Senin, 13 Agustus 2018

Mytha

Perkenalan!
Awal ceritaku dengan Mytha berselang tak begitu lama setelah aku putus dengan Ervita. Sebelumnya aku memang sudah mengenal baik dia sebagai kakak kelas idaman. Gadis dengan perawakan jangkung, paras manis, rambut sebahu dan kacamata bulat. Ya, sebuah kesalahan memang. Akira Mado dalam bukunya yang berjudul The Origin of Kawaii Onee-chan berpendapat bahwa "Short Hair doesn't belong to tall girl". Dan tentu sebagai Short Hair Worshipper aku meng-iya-kan pendapat itu dengan banyak argumen yang bisa aku pertanggung jawabkan di depan Hakim Agung. Ditambah lagi dengan kacamata bulat, apa-apaan ini? Seperti penistaan terang-terangan terhadap kaum rambut pendek.

Aku dan Mytha memang jarang bercakap. Hanya sesekali berlempar senyum saat berpapasan di kantin atau saat upacara bendera. Itupun aku hanya mampu memanggil namanya dengan panggilan "kakak". Itu karena semenjak hubunganku kandas dengan Annisa tahun lalu aku memutuskan untuk tak memanggil wanita manapun dengan namanya. Rasanya membelenggu memang, seperti mencoba bernafas di dalam air. Tapi mau bagaimana lagi, kepergian annisa begitu membekas di dalam dada.

Day 1 - Selembar Kertas
Seminggu setelah teman sekelasku mengeluh gara-gara aku yang terus-menerus uring-uringan saat jam istirahat di kelas, mereka mulai mencomblangkan aku dengan siapa saja termasuk Bu Ijah, guru seni yang baru menjanda 3 tahun lalu.
Hingga di satu rabu, Hilmi teman sekelasku memberikan selembar kertas berisikan puisi. (Saat itu aku diperbantukan untuk mengurus dekorasi Majalah Dinding di Gedung Timur selama satu bulan)

Dalam hatiku "Ini anak ada akal bulus apa lagi hah?"

Awalnya tak ingin ku hiraukan isi puisinya, perasaan masa bodoh sudah terlanjur menguasai mood ku seharian ini. Mataku langsung tertuju pada siapa yang membuatnya. Tertulis dengan Italic di bagian belakang, Mytha A - XII IPA 2.

"Hah? Mytha?" Tanyaku pada Hilmi

"Yoi! Bikinin frame yak! Besok pagi langsung tempel di Mading, genti koran bola di sebelah kiri." Sahut Hilmi serasa berlalu meninggalkan kelas

"Sial!" Gerutuku dalam hati

Day 1 - 5 Menit di Neraka
Siang itu aku segera menghampiri kelas Mytha yang tak jauh dari kelasku, hanya terpisah dengan lorong dan taman-taman kecil. Memang sudah biasa aku main ke kelasnya, tapi untuk bertemu orang lain, kang rizki teman sesama penyuka musik jepang.


0 comment:

Posting Komentar