Kamis, 06 Desember 2012

Hujan, aku dan dia

“hai, kamu terlihat sedih”
kata hujan kepada lelaki kecil yang menatapnya dengan muka muram.
“Hai hujan, aku sedang menunggu orang yang sedari tadi menungguku, taukah kau dimana dia?”
jawab si lelaki dengan butiran hujan membasahi pipinya, bercampur dengan air matanya yang hangat.
“Dia terjebak hujan, tak ada payung. Dia bersama yang lain”
balas hujan, rintiknya semakin deras.
“Apa yang harus kulakukan? Menemuinya walau aku tak tau dia dimana? Atau cukup berteduh disini seperti seorang pengecut! Jujur, aku sangat menghawatirkannya. Hujan kini terlalu deras, aku takut dia kenapa-kenapa, dia mudah sakit”
Mimik wajah lelaki semakin sedih. Hujan mulai segan mengguyur bumi.
“Aku justru menghawatirkanmu. Aku hendak pergi, tapi siapa lagi yang akan menemuimu nanti? Andai saja yang kau tunggu ternyata sudah pulang”
Hujan mulai berlalu bersama angin sore yang sangat dingin. Masih menyisakan rintik-rintik sebagai tanda perpisahan.
Seorang wanita tiba-tiba berlari dari arah timur, dia sendiri mencari tempat untuk berteduh. Dia duduk di sebelah lelaki tadi.
 “Wah kebasahan, ku kira takkan sederas ini tadi”
Wanita itu berbicara pada dirinya sendiri, namun dia menyadari ada pria kecil di sampingnya. Dia mengeringkan pakaian basahnya dengan tangannya, menyibakkan rambutnya lalu menyimpan tasnya dekat pria itu.
“hey, kenapa? Hujan mulai reda. Kau tak segera pergi?”
Tanya wanita itu pada lelaki yang sedari tadi hanya termenung.
“Tak apa, aku hanya memastikan hujan benar-benar pergi”
Jawab lelaki itu sembari memperhatikan wanita yang duduk disampingnya.
“Dia manis, dengan rambut basah dan kulit putih yang kedinginan itu dia terlihat sangat anggun.” Fikir lelaki itu dalam hatinya.
“ah jangan bohong, kutau kau sedang menunggu seseorang. Siapa? Pacarmu?”
Seru wanita itu kepada si lelaki dengan nada mengejek. Dia memperhatikan mimik wajah gelisah lelaki itu.
“sebenarnya aku tidak sedang menunggu seseorang. Malahan aku sedang membuat seseorang menunggu. Dia temanku, sebatas teman”
Dia mulai berdiri, merapihkan rambutnya sembari menghapus air hujan yang bercampur air mata di pipinya.
“Kenapa kau tak menghubunginya saja? Kau bisa segera menemuinya. Hujan sudah benar benar reda”
Saran wanita itu kepada lelaki yang sedang memasukan sebuah buku merah ke dalam tasnya.
“Kalau saja HPku hidup, aku sudah melakukannya sedari tadi. Hehe”
Lelaki itu tersenyum dan sedikit memberikan tawa halusnya. Dia sedang bersiap-siap pergi.
“Kau mau memakai HPku? Kau bisa pakai untuk menghubunginya?”
Kata wanita itu dengan penuh perhatian.
“Tak apa, kuyakin dia sudah pulang. Dia bersama teman-temannya tadi”
Jawab lelaki itu dengan muka yang penuh rasa yang yakin.
“hey darimana kau tau? Katanya Hpmu mati?”
Wajahnya tampak bingung dengan jawaban si lelaki
“Hujan yang memberitahuku. Hehe”
Lelaki itu melebarkan senyumnya, dia nampak sedang menutupi sesuatu.
“ah bodoh, mana mungkin. Eh kau akan segera pergi? Aku harap aku bisa tau namamu”
Tanya wanita itu sambil menatap wajah lelaki itu
“Hmm, iya aku Reza. Kamu?”
Jawab lelaki itu sembari melemparkan senyuman hangat.
“aku Elsa fransiska Kristanti. Panggil aku elsa, kuharap nanti kita bisa bertemu lagi, Reza”
Seru elsa kepada Reza, HPnya bordering. Dia tidak mengangktanya. Tetap dia menatap wajah Reza yang masih kaku dengan senyuman hangatnya.
“Ya insya Allah saa”
Sebuah limo hitam datang dari arah selatan dan berhenti tepat di depan mereka.
“eh jemputanku datang, aku pulang duluan ya. Sampai jumpa!”
Dia member senyuman manis tanda perpisahan hari ini, sepertinya dia senang akan pertemuannya dengan Reza.
“iya saa”
Lelaki itu membalas senyuman manis elsa.
“ah hujan. Aku sedih karena begitu menyukainya tapi bermain dengannya begitu membuatku sakit”, seru lelaki sembari menadahkan tangannya kelangit, mengumpulkan rintik-tintik hujan yang perlahan menghilang. Dia berdoa kepada tuhannya.
“Hei, apa yang kau inginkan”
Seru Hujan dan membuat Reza kaget. Hujan ternyata kembali dengan rintik-rintik yang deras. Dia tidak pergi, hanya bersembunyi dibalik awan cumulo nimbus. Bahkan kini dia tak sendiri, dia membawa kabut yang cukup tebal.
“Entah, aku hanya sedikit berharap. Aku tak perlu merasakan luka yang sama apabila suatu saat aku bertemu dengan Elsa kembali. Entah apa yang aku rasakan, tubuhnya memang sudah pergi. Namun bayangannya masiha ada di fikiranku.”
Jawab Reza dengan nada penuh harapan.
“Apa kau butuh bantuanku?”
Jawab hujan dengan nada serius, dia sepertinya peduli dengan apa yang terjadi kepada Reza.
“Berilah dia malam yang dingin, dan bisikkan bahwa hanya aku yang bisa menghangatkannya”
Pria itu berlalu, tak peduli dengan hujan yang kian deras. Dia menghilang ditengah kabut sore.

Ori By Mudztova

4 komentar:

  1. Ide ceritanya keren. Tapi lebih bisa menghanyutkan kalau ada narasinya yang bisa memperkuat isi ceritanya. :)

    BalasHapus
  2. Balasan
    1. Itu bagian dari ending. Sengaja di blur kan si pria menghilang kemana nya :D ^^V

      Hapus