannya, kembali kepada rahmat Allah. Sedangkan hamba yang jahat,  para hamba, negeri, pohon dan binatang beristirahat (merasa aman dan  tenang) darinya.” (HR. Muslim no. 950, Ahmad no. 21531) 
    Kematian mendadak yang dialami seorang mukmin adalah kebaikan baginya.  Dia merdeka dari hiruk pikuk dunia yang menjemukan dan terbebas dari  fitnah-fitnahnya. Sedangkan Kematian mendadak yang dialami seorang fajir  merupakan kabar gembira bagi hamba  Allah. Mereka akan terbebas dari  gangguannya. Di antara gangguannya adalah kedzalimannya terhadap mereka,  kesenangannya melakukan kemungkaran dan jika diingatkan malah menantang  dan itu menyulitkan mereka. Jika diingatkan malah menyakiti dan bila  didiamkan mereka menjadi berdosa. Sedangkan istirahatnya binatang adalah  dikarenakan sang fajir tadi selalu menyakiti dan menyiksanya serta  membebani di luar kemampuannya, tidak memberinya makan dan yang lainnya.  Sedangkan istirahatnya negeri dan pepohonan adalah karena perbuatan  jahat sang fajir hujan tidak turun, dia mengeruk kekayaannya dan tidak  mengairinya. 
    “Kematian mendadak merupakan keringanan bagi seorang mukmin dan kemurkaan atas orang-orang kafir.“ Ibnu Mas’ud 
    Menyikapi Kematian Mendadak 
    Bagi orang yang berakal sehat tentu akan mengambil pelajaran dari  fenomena yang ia saksikan. Terlebih fenomena tersebut telah disampaikan  oleh orang yang terpercaya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka sepantasnya ia segera kembali kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya, sebelum kematian itu menjemputnya. 
    Imam al-Bukhari pernah berkata, 
    “Peliharalah waktu ruku’mu ketika senggang. Sebab, boleh jadi kematian  akan datang secara tiba-tiba. Betapa banyaknya orang yang sehat dan  segar bugar. Lantas meninggal dunia dengan tiba-tiba” 
    Dan setelah memahami adanya kematian yang mendadak, dan semakin sering  terjadi pada akhir zaman (termasuk zaman kita ini), hendaknya kita  mempersiapkan diri dengan bersegera menyambut seruan Allah untuk  melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Dan  perintah Allah yang paling utama adalah memurnikan tauhid kepada-Nya  semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, baik dalam masalah  ibadah dan pengabdian, juga dalam masalah ketaatan dan ketundukan kepada  syariat-Nya. 
    Sesungguhnya kematian akan tetap datang ke manapun kita lari dan di  manapun kita sembunyi. Tidak ada kekuatan di alam raya yang bisa melawan  ketetapan ilahi ini. Dan setelah kematian, setiap orang akan mendapat  balasan dari amal yang telah dikerjakannya di dunia. Maka bertakwalah  kepada Allah, Wahai hamba-hamba Allah! Janganlah engkau menjadi orang  yang menyesal ketika kematian datang dan minta diberi kesempatan untuk  beramal. Sesungguhnya ajal tidak bisa ditangguhkan dan tidak bisa  ditunda barang sesaat. 
    Ketahuilah! sesungguhnya dunia ini terus berjalan ke belakang  meninggalkanmu, dan akhirat berjalan mendatangi. Ingatlah saat kematian  dan perpindahan ke alam Barzah. Dan (ingatlah) yang akan tergambarkan di  hadapanmu, berupa banyaknya keburukan dan sedikitnya kebaikan. Maka,  apa yang ingin engkau amalkan pada saat itu, segeralah amalkan sejak  hari ini. Dan apa yang ingin engkau tinggalkan saat itu, maka  tinggalkanlah sejak sekarang. 
    Maka seandainya setelah mati, kamu dibiarkan. Sesungguhnya kematian  itu merupakan kenyamanan bagi seluruh yang hidup. Namun. jika kamu telah  mati, kamu pasti dibangkitkan dan akan ditanya tentang segala sesuatu,  lalau diberi balasan dari setiap perbuatan. Kalau seperti itu, maka  kematian merupakan sesuatu yang menakutkan dan menghawatirkan. Wallahu Ta’ala a’lam! 
    (voa-islam/arrahmah.com)







0 comment:
Posting Komentar