Minggu, 03 Februari 2013

Tanista


Kita berjalan bersama ditengah awan mendung, berjalan kerumahmu...

Butiran/butiran hujan hendak mengikuti dari arah selatan, kita percepat langkah ditanah yang mulai basah..

Menaiki beberapa anak tangga yang lumayan terjal, nampak sebuah rumah nan cantik tepat diatas bukit..

Merogoh sebuah kunci dari belahan kayu, kita masuki rumah mungil itu. Perlahan hujan turun mengguyur, langit gelap di penuhi guntur...

Lampu tengah ruangan kian temaram dan kemudian padam. Haripun menjelang malam, kita berdua bersama tanpa kalam...

Tak ada lentera, hanya bertiga bersama lelah yang mendera...

Hawa malam kian meunusuk, dinginny angin menelanjangi setiap inci tubuh. Kita menggigil..

Tak ada selimut atau secangkir kopi yang bisa menghangatkan, hanya ada aku atau kamu, ya kita...

Halilintar kerap mengetuk pintu dari sebelah luar, tubuh kami semakin bergemetar, merindukan saat geletar...

Udara malam semakin dingin, aku memelukmu erat, kuharap pelukanku sedikit menghangatkanmu...

Pelukanku semakin erat, bukan aku yang ingin menghangatkanmu, malah aku yang berharap hangat karena memelukmu...

Entah memang aku sedang memelukmu namun aku juga sedang dipeluk kematian...Deru nafas semakin memburu, 
aku kehilangan separuh nafasku. Detak jantung semakin kencang, urat syaraf semakin menegang...

Kehilangan pelukan dan kemudian tersungkur, tak ada nafas mendesah, aku mati...

Mata ini perlahan terbuka, masih sama seperti beberapa detik lalu, gelap gulita. Tetiba muncul seberkas cahaya putih di depanku, jauh jauh di depan sana...

ku berlari sekuat tenaga tanpa lelah mendera, berharap mendapati cahaya ditengah kegelapan ini...

Entah semakin ku kejar, itu semakin jauh. Semakin ku berlari, semakin aku merasa lelah ini pergi..

Aku hentikan langkah, sejenak berharap dan berdoa, "Tuhan beri aku petunjuk"...

Seketika cahaya itu telah ada didepanku, hanya berjarak beberapa langkah didepanku. Ternyata itu bukan cahaya putih, tapi seseorang yang mengenakan baju putih...

Aku dekati dia, sesosok wanita berambut panjang dengan gaun putih dan sepasang sayap di punggungnya...

Perlahan aku panggil dia dan berharap dia menoleh, "Hey, Assalamu alaikum. Anda siapa?"

Dia tak mengeluarkan sepatah katapun, namun dia berbalik dan menatapku, | gleam eyes, sweet lips, white baby face, beauty wings, angel.. |

Aku terpaku menatap wajahnya, tubuhku bergetar hebat. Anehnya, wajahnya seperti tak aneh bagiku. Aku perlahan menikmati setiap inci tubuhnya, berusaha mengetahui dia tanpa harus bertanya...

Rambut hitam panjang 11cm dibawah punggung, dengan poni kesebelah kanan, bibir merah dengan tebal x (3.4) dan y (1.2), mata hitam kecoklatan, *a*a 34C, tinggi tubuh 161 cm, pinggang xx, Ah kuyakin dia.....

Tanpa menunggu apa-apa lagi aku memeluknya, "Tanista!" seru ku di tepian telinganya...

Dia tak balas memeluk, hanya terdiam tanpa kata... Dia, tubuhnya semakin dingin, gaunnya semakin menipis dan dia, dia... Di*a

Dia menghilang bersama kegelapan, kembali aku merasakan kesunyian. Dan saat itu, tetiba ada yang terasa hangat ditubuhku...

Masih tersisa bekas pelukannya yang membuatku hangat... Namun sayang tak bisa kulihat. Kemana kau pergi Tanista?

Tak lama setelah dia berlalu, benda yang kupijaki runtuh. Tak tau apa yang kupijaki, tapi kuharap aku jatuh dan kembali mati...

Mataku kembali terbuka, putih... Aku berada di sebuah ruangan beraroma obat.

seorang wanita duduk tertidur di kursi pojok ruangan, dia mengenakan jilbab biru muda dengan baju putih dan rok biru...

aku tak bisa menggerakan badanku, beberapa saraf motorik sepertinya lumpuh. 'cklek' seseorang masuk kedalam ruangan, dia mengenakan jilbab merah...

0 comment:

Posting Komentar