Senin, 12 November 2012

Saat Tasbih dan salib yang mempertemukan kita.

Introduct
Adzan subuh telah berkumandang dengan menggema. Pagi kini pun belum berani menampakan pandangannya dan masih terlelap di akhir malam. Angin malam yang masih berlalu lalang dan dinginnya udara dago waktu itu membuat hawa malas memelukku dengan erat.

Dua tiga langkah manusia yang rajin setiap hari berangkat dan mendirikan sholat di masjid terdengar jelas di gang sempit yang menempel dengan tembok dan jendela kamar kostku yang terlalu sempit di tengah perumahan yang sedikit mewah.

Adzan hampir selesai berkumandang namun nyawaku masih berterbangan dimana mana. Di tugas kalkulus yang belum sempat aku kerjakan. Tugas pemrograman yang tiga perempat jadi. Tugas akuntansi yang membuat muak. Game NeedForSpeed TheRun yang masih 68% terinstal. Dan mungkin sepertiga nyawaku masih terselip dalam twit-twit* galau yang selalu membuli kaum kaum jomblo seperti halnya aku sendiri. Aku tertidur setengah jam yang lalu, dan kini aku harus terbangun dan harus menyelesaikan semua tugas yang dari dosen yang killer nanggung sebagai tugas hari libur. Ya ini hari minggu, hari libur! dan aku ingin benar benar libur. Meski hanya bisa CarFreeDay sendirian, bagiku tak apa daripada berdua bersama pacar sambil bermesraan. Tapi 1 hal yang tidak bisa disebut mending, dengan muka tampan seperti ini aku tak ingin ada satu orangpun yang memiliki fikiran bahwa aku jomblo, apalagi maho.
"hoaaam" 5 menit lagi sepertinya iqamat. Untungnya masjid didaerahku hanya 10 meter dari kosanku. Cukup untukku bersantai-santai mengambil air wudhu di kosan.



Perfe(r)t Plan and First Step
Pukul 05.05, rasa kantuk masih menjadi side’kick-ku bertarung melawan Kalkulus II dan c++. Waktu yang terisia hanya 50 menit. Tepat pukul 05.55 aku harus tiba di Juanda untuk berburu cadburrie gratisan.ini ini tanggal 28, tanggal yang sangat tua bagi anak kost.
Braaaak”
suara meja yang kupukul halus sebagai tanda kemenanganku dari kantuk dan tugas yang menjengkelkan. 5.45, aku bergegas mandi dan hampir lupa membawa handuk.
“Byurr,” wah sh*t.. sabun abis (-_-). Terpaksa mengganti sabun dengan shampo yang masih full di botol.
Pukul 5.55 tepat aku tiba di juanda. seperti minggu biasa, seiringan sepeda fiksi dikayuh mahasiswa elit anak anak FTTM I**. Kufikir saat berolahragapun otak mereka dipenuhi dengan data-data yang hanya berupa angka. Hingga tak menghiraukan aku yang hampir diserempet oleh salah satu dari mereka. Semoga akal mereka tak mengalahkan dominasi emosi mereka dalam menjalani kehidupan.
Yosh, sudah ada beberap kerumunan di depan Morninggolry cafe. Seperti dugaanku, 2 Cadburrie gratis akan segera tiba di genggamanku. Beberapa senyum puas dan kemenangan mulai berceceran di bibirku.
My perfect plan was set. this is my day...
"whahahah hah hah hah apaaa?" "abiss? jam segini sudah abis? apa apaan -_-"
Tidak tersisa satu batang coklat pun tersisa disana. Hanya tersisa beberapa SPB dengan muka maho has mereka. Hey dimana SPG-SPG yang biasa menjadi sarapan pagi!. Aku terlalu cepat merayakan kemenangan. Kesalahan pertama dihari ini, semoga tak ada lgi kesalahan yang aku buat, amiin. itu doa ke 6 yang aku buat hari ini.
Doa ke 1 sampai ke 5 adalah doa yang selalu aku panjatkan tiap hari, selepas tahajud ataupun subuh dan kau ingin tau itu? wee ngarep! Rahasia gan.
Selangkah demi selangkah, lari demi lari, semuanya harus ku jajal dengan sabar. Sepertinya aku yang berjalan sendiri. Semua lelaki yang memiliki taraf muka dibawahku saja berjalan dengan wanita yang lumayan cantik. Ada yang bersama dengan wanita yang 10 tahun lebih tua dari si cowok, mungkin tantenya atau ***nya. ada pula cowo yang berjalan dengan sesama jenisnya entah maho atau tidak, yang jelas mereka keliatan mesra. dimana pacarku? atau sederhananya dimana teman wanitaku. ah entah, mungkin jodohku masih menjadi pacar orang lain.
Beberapa KM berlalu aku masih bergumam dengan hal yang tak perlu. namun ada satu hal yang dari tadi mengganjal batinku, seperti ada sesuatu yang ingin tuhan beritahukan kepadaku. dari kemarin aku belum makan tapi perutku tak menginginkan jatahnya. Aku tiba tiba gelisah. Beberapa ibu ibu malah melihat wajah gelisahku dan menerka aku sebagai pemuda yang akan mencopet. argghhh ada apa ini.
di persimpangan dekat RS boromeus aku berbelok, disana ada mushola kecil yang bersebelahan dengan gereja yang lumayan besar. ini hari minggu, pasti gereja iu ramai dengan umatnya yang sedang beribadah disana. apa mungkin aku malah akan dikira sebagai teroris yang akan meledakan gereja. Jenggot unyu ku terkadang bisa terlihat jelas dan mencitrakan aku sebagai ustadz, tidak sepertinya lebih ke teroris. argggh
Nah mesjidnya sepi, alhamdulillah sepertinya aku bisa lebih tenang untuk beribadah. Setengah jam bertasbih disana, hatiku sudah kembali tenang. Tapi kenapa sepertinya tak ada ilham yang aku terima. Masih muncul pertanyaan yang sama. Apa yang akan terjadi pada hari ini. bismillah, apapun yang terjadi aku harap aku tetap berada dalam ridho dan lindunganMu, amiin.
 Dengan langkah santai aku keluar dari mushola dan berjalan sejauh 5 langkah dari gerbang mushola dan 17 langkah menuju gerbang gereja. Aku memperhatikan seseorang didepanku. Seseorang menuju kearahku dengan rok hitam dan baju kemeja putih, rambutnya terurai lurus dengan sedikit jepit yang menarik rambutnya agar tidak meutupi wajahnya. Nampak seperti rambut kushina uzumaki namun warnanya tidak merah, tapi hitam. dia memakai sepatu hitam degan garis putih, walau terutup rok aku bisa melihatnya saat dia melangkahkan kaki kanannya. Aku memperhatikan wanita itu hanya dalam 3 detik tanpa berkedip, namun aku bisa menyimpulkan penampilannya sebanyak itu. Ya itu kelebihanku, sebenarnya aku punya mata sharingan (becanda, wkwkwkwk).
Wajahnya, aku tak berani memperhatikan wajahnya. Aku takut malah membuatku gelisah lagi. Aku menundukan wajahku dilangkah ke 9. "drap drap" ini langkah ke 10. Dilangkah ke 11 aku akan berpapasan dengannya, disana aku bisa melihat wajahnya dengan jelas. “Aku ingin melihat wajahnya, aku.... aku.... tapi... tapi...”
Clesh, wajahku tiba tiba menoleh ke arahnya dan, ternyata dia juga menoleh ke arahku. Kami berdua tiba-tiba berhenti di langkah yang sama, langkah ke 11. aku menatapnya dan dia juga menatapku. ujung mataku hanya berjarak 44cm di gang sempit itu.
Sebuah peluh mentes ke hidungku, itu tanda aku sedikit gelisah. Aku perhatikan wajahnya di waktu yang sangat singkat itu, dan aku tau satu hal. Dia meneteskan air mata, dia sedang menangis sambil memegangi sesuatu di dadanya dengan tangan kanannya. Bukan dadanya, tapi sebuah benda yang jelas terlihat di atas dadanya, itu liontin salib yang indah dan sedikit mengkilap. Ya, dia seorang kristiani yang berparas sangat cantik. Aku lihat dia lemparkan senyuman, begitupun aku membalasnya dengan senyuman yang sedikit ramah. 
Dia mencoba tegar, dia mecoba menutupi kesedihannya dengan senyum itu. Senyum yang khas dari seorang wanita yang kuat. Entah apa yang membuat dia sampai menangis, aku bisa merasakan kesedihannya, tapi alasannya aku tetep tak tahu. Ingin aku bertanya, tapi aku tau itu bukan saatnya. Dia membutuhkan seseorang untuk melepas kesedihannya, mungkin pacarnya, teman wanitanya, keluarganya, atau yang terbaik, Tuhannya.
Dia mulai berlalu, aku juga memutuskan untuk kembali melangkah, namun sesuatu keluar dari mulutku dan malah membuat kami berdua kembali menghentikan langkah...
Sesuatu itu sebuah kalimat,,,
"Subhanallah"...

ToBeContinued

1 komentar: