يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai  orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana  diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (al-Baqarah [2] ayat 183)
P  |   
erintah  akan kewajiban berpuasa sebagaimana telah difirmankan oleh Allah SWT.,  dalam kitab suci al-Qur’an surah al-Baqarah [2] ayat 183:  “Hai  orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana  diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. Ayat  ini sering kita dengar ketika para dai mengajak kita sebagai ummat  muslim agar senantiasa menjalankan ibadah puasa dikala bulan Ramadhan  telah tiba.
Dari  ayat diatas dapatlah kita pahami dan renungkan akan maknanya, bahwa  sesungguhnya puasa hanya diperintahkan dan diwajibkan hanya kepada  orang-orang yang beriman. Namun demikian, apabila ada seorang yang  mengaku beragama islam dan dia tidak mau menjalankan ibadah puasa maka  nilai keislamannya patutlah dipertanyakan apakah dia seorang yang  mukmin, karena seorang mukmin yang sejati akan selalu menjaga hubungan  baiknya dengan Allah dan seluruh makhluknya. Hal ini sesuai dengan apa  yang telah termaktub dalam surat al-Hujrat ayat 15 dimana ketika itu  Allah menbenarkan keislaman dan sekaligus menyakal keimanan suatu  kelompok atau golongan.
  “orang-orang  Arab Badui itu berkata: “Kami telah beriman.” Katakanlah: “Kamu belum  beriman, tapi katakanlah ‘kami telah tunduk’, karena iman itu belum  masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya,  Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah  Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al Hujurat : 15)
Mungkin  dalam hati kita semua bertanya-tanya mengapa Allah mengakui keislaman  mereka akan tetapi menyangkal pula keimanan mereka dan mengapa hal  demikian ini bisa terjadi, bukankah seorang yang beragama islam pasti  yakin akan keberadaan-Nya?
Nah..  andai saja kita mau meluangkan sedikit waktu untuk memikirkan firman  Allah yang satu ini tentu kita akan paham dengan maksud firman-Nya yang  suci. Adapun maksud dari  Qs. Al Hujrat : 15 adalah banyak orang yang  mengaku dirinya islam akan tetapi mereka tidak pernah menjalankan ibadah  karena Allah, seperti contoh berzakat karena hanya ingin memamerkan  kekayaannya yang melimpah atau melasanakan sholat berjamaah di masjid  hanya ingin menonjolkan kesalehannya di depan khalayak jama’ah masjid  supaya dapat dipilih menjadi anggota DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) yang  terhormat. Dari gambaran diatas bahwa kata islam dalam arti yang  sebenarnya adalah tunduk dan patuh kepada Allah bisa saja berimplikasi  kepada hal lain diluar Allah SWT., seperti halnya orang berislam karena  hanya ingin menikahi seorang gadis muslim.
Pada  bulan ramadhan yang penuh berkah ini Allah menguji kekuatan iman kita  dengan cara berpuasa sebulan penuh. Kata puasa yang biasa kita gunakan  berasal dari bahasa sansekerta yang memiliki arti yang serupa dengan  kata shaum, yang diambil dari bahasa arab yaitu pengendalian diri.
Puasa  dalam agama islam mempunyai tempat yang sangat penting karena dengan  puasa kita melatih keimanan serta menguji kebaikan kita terhadap sesama  makhluk, karena muslim sejati harus memahami 3 (tiga) konsep dalam  ajaran islam (islam, iman, dan ihsan) yang tidak dapat dipisahkan satu  sama lainnya bahkan keberadaannya saling melengkapi. 
Lalu  mengapa Allah harus mewajibkan melatih pengendali diri dibulan ramadhan  dengan cara berpuasa? karena puasa merupakan ibadah khusus atau private  yang perbuatannya hanya diri sendiri dan Allah sajalah yang  mengetahuinya hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan dalam sebuah  hadis qudsi yang berbunyi: As shaumu Li Wa Anaa Ajzii bihi “bahwa puasa itu adalah "milik" Allah, dan Allah pulalah yang membalas pahalanya.”  Bahkan dalam hadits itu dikatakan bahwa semua ibadah selain puasa ada  unsur kontrol sosialnya. Misalnya, shalat itu lebih utama dikerjakan  secara jama'ah, jadi, sepengatuan dan sepenglihatan orang banyak, karena  dilaksanakan  secara bersama-sama. Karena alasan itulah puasa dijadikan  alat yang paling baik oleh Allah SWT., dalam menguji ketakwaan hati  seorang mukmin. Wallahu a’lam bi shawab.







0 comment:
Posting Komentar