Minggu, 23 Agustus 2020

Flashpoint Paradox

Hey! Gw sudah lama tidak mengolahragakan jari diatas keyboard laptop. Mungkin setiap kata dan bahasa di tulisan kali ini akan terasa sedikit getir untuk dilafalkan. Dan sudah di laptop yang berbeda pula dari postingan terakhir yang berhasil di publish. Kalau kerjaan, masih sama. Hmm

Ada yang menyentil di fikiran tentunya, sehingga tiba-tiba gw pengen nulis kayak gini. Yaitu temen hobi yang sekaligus junior gw baru saja berbagi kisah hidupnya yang saat ini di titik yang mirip sekali dengan gw di usianya dulu. Apa itu?

Pengakuan cinta, dia mengutarakan perasaannya kepada seseorang hanya untuk mendapatkan kelegaan. GILA!

Gw coba yakinkan kembali ketika dia belum melakukan ini. Apa betul hanya untuk mendapatkan kelegaan? Apa ekspektasi sebenarnya? Sudah berapa skenario yang lu siapin untuk setiap respon yang mungkin saja akan variatif? Apa untungnya sekedar si cewek tau kalo lo suka sama dia? Apa cukup bagi si cewek melihat ketulusan lu hanya untuk dikasihani? Gw fikir penolakan akan lebih baik dibanding dengan sekedar kelegaan semu yang pastinya datang bersama penyesalan yang bahkan bisa muncul langsung di esok harinya! 

Ya kan? Kan ngga mungkin persis dengan apa yang gw lakukin dulu! Cuman sekedar menaruh tujuan sekedar bilang tanpa meminta apapun? Jujur gw merasa akan kecewa kalo misal betul-betul sama kayak gw dulu.

Tapi apa mau dikata, mungkin itu sudah lebih dari cukup baginya, saat ini. Tidak baik berharap terlalu banyak tentang sesuatu hal. Bahkan yang kepada tuhan, terlalu banyak meminta sesutu yang diri sendiri tak mampu untuk menjaganya, sudah pasti tak baik. Apalagi berharap lebih pada keberuntungan semacam; bersamanya dalam kesebentaran.

Kembali pada topik. Memang, kelegaan apa yang didapatkan dan apa yang di sesali setelahnya. Kira-kira gw bisa jelasin dalam kata-kata ngga ya?

0 comment:

Posting Komentar