Jakarta - Banyak faktor yang menyebabkan pria memilih profesi sebagai gigolo. Kerasnya persaingan mencari nafkah di ibukota, membuat para pria-pria panggilan ini cenderung memilih jalan pintas. Dalam hitungan waktu yang tak begitu lama, para gigolo dapat memperoleh pundi-pundi uang dengan cepat.
Menurut Psikolog Klinis dan Hipnoterapis, Liza Marielly, ada dua faktor pria memutuskan jadi gigolo. Pertama faktor ekonomi. Berangkat dari kemiskinan, mereka terkejut dengan easy money hasil menjual diri. Faktor kedua karena sang pria memang memiliki seks menyimpang.
"Pria jadi gigolo karena senang seks dengan wanita yang lebih tua," kata Liza kepada detikcom, Senin (16/5/2011).
Dalam kamus gangguan jiwa, kata Liza, gigolo tidak terdaftar. Tidak ada kriteria khusus yang dapat diketahui dalam diri pria sebelum menjadi gigolo. Hampir semua pria bisa menjadi gigolo jika tidak memiliki kontrol diri yang baik.
"Kontrol diri rendah pria mudah jadi gigolo," imbuhnya.
Lingkungan sekitar menurut Liza juga bisa menjadi pengaruh tetapi tidak bisa menjadi indikasi. Masa kecil kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dapat juga mempengaruhi seseorang ketika tumbuh menjadi pria dewasa.
"Gonta-ganti pasangan, gigolo merasa dapat kasih sayang padahal semu," jelasnya.
Untuk menyembuhkan pria berprofesi sebagai gigolo, perlu dilakukan terapi mendalam. Perlu diketahui akar alasanya terlebih dahulu. Jika alasannya uang, perlu dimunculkan persepsi tidak mudah mendapat uang dengan menjual diri.
"Diajarkan melihat persepsi. Cari uang butuh usaha," tutupnya.
Sebelumnya, Mustofa (23) memutuskan menjadi gigolo karena terdesak kebutuhan ekonomi. Pekerjaannya sebagai satpam, kuli bangunan saat pertama datang ke ibukota dirasa tidak cukup untuk menghidupi keluarganya. Pria asal Pemalang ini ditangkap polisi 10 Mei lalu karena kedapatan membius dan mencoba melakukan perampokan terhadap wanita teman kencannya di Hotel Mega Anggrek, Palmerah, Jakarta Barat.
(did/irw)
0 comment:
Posting Komentar