Jumat, 24 Januari 2014

Kita?

“Senja, cukup tepat untuk menemani kesenjangan”

“Iya, sebenarnya aku tak ingin kita berakhir”

“Namun sesuatu dari kita sudah menemukan hilir..”

“Lalu kamu mau bilang ini haruslah takdir?”
  
“Biarlah, biarlah ini mengalir.. Aku..”
   
“Kamu apa? Wajahmu tak cukup baik untuk menampilkan sosok kesedihan..”
                
“Namun wajah hatiku tak bisa sekedar cukup”

“Lalu cukuplah Tuhan menyudahi kesedihanmu. Atau kau mau mencukupkan aku?”

“Tidak sayang, kau tak pernah sekedar cukup"

“Lalu apa yang kau sedihkan tentang aku”

“Aku..”

“Aku bertanya tentang aku…”

“Iya, aku lah yang ku sedihkan tentang kamu”

“Apa kamu sebegitu yakin adanya kamu pada aku?”

“Apa memang benar tak ada aku pada kamu?”

“Memangnya kau juga yakin ada aku pada kamu? Ngga kan?”

“Tentu..”

“Lalu kenapa kamu ga pernah yakinkan aku… Kamu sendiri tak pernah yakin dengan perasaan kamu sendiri. Dengar, aku lelah bertahan seperti ini… ”

“Tapi aku sayang kamu”“Aku lebih sayang sama kamu. Tapi aku lelah membuatmu berpura-pura seolah kau bisa mencintaiku..”

“Aku..”

“Sudahlah, aku bosan mendengar kau terus berbohong seperti itu. Cintailah dia, cintailah dia sampai cintamu benar-benar membunuhmu…”

“Aku sedang berusaha untuk..”

“Apa usahamu? Hanya menutupi bahwa kau memang tak bisa? Aku ini wanita. Aku tau perasaanmu..”

“Tinggal lah, menetap selamanya. Aku akan meyakinkanmu..”

“Jangan berhenti. Aku tak ingin meninggalkanmu. Jadi tunjukkan bahwa kau benar-benar mencintaiku lebih dari sekedar kau mencintai ego-mu itu. Aku bukan sekedar  pelarianmu saja kan?”

“Sepertinya aku butuh pelukan..”

0 comment:

Posting Komentar