Selasa, 15 November 2011

Salah satu cara melanjutkan kuliah di Jepang

Jepang merupakan negara maju didunia dimana banyak teknologi modern yang dilahirkan dari negara ini. Salah satu pendorong utama dari kemajuan ini adalah kualitas pendidikan yang baik, sehingga tidaklah mengherankan banyak berdatangan mahasiswa dari penjuru dunia untuk menimba ilmu di negeri sakura ini. Tulisan berikut sesuai judulnya merupakan salah satu cara, saya sebut demikian karena memang berbeda dari jalan yang biasa ditempuh mahasiswa pada umumnya, yaitu dengan mendapatkan beasiswa seperti Monbusho, Panasonic, JICA dll.


Singkat cerita bulan Juni 2002 saya menginjakkan kaki pertama kali di Jepang sebagai salah satu peserta Kenshusei IMM Japan angkatan 112. Modal bahasa dan budaya jepang yang hanya 4 bulan di tanah air dan sebulan di Saitama mengharuskan kami para kenshusei untuk langsung bergabung di perusahaan-perusahaan kecil dan menengah di seluruh Jepang. Sebelum datang ke Jepang saya punya keinginan yang kuat, yaitu ingin melanjutkan kuliah di sini. Waktu itu saya ditempatkan di kota Toyota, Prefektur Aichi. Hari-hari kerja yang keras memaksa saya tidak bisa konsentrasi untuk belajar bahasa lagi, namun cita-cita untuk kuliah makin kuat. Malam hari sepulang bekerja saya buat catatan kecil tentang kosakata baru yang saya temui hasil dari percakapan dengan orang jepang ataupun yang tertulis di tempat kerja. Hari minggu sesekali diajak oleh senior untuk jalan-jalan ke Nagoya. Kesempatan ini saya manfaatkan untuk mampir ke toko buku dan membeli beberapa buah untuk meningkatkan kemampuan bahasa jepang. Dari informasi teman-teman jepang di kota toyota ada kursus bahasa jepang gratis tiap hari minggu yang diajarkan oleh para volunteer bahasa, namun tempat yang jauh pulang pergi menghabiskan 1000 yen dengan naik bus, hampir mengurungkan niat untuk ikut kursus tsb. Akhirnya dapat ide yaitu dengan membeli sepeda dan jadilah tiap minggu bersama kawan-kawan ikut kursus bahasa tsb dengan naik sepeda, membutuhkan waktu sekitar satu jam sekali jalan.


Menginjak tahun kedua kemauan untuk kuliah makin kuat. Pepatah ”siapa berkawan dengan penjual minyak wangi akan ikut memperoleh bau wanginya” menginspirasi saya untuk memperluas relasi dan jadilah saya berteman dengan mahasiswa dari Nagoya, Gifu, Mie dan aktif bergabung teman-teman kenshusei membuat semacam pengajian bulanan yang diberi nama Umin Japan . Dari bantuan dan informasi teman-teman mahasiswa ini akhirnya mendapat saran untuk mencari Lab dan Sensei yang tepat. Akhirnya mendapatkan sensei di Gifu University. Tahun ketiga saya konsentrasi penuh keinginan untuk kuliah. Saya bilang terus terang ke orang tua dikampung sehingga kiriman uang agak terhenti, hal ini karena uang gaji saya tabung demi melanjutkan kuliah nanti. Beberapa kali saya bolos kerja untuk ikut acara-acara di Lab calon Sensei saya tersebut bahkan beberapa kali sempat ikut seminar disitu. Hal ini sempat membuat pimpinan di tempat kerja mulai curiga, namun saya bisa menyimpan rahasia ini dengan baik. Sejak itu saya terus kontak dengan Sensei dan mulai mencari bahan bacaan yang sesuai dengan bidang Sensei tsb. Melihat motivasi dan semangat yang saya tunjukkan akhirnya Sensei setuju, setelah selesai magang nanti saya bisa bergabung di Lab beliau. Awal Januari 2005 dengan diantar Sensei saya datang ke bagian administrasi untuk didaftarkan menjadi mahasiswa Gifu University . Melihat persaingan yang ketat saya coba untuk berburu ke universitas lain dan akhirnya Mie University sebagai pilihan kedua, dan di Mie ini juga Alhamdulillah dipertemukan oleh Allah SWT dengan mahasiswi Indonesia yang sedang kuliah di Mie University yang sekarang menjadi ibu dari putra saya. Di Mie lewat Senpai yang saya temui di masjid kampus, saya juga berhasil meyakinkan Sensei untuk kuliah di lab beliau, namun nasib belum berpihak rupanya. Saya terbentur dengan sistem administrasi kampus yang menginginkan minimal dua orang jepang sebagai penjamin keuangan. Persyaratan inilah yang sulit dipenuhi, akhirnya konsentrasi penuh saya pusatkan ujian di Gifu. Hal ini menjadi pelajaran yang berharga, yaitu jangan terpaku pada satu tempat karena ternyata persyaratan antara perguruan tinggi satu dengan lainnya berbeda. Jalan ke arah menjadi mahasiswa di Gifu University ternyata masih banyak rintangan yang harus saya lalui termasuk dalam hal pengurusan visa, urusan keluarga dll.namun Alhamdulillah semuanya bisa dilalui dengan baik dan sejak April 2007 resmi menjadi mahasiswa S2 Gifu University.


Untuk rekan2 kenshusei yang berkeinginan kuat melanjutkan kuliah ada beberapa saran sbb :


Niat

Niat yang kuat untuk kuliah. Walaupun kelihatan sepele namun ini memegang peranan yang sangat penting. Jangan berharap jalan menuju kesana akan lancar dan mulus. Banyak sekali hambatan yang akan muncul, terus kuat dan nyalakan semangat ini sampai keinginan tsb menjadi nyata.


Bahasa Jepang

Hal ini terutama bagi yang ingin masuk jenjang S1 sebisa mungkin mencapai level 1, kalaupun hanya level 2 masih ada jalan, namun harus ganbatte. Sedangkan bagi yang masuk jenjang S2 lebih ringan lagi, tidak perlu bahasa jepang yang handal, asal bisa percakapan sehari-hari sudah cukup, karena kebanyakan akan menggunakan bahasa inggris.


Keuangan

Bersiaplah mulai menabung dari sekarang karena nanti biaya akan kita tanggung sendiri, walaupun ada beberapa beasiswa nantinya keuangan yang memadai akan lebih baik. Dan juga siap2 untuk mandiri, kerja baito dsb akan kita jalani sehabis masuk kuliah nanti.


Perluas informasi

Informasi bisa diperoleh darimana saja baik itu lewat internet maupun lewat teman-teman mahasiswa. Perbanyak bergaul dan seringlah bergabung dengan kegiatan kegiatan mahasiswa. Cari Sensei yang cocok dengan bidang kita. Dan kalau bisa jangan satu orang. Persyaratan satu kampus dengan kampus lainnya bisa berbeda. Demikian juga dengan yang mau tes masuk S1. Seandainya tanggal ujian berbeda bisa ikut tes di dua kampus, karena kita tidak tahu tingkat persaingan dan persyaratan masuknya.


* Siswoyo


Mahasiswa S2 Gifu University, Jepang.


0 comment:

Posting Komentar