bukanlah dilihat dari bahunya yang kekar dan dadanya yang bidang, tetapi dari keberaniannya mengakui setiap kesalahan dan adilnya sikap kala menjadi seorang pemimpin. Tak ada kata menyerah dalam kamus hidupnya. Pantang baginya berputus asa dari keluasan sifat Rabbnya yang Ar-Rahman.Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari proposionalnya postur tubuh dan lincahnya gerakan, tetapi dari kasih sayang dan kelembutan hatinya terhadap sesama muslim dan tegas serta arif bijaknya terhadap kaum kafir. Baginya kritik adalah salah satu rumus untuk tercapainya kesuksesan. Sifat tawadhu’ adalah baju keabadian yang dipakainya sepanjang perguliran zaman.Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari lantangnya suara kala bertilawah Qur’an, banyaknya hadist yang dia hafal, tetapi keteguhan dan konsistennya mengamalkan kandungan keduanya. Dia selalu berusaha mengajarkan pada yang belum memahaminya. Al-Qur’an dan As-Sunnah dijadikannya sebagai suluh penerang serta pijakan dalam menelusuri lorong-lorong gelap kehidupan.Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari tajamnya pedang atau banyaknya peluru dari senapan yang dia bawa, tetapi dari sikapnya yang tegar dalam mempertahankan kebenaran yang dia bela. Syahid baginya adalah tujuan. Jihad fisabilillah adalah cita-citanya yang tertinggi. Ilmu yang bermanfaat adalah tongkat yang dia pegang. Pantang baginya mengikuti persangkaan-persangkaan batil, mengatakan apa-apa yang tidak ada ilmu dalam dirinya.Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari banyaknya wanita yang menyanjung dan menggodanya, tetapi dari komitmennya dalam mendidik dan mencintai akhwat pasangan hidupnya. Keharmonisan keluarga yang dia bina adalah semata-mata dijadikan sarana untuk mendaki tangga-tangga cinta-Nya. Pantang baginya bersikap kasar terhadap istri dan anak tanpa adanya pelanggaran syar’i. Mitsaqan ghalidza dia gigit erat-erat dengan gigi gerahamnya. Panggilan jihad baginya adalah rayuan cinta yang harus segera dipenuhi gelora syahid.Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari banyaknya kitab yang ia kuasai dan cakapnya ia dalam berorasi, tetapi dari sikapnya yang istiqomah dalam menanggung beban amanah dan sikap tawadhu’ dalam menjalani liku kehidupan ini. Pantang baginya, membanggakan apa-apa yang ada pada leluhurnya, sementara dirinya tak punya apa-apa yang bisa dijadikan sebagai amal unggulan. Dia yang selalu melihat orang-orang yang di bawahnya dalam hal keduniaan, dan selalu memandang ke atas dalam urusan-urusan akhirat.Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari banyaknya muatan dan beratnya barbel yang dapat ia angkat tetapi dari kesabarannya kala marah dan sikap qona’ah dalam menerima setiap anugerah Rabbnya. Obsesi yang terbesar dalam hidupnya adalah keridhaan Allah ta’ala. Ia yang selalu mendahulukan kepentingan agama-Nya di atas segala-galanya. Minhajul qasidin dan minhajul muslim menjadi bingkai hidupnya.Ikhwan sejati bukanlah dari banyaknya orang yang dapat ia tundukkan dan takut padanya, tetapi dari seberapa besar dia takut pada Rabbnya sehingga di berhati-hati dalam meniti kehidupan dunia ini. Pantang baginya bersikap takabur (sombong) ketika kekuasaan ada dalam genggaman, dan bersikap ghuluw (berlebih-lebihan) ketika perhiasan-perhiasan dunia ada di bawah telapak kakinya.
Update 21 agustus 2009 : ternyata tulisan ini juga ada di blog lain, tetapi saya mengambil ini dari buletin SKI di friendster, mohon maaf jika ada yang berkeberatan.
From here
0 comment:
Posting Komentar